Hai-hai gue dateng. Padahal rencananya itu ini mau disimpen aja di draf buat jadi buku. Tapi kok tetep nggak tega ya ama kalian. Haha.. ini demi kalian loh, bener, demi kaluan. Jangan lupa vote. Happy reading, ketemu Akang Faizal lagi 😊😊
Calon istrinya dulu? Yang mana lagi? Ada berapa banyak calon istri seorang Faizal?
Serentetan pertanyaan membayang di benak Manda. Serasa ada retakan yang membelah kepalanya memikirkan hal itu.
Mata Manda melirik kalender yang berada di nakas. Tanggal duapuluh dua bulan depan tahun ini adalah hari ulang tahunnya yang ke dua puluh satu.
'Hah, duapuluh sembilan bersanding dengan duapuluh satu. Selisih delapan tahun apakah menjadi masalah yang besar kalau dia sedikit saja membuka diri?'
Tangan Manda mencari-cari ponselnya. Benda itu berada pada tumpukan surat-surat yang diberikan oleh asisten rumah tangganya saat dirinya pulang.
"Kak, ada surat."
"Oh ya? Dari siapa?"
"Ada tiga. Ini dari Bogor. Judulnya konfirmasi pembatalan gedung. Terus undangan dari Nenni henna, acaranya cuma bersifat silaturahmi. Terus ini ada undangan lagi tapi untuk Mas Marion."
"Makasih Mbak, nanti aku buka. Aku ke kamar dulu ya! Capek badan." Hati dan pikiran. Lanjutnya dalam hati.
Manda dan Faizal menjadi seperti dua orang asing yang dipertemukan secara mendadak. Keadaan terasa kaku. Bahkan hasrat untuk menyusul mami ke bandara lenyap entah kemana.
Sepanjang perjalanan Manda memilih diam, pura-pura tidur. Ia berusaha cuek pada Faizal, juga pada dirinya sendiri untuk tidak kepo berkelanjutan tentang apa yang dikatakan Riani. Bukankah Faizal juga punya tanggung jawab yang besar untuk menjelaskan hal itu meski tanpa diminta, kan?
Faizal pamit. Manda membalas dengan seulas senyum tipis. Berusaha bersikap dewasa di depan laki-laki yang kini nampak semakin menarik karena jambang lembut yang tumbuh di rahangnya.
Kuat-kuat-kuat. Positif-positif-positif.
Kata itu mendadak menjadi mantra penguat, setidaknya sampai mobil Faizal menjauh, karena setelah itu, penyakit galau tetiba menyerang tanpa ampun.
"Auh!" Suara Manda pelan ketika sadar gigitan pada bibir bawahnya menimbulkan rasa sakit. Ia masih mondar-mandir, menimang apa saja efek yang timbul jika dirinya tetiba menghubungi orang terdekat Faizal.
Nama itu sekelebat ada di benak Manda. Mungkin bisa cari tahu sesuatu melalui seorang, Fathir. Tapi bagaimana cara menanyakan tanpa ada kesan kepo di dalamnya?
'Lalu, tet tot! Seratus orang yang sudah kami survei ternyata tidak mampu untuk menjawabnya. Karena kita tahu, bertanya adalah separuh unsur dari kepo!' Hati Manda mulai bersuara dengan racauan unfaedah.
Tangan lincah itu segera menekan tombol telpon untuk menghubungi Fathir, namun yang dituju tak kunjung menjawab.
"Selamat, kamu memasuki zona galau tingkat dewa, Manda!" Sebuah guling terhempas ke lantai bersamaan dengan racauan Manda yang membenamkan diri pada tumpukan bantal di ranjangnya.
"Siapa yang lagi galau?" Suara Marion membuat Manda berjengat. Wanita itu membalikkan tubuhnya menjadi terlentang.
"Aku."
"Galau. Gelisah antara lanjut atau udahan?"
"Bukan, ini lain. Galperang namanya. Gila akut lantaran diphp in anak orang!"
Marion tertawa lebar, dia menyugar rambutnya setelah meletakkan sebungkus oleh-oleh di hadapan Manda.
"Apa ini?"
"Masih karena pria bernama Faizal itu?" Bukannya menjawab pertanyaan Manda, Marion malah balik melayangkan pertanyaan.
"Ini kue kok rasanya kayak ada jahe-jahe dan kayu manisnya?"
Marion menghembuskan napas pelan. Ia bangkit untuk menggapai bungkus bekas roti yang telah dibuka Manda.
"Namanya Nurnberger Lebkuchen. Memang roti jahe. Ini termasuk kue tradisional khas Jerman. Dibuat dari adonan tepung dengan madu, telur, hazelnut, walnut, badam, manisan jeruk dan rempah-rempah kayak jahe dan kayu manis itu."
"Pantes! Tapi ini enak. Oh iya, ada undangan tadi. Mungkin dari teman kamu, Mereka itu punya bakat cenayang ya, perasaan kamu baru pulang hari ini. Sudah saja ada undangan yang datang. Pertunangan lagi!"
Marion sedikit terpaku. Undangan pertunangan? Apa tidak salah? Bahkan dia saja baru lulus minggu kemarin.
* * *
Faizal terhenyak sesaat. Selanjutnya tetap mengambil langkah tegap memasuki rumah meski sosok Riani masih duduk di teras sekembalinya dia mengantar Manda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Or Not?
Humor"Ups, maaf! He...he... nggak sengaja! Reflek, saking senangnya!" kata-kata itu keluar dari mulut Manda, saat Faizal menarik tangan yang hendak dicium oleh Manda. "Inget batas suci!" Seloroh Faizal sekenanya. "Idih segitunya. Ketahuan nggak pernah de...