Part 30

72 8 0
                                    

Yuhu... hadir lebih awal, happy reading... jangan lupa vote yah.. luve yu

Faizal melihat detail penampilan Manda kali ini. Atasan pink panjang berpadu dengan celana jeans biru donker dengan sobekan di kedua lututnya. Guratan itu memanjang hingga bagian bawah.

Menelisik jauh lagi, Faizal melihat dua saku belakang celana Manda bukan berbahan jeans, tapi batik. Orang mungkin akan geleng kepala melihat tampilan nyentrik ini. Stylenya mungkin terinspirasi pada pemulung telenovela.

Tambal sulam.

"Kenapa diem aja? Ada yang aneh?" Manda menutup pintu mobil Faizal.

"Itu kamu yakin pake baju? Bukan lap dapur mami?"

"Ish, kenapa? Pengen? Besok deh kita bikin couple." Manda menahan senyumnya melihat reaksi Faizal yang hanya melengos.

"Lagian ya, ini tuh bisa sebagai tanda pengenal, semisal aku hilang!"

"Serah. Kita langsung kerumah Kak Kana aja!"

Manda mengangguk. Dalam benaknya tentu saja tergambar raut wajah Narisa.

Gadis itu, sudah terlalu telat untuk memahami tingkahnya jika berpatok pada usia. Tujuhbelas tahun, apa iya masih kurang belajar sopan santun?

"Zal!"

"Hmm"

"Kenapa Narisa bisa seperti itu?"

Alis Faizal menukik beberapa saat, namun setelah itu kembali datar. Pandangan mata Faizal kembali fokus pada jalan.

"Dia memang seperti itu, kenapa? Takut kata-katanya? Biasanya kata-katamu juga lebih pedas!"

"Bukan gitu, hanya bingung saja, gimana ngadepinnya, dia nggak suka sama kamu. Trus gimana ntar, apalagi setelah kita pacaran gini?"

"Emang kita pacaran?"

Manda merengut. Wajahnya menunduk. Hanya ada dua perasaan sekarang, antara malu dan malu banget.

Kalau sekarang nggak pacaran, rugi bandarlah aku. Kemarin udah cium juga gitu. Malu ih, gara-gara pakai acara marah-marah lebay sih, bingungkan sekarang mau ngomong apa!

Sebuah benda tiba-tiba berada di tangan Manda. Faizal si pelaku hanya memberi kode supaya Manda membukanya.

Dilihat dari wadah, tidak perlu dibuka, Manda tahu kalau itu cincin. Nggak mungkin juga kan ketapel ditaruh didalam wadah yang cuma seupil berbentuk hati.

"Ini apa?"

"Cincin."

Manda berdecak, anggap saja nyebelin adalah nama tengah Faizal.

"Tau ini cincin. Tapi buat apa?"

"Buat kamu. Tanda jadi kalau kita ada hubungan!"

"Tanda jadi, memang jual beli mobil? Eh tapi, berarti kita resmi pacaran? Tadi nggak mau ngakuin! Akukan jadi malu! Pakein gitu, biar kek di novel-novel!"

"Masih ada tangan kan? Pake sendiri, banyak gerak menghindarkan diri dari resiko penyakit stroke!"

"Mana bisa begini, ngajak jadian nggak ada romantis-romantisnya! Kaku kayak kanebo mah iya!"

Faizal menggaruk tengkuk. Sepanjang sejarah dia berhubungan, selalu wanitanya yang punya inisiatif. Termasuk Niasha, jaman dulu bahkan dia yang mengirimi majalah-majalah otomotif untuk sebuah pendekatan.

Dan sekarang apa? Romantis? Apa iya itu masih diperlukan?

Jika biasanya keluar dari mobil adalah jalan terbaik yang selalu diambil Faizal untuk sebuah keribetan.

Marry Or Not? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang