Faizal meringis, melihat reaksi Arman yang memang berlebihan padahal dia baru berkata untuk sebuah kemungkinan.
"Mukanya biasa aja kali! Nggak usah pake melongo gitu!" Faizal menghela nafas jengah.
"Lah Loe masukin kata baru dalam kamus perjodohan. Biasanya kan Loe jawab dengan tegas 'tidak' lah ini ada 'kayaknya' kan kemajuan. Jadi terharu!""Lebih terharu lagi Gue, masak adzan aja sampai lupa, kebalik sama iqomah!" itu bukan suara Faizal, melainkan suara Mia yang duduk di kursi roda sambil memangku anak keduanya, di ikuti oleh seorang suster.
Keduanya menoleh, namun dengan tatapan yang berbeda. Arman dengan raut masamnya, sedang Faizal menahan tawa.
"Serius Loe, Mi!" Mia menggerdikkan bahu, "Tanya saja sama orangnya! Nih pegangin dulu dedek bayinya!" Mia menyerahkan si bayi pada Arman yang sudah kelihatan sigap.
"Itu kerena gugup, Sayang! Konsennya pecah. Loe bisa ketawa sepuasnya, belum ngalamin sih!" pandangan Arman beralih dari Mia ke Faizal. "Coba kalau besok Loe ngalamin sendiri, istri Loe nglahirin, pasti ya sama! Itupun kalau Loe kebagian masa!"
"Maksud Loe?"
"Kebagian masa, maksud Gue, Loe masih panjang umur!" Arman tertawa mengejek.
"Gue bakal nikah, hoey! Tapi nggak untuk sekarang!"
"Iya, sudah hafal Gue, Loe nunggu sampai siap. Siap jadi bulak, bujang lapuk!"
Asem!
* * *
Manda terus memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sesekali ia juga mengembungkan pipi kemudian menggerakkan ke kanan kiri seperti sedang berfikir.
"Thir, Aku duluan aja ya, bos kamu lama!"
"Lah katanya mau ngajak ke KUA, kok malah duluan!" Fathir menghentikan aktifitasnya membersihkan sisa-sisa cat yang menempel di alat pencampur warna."Aih, ketahuan yang kebelet ke KUA, memang ke KUA mau ngapain?" Manda memicingkan matanya.
"Nemuin penghulu lah, katanya langsung KUA dijabanin!" Manda bergidik, "Jijay ah!" ucapnya sambil memperhatikan wajah Fathir yang menahan tawa.
"Kamu itu lucu, sering godain orang, kalau digodain salah tingkah!"
"Aish, katahuan ya! Malu ih! Pinjem hati dong, buat sembunyi!" Manda mengedip-ngedipkan matanya.
"Jijay!" kini giliran Fathir yang bergidik dengan ulah Manda. Keduanya_pun tertawa tak lama kemudian.
.Fathir melambaikan tangan setelah terdengar mobil Manda membunyikan klakson, wanita itu memutuskan untuk pergi setelah hampir setengah hari ia menunggu Faizal untuk membayar denda, namun yang ditunggu tak kunjung datang, padahal Fathir bilang 'Biasanya bos pergi cuma sebentar, tunggu ajalah, aku nggak mau pegang uang sebanyak itu. Takut khilaf!' Itu kata Fathir.
Tapi yang ditunggu nggak kunjung tiba. Ditelfon ternyata hp dia ketinggalan di garasi, ya sudah mau nggak mau nunggu. Ngeselin nggak sih? Ya kesellah, kayak nunggu sesuatu yang nggak pasti, kan nyakitin! Tuh yang baca aja senyam-senyum, pasti ada sesuatu.
Baru saja Fathir membalikkan tubuhnya untuk kedalam, ia dikejutkan dengan sorot lampu taksi berhenti di depan bengkel.
Faizal keluar dari taksi, dengan muka kusut, sekusut hubungan kita. Ia tidak menyangka saja, kelahiran anak kedua Arman membuat pengalaman baru untuknya. Mulai dari hp ketinggalan, telat sholat jum'at, kini dia harus pulang dengan taksi karena sangat tidak memungkinkan dia ikut mobil Arman, atau meminta Arman kembali mengantarnya. Mau sampai kapan saling ngantar mengantar tapi tanpa kepastian!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Or Not?
Humor"Ups, maaf! He...he... nggak sengaja! Reflek, saking senangnya!" kata-kata itu keluar dari mulut Manda, saat Faizal menarik tangan yang hendak dicium oleh Manda. "Inget batas suci!" Seloroh Faizal sekenanya. "Idih segitunya. Ketahuan nggak pernah de...