Faizal tengah menuangkan beberapa warna cat ke dalam sebuah wadah besar berisi air. Ia juga membentuk pola abstrak dari perpaduan warna hitam, merah, kuning yang sudah ia tuang sebelumnya. Ini adalah keahlian Faizal. Ia akan turun tangan sendiri untuk mentranfer cat dari air ke bagian pintu mobil Jeep yang tengah ia garap.
.
Disela kesibukannya itu, ia merasa ada seseorang mendekat. Benar saja, Fandi melangkah masuk diiringi Manda di belakangnya.
.
Sudah bisa ditebak, kejadian malam itu pasti membuat Fandi akan datang ke bengkel auto fashionnya untuk sekedar memberitahu tentang keabsenan Manda.Informasi ia dapat dari lelaki bernama Marion yang mengajaknya minum kopi malam itu. Ia juga bercerita sedikit banyak tentang Manda, dan meminta meminta bekerjasama ketika Fandi datang ke bengkelnya.
"Saya mengerti dan tidak keberatan Manda absen dalam dua hari ini, Bapak tidak perlu khawatir!" kedua tangan Faizal menyatu, saling menggosok membersihkan sisa cat yang menempel di tangan dengan guyuran bensin. "Silahkan diminum!" lanjut Faizal sambil menggapai cangkir berisi teh di meja, setelah aktifitas membersihkan tangannya selesai.
Keduanya larut dengan obrolan ringan, hingga berujung pada kepergian Fandi untuk ke kantor, meninggalkan Manda dan Faizal di ruangan itu.
"Ak... Aku di sini dulu barang sebentar, sambil menunggu Papa benar-benar pergi ke kantor!" ucap Manda sedikit terbata, wanita itu juga tak menatap mata Faizal seperti biasanya.
Faizal menajamkan matanya. Kening lelaki itu mengerut melihat gelagat Manda. Meskipun begitu, ia mengangguk menanggapi permintaan Manda.
Kaku. Ada yang beda dari wanita yang ada di hadapannya ini.
Apa setan pecicilan yang menempel pada diri Manda sedang absen hari ini?Pemikiran ini mau tak mau membuat Faizal tersenyum geli. Ingatannya kembali pada kejadian malam itu.
Setelah menyaksikan kehebohan Manda ketika kakinya di urut, Faizal juga mendapat permintaan dari Marion agar tak menanyakan atau mengungkit perihal kejadian malam itu di hadapan Manda.
'Kak Manda mempunyai trauma!' kalimat itu yang keluar dari mulut Ion ketika Faizal menanyakan apa yang terjadi hingga tiba-tiba wanita itu menangis.
Sejujurnya, Faizal penasaran lebih jauh lagi, ada yang mengganjal dari tatapan laki-laki bernama Marion itu. Ia mengaku sebagai adiknya, iya memang! Kalau difikir, ia terlihat lebih muda, tapi perlakuannya? Rasanya ganjil saudara menumpahkan kasih sayangnya melebihi seorang... kekasih?
Kekasih? Masa iya!
Apa jangan-jangam mereka sister kompleks?
"Shitt..!!" seru Faizal tiba-tiba.
"Astagfirullah hal adzim!" seruan Faizal membuat Manda kaget. Wanita itu mengelus dadanya seraya beristigfar.
"Kamu, nggak_"
"Maaf bos, ada yang nyariin! Eh ada Manda!" perkataan Faizal terinterupsi oleh kehadiran Fathir yang tiba-tiba masuk.
"Eh ada si calon!" Manda berdiri sumringah melihat Fathir. Ia bahkan bertepuk tangan riang seperti anak kecil mendapatkan balon.
"Ck calon apaan! Ada-ada aja!" Fathir mendekati Manda sambil tertawa.
"Calon imam dan calon ayah dari anak-anak aku lah!" Manda bergaya seperti ABG labil yang tersipu malu karena gombalan cowok, padahal dia sendiri yang menggoda.
"Jijay ah! Eh, kaki kamu beneran sakit ya? Pantesan aku juga susah jalan!"
"Emh... mungkin kaki kamu bisulan!"
"Bukan Manda! Bilang 'kenapa' gitu susah amat! Aku kan juga mau ngegombal!"
"Ah... mau dong digombalin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Or Not?
Humor"Ups, maaf! He...he... nggak sengaja! Reflek, saking senangnya!" kata-kata itu keluar dari mulut Manda, saat Faizal menarik tangan yang hendak dicium oleh Manda. "Inget batas suci!" Seloroh Faizal sekenanya. "Idih segitunya. Ketahuan nggak pernah de...