Part 5

124 5 0
                                    

Setelah beberapa hari, akhirnya bisa post lagi.

Happy reading...

Lebih kurang lima menit, Faizal diam menatap Manda yang duduk di hadapannya.
.
Setelah insiden tersedak tadi, Fandi juga menerima telfon penting. Alhasil dia meninggalkan Manda sendiri di bengkel milik Faizal.
.
Lanjut menelisik tentang permintaan Fandi, Faizal meragukan jika dia harus memperkerjakan wanita di bengkelnya, apalagi manusia ceroboh macam Manda, bukan meringankan beban, tapi malah nambah masalah, pikirnya!
.
"Ehm...!" Faizal berdehem membuka suara.
"Emh, kamu nggak harus kerja disini untuk ganti rugi. Saya percaya kamu akan bayar selama surat mobil kamu ada ditangan saya!" sambungnya.

Mata Manda berbinar, dia tersenyum seolah baru mendapat kesegaran angin surga. Ia berteriak sambil mengepalkan kedua tangannya di udara. Wanita itu juga jingkrak-jingkrak sebagai ekspresi kelegaannya.

"Ups, maaf! He...he... nggak sengaja! Reflek, saking senangnya!" kata-kata itu keluar dari mulut Manda, saat Faizal menarik tangan yang hendak dicium oleh Manda.

"Inget batas suci!" Seloroh Faizal sekenanya.

"Idih segitunya. Ketahuan nggak pernah deket cewek cantik ya!" Manda menimpali ucapan Faizal.

"Situ merasa cantik? Orang dara model flat gitu, siapa juga yang tertarik!"

"Dara?"

"Dada Rata!" Manda sontak menyilangkan kedua tangannya di depan dada, ia mencebikkan bibirnya setengah mengumpat.

"Dasar, mulut kamu mainnya di pasar ya, kalau ngomong pedes banget kayak cabe! Lagian seksi gini dibilang flat, mata situ katarak?"

"Cih... seksi. Seksian mantan kemana-mana!"

"Hello, hari gini mantan masih di inget, mantan tuh dibuang! Pada tempatnya!" Manda sengaja menekankan kata terakhir untuk melihat reaksi Faizal yang sudah merah padam.

"Banyak omong, udah keluar sana!"
"Ye... nggak usah nyolot, aku juga bakal keluar! Gosong lama-lama berdekatan sama makhluk astral macam kamu!" kata Manda berapi-api. "Songong banget, untung ganteng!"

Eh...

Manda merutuki kata-kata yang keluar begitu saja dari bibirnya. Mana mungkin lagi ndongkol gitu masih sempet-sempetnya muji.

"Ngapain malah kayak patung disitu? Keluar sana!" suara Faizal memutus lamunan Manda.

Baru saja Manda membuka mulut untuk bicara, terinterupsi oleh suara pintu yang diketuk, kemudian muncul seorang lelaki dengan balutan jaket dan celana jeans berwarna biru senada. Ia tersenyum manis, matanya hitam tajam, mulutnya tipis serta rambutnya ikal agak panjang sampai leher.

"Bos, Gue ganggu nggak?" katanya sambil mendekati meja Faizal, meletakkan kunci bengkel diatasnya.

"Nggak, Gue udah selesai. Lagian dia juga bentar lagi pergi!" Faizal menunjuk Manda yang masih diam dengan dagunya.

Lelaki bernama Fathir yang merupakan salah satu karyawan kepercayan Faizalpun mengikuti arah pandang Faizal.

Ia melihat Manda terdiam dengan mulut sedikit terbuka dan mata melebar tanpa berkedip, membuat Fathir terkekeh.

"Terpesona, heum?" suara Fathir membuat Manda memerah.

"Iya.., kayak pangeran Yunani di novel-novel, tahu! Eh.. nggak-nggak! Maksudku lebih ganteng, bener deh. Suer!" Manda mengacungkan dua jarinya.

"Bos, pacar Loe lucu juga!" Fathir geleng-geleng melihat tingkah Manda.

"Ish.., ngaco! Aku mana mau pacaran sama dia!" Itu suara Manda yang nyuri start sebelum kalimat pedas Faizal menimpali lalu menusuk hati.

Marry Or Not? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang