"Kamu yakin? Kak?"
Bu Mala menautkan alis, menatap anak perempuannya yang masih tertawa setelah menceritakan kejadian 'Faizal bicara calon istri' di restoran.
"Yakin seratus persen, Bu! Tanya tuh sama Marwan dan Dahlia. Ada mereka juga?"
"Apa pembicaraan kami kemarin membuat Faizal depresi ya?" Bu Mala memijat keningnya.
"Depresi? Maksud ibu apa?"
"Ya kemarin ibu mengutarakan kekecewaan pada Izal, karena batal nikah dengan Luri. Tapi ibu nggak bermaksud buat dia tertekan, Kak!"
"Ibu ngomong apa, sih? Siapa juga yang tertekan. Izal itu serius!"
"Ya tapi mana mungkin. Secepat itu? Baru dua minggu yang lalu loh dia batalin pernikahan. Ini, kok tiba-tiba ini, si Izal ngenalin calon istri! Haduh, jangan-jangan saking depresinya, dia jadi asal copot perempuan, Kana!"
"Ya nggak lah, Bu! Ibu kayak nggak ngenal Izal. Dia itu otaknya cerdas. Luri aja ditolak mentah-mentah. Jadi mana mungkin asal comot perempuan?" Kana mematikan TV di depannya, lanjut menatap ibunya sebal.
Bu Mala diam. Dia sangat mengenal Faizal. Saking mengenalnya jadi merasa aneh jika tiba-tiba Faizal mengenalkan calon istri.
Apa iya Izal bisa milih? Luri saja ditolak, ya meskipun dasarnya karena kebohongan fatal. Tapi bagaimana dengan Dahlia? Tidak ada yang kurang dari Dahlia. Terus wanita seperti apa yang bisa mengalahkan keduanya?
"Ibu kenapa diem?" Kana menghembuskan nafas, "masih ragu?sudah, kita lihat saja. Ibu bisa menilai dia besok siang. Kana mengundangnya kerumah dalam rangka membujuk Narisa!"
"Narisa ngambeg? Karena Faizal?"
Kana mengangguk, tangannya menggapai toples berisi kripik pisang kemudian mengemilnya.
"Mau marahin Izal juga percuma. Narisa sendiri juga bawaannya emang marah melulu kalau sama Izal. Seperti punya dendam kesumat!"
Bu Mala hanya tersenyum menanggapi curhatan Kana. Sebagian pikirannya masih tersita oleh 'Faizal dengan calon istri'. Ada rasa asing yang masih bergelayut di hatinya. Apa iya becanda?
Kenapa masih sulit memahami kamu Nak? Padahal kamu anak kandung ibu, ternyata meninggalkan kamu bersama mereka dulu, bukan keputusan yang tepat.
* * *
Manda rebahan di atas ranjang. Wajahnya ditenggelamkan pada bantal. Ia malu setelah membaca pesan dari Faizal yang mengabarkan akan menjemputnya untuk ke rumah Kana.
Tangannya sengaja terulur untuk menyentuh dada. Ada getaran super cepat yang terjadi di sana.
Ya Tuhan, jantungku ...
Pikiran Manda berkelana pada malam setelah pulang dari restoran. Ia sampai tak bisa tidur karena perbuatan Faizal yang menyebut dirinya adalah calon istri.
"Ini benar?" Kana menyuarakan kekagetannya.
"Maaf, aku harus kembali ke kantor. Mungkin kita bisa bahas ini lain waktu kalau Narisa sudah bersedia." Mau tak mau Manda menyudahi acara yang membuatnya senam jantung.
"Kamu bujuk dia deh Wan. Narisanya. Aku yang akan tanggung semua biayanya!"
Semua mata memandang Faizal. Merasa aneh dengan tingkahnya. Manda sendiri tersenyum kikuk sambil memasukkan notebook yang dia bawa ke dalam tas.
"Aku permisi, Mbak Kana, Mas Marwan, Mbak Dahlia!"
Manda beranjak. Berjalan lebih cepat hingga Faizal setengah berlari mengejarnya.
"Kamu kenapa jalan cepat begitu?"
Faizal menyamai langkah Manda."Nggak apa-apa Pak Faizal. Aku mau cepat-cepat sampai kantor lagi." Manda melambaikan tangan berupaya menghentikan taksi yang berlalu.
Sebuah tangan menahan pintu taksi saat Manda hendak membuka.
"Taksinya nggak jadi, Pak!" Faizal menutup pintu taksi.
"Aku anter!" Alih-alih menunggu persetujuan, tangan Faizal sudah menyeret Manda mendekati SUV nya.
* * *
Hembusan nafas Manda yang berulang menarik perhatian Faizal.
"Kenapa sih?"
"Kenapa? Kamu tanya kenapa? Kamu! Ish ... Dikira pantes tadi ngomong kayak gitu di hadapan keluargamu?" Pertanyaan Manda menyiratkan sebuah kekecewaan.
Faizal melirik dari ekor mata di sela fokusnya pada jalanan.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya seperti kehilangan akal saja jika bersama kamu. Kenapa harus kamu yang menjungkirbalikkan semua kehidupanku? Apa tanggapan mereka, tiba-tiba kamu bilang aku calon istrimu, padahal kita tidak ada hubungan apa-apa. Terlebih lagi kamu baru saja membatalkan sebuah pernikahan? Kamu ini siapa? Kenapa begitu mudah aku memaafkan kamu padahal kamu bukan siapa-siapaku? Kamu adalah orang terparah yang seenaknya datang di hatiku. Kamu menciumku, membuat Marion pergi, kemudian seenaknya bilang itu hal yang harusnya dilupakan. Aku bodoh, karena menerimanya. Lagi, tiba-tiba kamu hadir lagi, membuatku mau tak mau untuk ikut mempersiapkan pernikahanmu? Sakit? Iya sakit. Tapi sakit itu aku bawa tanpa mengganggu keprofesionalan. Walau akhirnya aku nyerah. Dan kamu datang lagi, meminta maaf, aku memaafkan, tanpa tahu kamu meminta maaf untuk hal yang mana. Apa iya termasuk sakit hatiku yang mungkin saja tidak pernah kamu tahu? Sekarang ini lagi. Untuk apa perkara ini? Mengakuiku tanpa ada keterangan apapun. Kenapa? Apa kamu juga berniat menjadikan kambing hitam? sosok dibalik batalnya rencana pernikahan kam_ emmmh"
Suara Manda tak lagi terdengar ketika sebuah ciuman mendarat di bibirnya.
Faizal melepaskan pagutannya beberapa saat. Ibu jarinya tergerak untuk membersihkan lipstik Manda yang berantakan.
"Ke .. na, pa kamu menciumku lagi?"
"Kamu tahu, ucapan kamu yang panjang lebar tadi seperti sebuah pernyataan cinta."
Manda hanya diam. Terlalu shock untuk mencerna segala tindakan Faizal yang mendadak.
Faizal sendiri mengulum senyum melihat wajah kaget Manda.
"Itu, itu memang hal yang aku rasakan. Kita tidak memiliki hubungan jadi tidak baik kalau kamu bicara seperti itu!"
"Kalau gitu, mulai hari ini kita memiliki hubungan. Sekarang aku tidak punya cincin sebagai tanda. Jadi anggap saja ciuman tadi sebagai tanda jadi. Auh ... kenapa memukulku?"
"Apa seperti ini cara meminta orang untuk menjadi pasanganmu? Seperti berdagang mobil saja. Kamu bahkan menciumku tanpa permisi! Sangat tidak sopan!"
"Apa kamu juga akan mengizinkan kalau aku minta izin? Aku menciummu karena kamu terlalu banyak bicara tentang kesalahanku."
"Itu memang kesalahanmu."
"Hmm."
"Kenapa hanya hmm. Diam berarti mengakui."
"Diam juga sebuah upaya membuat orang lain berhenti bicara! Sudahlah, besok aku jemput. Kita ketempat Kak Kana untuk mengurus Narisa!"
* * *
To be continue ...
Haha... bisa post tapi cuma pendek.. maaf yah... sebenarnya ini lanjutan post kemarin. Cuma kepanjangan kalau dijadikan satu. Jadi gue bagi jadi dua.. oke tetep nantikan Bang Izal ama Manda yah ... jangan lupa bintangnya... luv yu
Inaka Arum
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Or Not?
Humor"Ups, maaf! He...he... nggak sengaja! Reflek, saking senangnya!" kata-kata itu keluar dari mulut Manda, saat Faizal menarik tangan yang hendak dicium oleh Manda. "Inget batas suci!" Seloroh Faizal sekenanya. "Idih segitunya. Ketahuan nggak pernah de...