Part 21

107 5 0
                                    


Faizal menatap amplop coklat yang terletak di atas meja kerjanya, sedikit mengerutkan kening ketika melihat isi dan catatan yang tertera di dalamnya. Adalah cek yang berisikan nominal sisa hutang Manda. Catatan itu juga berisi Manda yang minta maaf karena tidak bisa menemuinya langsung.

'Ada yang aneh!' pikirnya. Faizal segera mendial nomor ponsel milik Manda. Tidak aktif! Ada yang salah di sini, bukannya Manda selalu membayar hutangnya dengan uang cash? Karena jika cek, papanya bisa tahu kalau wanita itu tidak bekerja di bengkel miliknya. Mungkinkah dia ketahuan?
.
Faizal berdesir memikirkan jika kemungkinan itu terjadi? Lalu bagaimana dengan Manda sekarang? Menelisik tentang wanita itu membuat Faizal menyunggingkan senyum tipis, tak dipungkirinya jika akhir-akhir ini Manda membuat harinya berwarna meskipun ia juga dipusingkan dengan ulah Luri. Bahkan Faizal ingat bagaimana moodnya bisa berubah seketika kala Manda menyebut nama Marion.

"Bos, ada paketan dari WO, katanya sih isinya undangan!" salah satu anak buah Faizal datang, ia meletakkan setumpuk undangan yang terbalut kardus berwarna biru.

Faizal hanya melirik, sampai kapan dirinya harus berpura-pura menjadi lelaki manis jika Luri tidak memunculkan batang hidungnya sampai di hari pertunangan mereka yang memasuki H-10.

"Apa Manda yang mengantarnya?" lelaki bernama Adnan itu menggeleng. "Asistennya yang datang, ia berkata bahwa Mbak Luri yang memintanya untuk mengirim ke sini!" sial, lagi-lagi wanita itu berulah.
.
Faizal mengacak rambutnya, ia frustasi, ada kekecewaan yang menelusup ketika ia mengetahui bukan Manda yang datang untuk menyerahkan undangan. Sekaligus kemarahan mengingat wanita bernama Luri kembali berulah. Seperti mendapat bisikan, tangan Faizal langsung menggapai ponsel dan jemarinya lincah mengotak-atik layar datar itu. Ia akan melakukan sesuatu, hari ini. Memaksa Fathir yang hari ini beralasan sakit untuk ikut dirinya menemui asisten Manda. Faizal percaya jika Fathir lebih ahli dalam mendapatkan sebuah info apalagi dari seorang perempuan.

• * * *
"Fathir!" Manda menepuk pundak lelaki yang kini sedang meneguk air mineral di sebuah tenda operator bursa mobil bekas. "Ngapain di sini?" ia celingak-celinguk melihat sekeliling Fathir.

"Aku sendiri, Manda! Nggak sama-sama Izal!" Fathir tertawa melihat reaksi Manda.

"Siapa juga yang nyari dia!" bibir Manda merengut, walau yang dikatakan Fathir benar, tapi ia bertekad untuk melupakan Faizal. Ia menganggap ini suatu kehilafan, berlanjut.

"Semua orang juga tahu, ibarat kata, di jidatmu udah ada tulisannya, jadi bisa kebaca! Faizal aja yang nggak peka!" Manda lantas menggerakkan tangan untuk menutupi jidat, Fathir tergelak ia menarik tangan putih itu.

"Perumpamaan Manda! Ish!"
Manda terkikik, tangannya meraih brosur yang tersebar pada kursi kosong sebelah Fathir, namun bukan brosur yang menarik perhatiannya, tapi surat mobil atas nama Fathir yang ada di balik brosur itu.

"Kamu jual si seksi?" Fathir mengurungkan niat untuk meneguk air mineral, botol yang digenggamnya seperti mengambang di udara. Ia melihat Manda kemudian beralih pada civic silver keluaran perusahaan Honda yang memang diberinya nama si seksi baru saja ditempeli biodata oleh pemilik barunya beserta harga yang ditawarkan.

'Ya Robb, ini lebih pahit daripada melihat mantan berdiri di pelaminan!' batin Fathir menceracau mengingat baru beberapa saat saja ia serah terima dengan pembeli tersebut.

Fathir mengangguk, ia sudah ketangkap basah, tidak mungkin juga berkilah di depan Manda sedangkan ia tahu jika wanita di hadapannya adalah penggila mobil, bahkan Manda juga hafal plat mobil miliknya.

"Kenapa tidak dijual pada Izal?" kedua alis Manda naik seiring dengan mata yang sedikit melebar.

"Eh, sekarang manggilnya ikutan Izal, bukan lagi Faizal! Izal itu panggilan kesayangan loh dari keluarga!" Fathir mengalihkan pembicaraan. Manda menggaruk tengkuknya, ia lupa makhluk di hadapannya adalah spesies yang hobi menggoda.

Marry Or Not? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang