Part 23

78 7 0
                                    


Ruang keluarga Abdullah menjadi ramai kali ini. Bukan keramian seperti pada umumnya, di ruangan berukuran 8x6 itu berkumpul dua keluarga besar untuk membahas pembatalan pertunangan. Bukan berita baik tentunya, tapi sanggup membuat Faizal tersenyum. Seperti beban yang selama ini ada di pundaknya hilang. Bisa dirasakannya sekarang, sebuah kehilangan yang menyenangkan!

"Jadi, kamu memang benar pacar Luri?" pertanyaan itu keluar dari Pak Suwandi teruntuk Fathir yang duduk di sebelah Faizal. Pak Suwandi sendiri datang setelah istrinya memberi kabar tentang peristiwa yang terjadi.

.

Niat hati Bu Suwandi berkunjung ke rumah keluarga Abdullah, semula untuk membahas tamu undangan yang akan dia hubungi lewat telepon. Teman semasa kuliah dan organisasi yang juga di ikuti oleh Bu Mala. Dulu sekali, Dirinya dan Bu Mala merupakan pasangan ketos dan waketos yang cukup terkenal, kepopularannya terus bertahan bahkan sampai mereka menginjak bangku kuliah. Dan acara pertunangan Luri dan Faizal bisa menjadi ajang pembuktian kekompakan mereka hingga bisa berbesanan.

"Kita ngobrol di teras atas saja biar leluasa. Kalau di bawah, takut ngganggu Bapak yang lagi serius nyimak berita!" tutur Bu Mala saat Bu Suwandi berkunjung. Dua paruh baya itu mengobrol panjang lebar, sedikit bernostalgia tentang masa di mana mereka tertarik pada lelaki yang sama. Hingga obrolan mereka terinterupsi suara klakson mobil milik Faizal yang memekak telinga.

.

"Kamu itu memang bener pacar Luri, bukan?" suara Pak Suwandi membuat istrinya berjengat meninggalkan lamunan. Kali ini lebih keras dengan wajah serius.

"Iya, benar, Om!" Fathir menarik nafas panjang sebelum menjawabnya, berbeda dengan Luri, wanita itu memejamkan mata sambil merutuki ucapan Fathir.

"Kok bisa kamu pacaran sama dia sedangkan yang di jodohin sama kamu itu, Faizal?" pandangan Pak Suwandi beralih pada Luri. Anak semata wayangnya itu tetap diam. Semua orang menatapnya, menunggu jawaban, termasuk Marwan dan Dahlia yang cukup kaget karena berita batalnya pertunangan kakaknya. Benar, ini seperti membuka luka lama, Dahlia sendiri pernah berada dalam posisi Luri, hanya saja kasusnya yang berbeda.

"Bukannya Luri memang sud_" Bu Mala urung melanjutkan ucapannya dan memilih diam setelah Pak Abdullah menyentuh lengannya. Dia nurut dengan wajah sedikit ditekuk.

"Maaf, Om, Tante. Kami memang memiliki ketertarikan! Tapi sebagai anak yang baik, Faizal maupun Luri memilih untuk menuruti keinginan masing-masing orang tuanya dengan mencoba menjalani perjodohan itu. Tapi nyatanya, sekarang inilah yang terjadi." Fathir membuka suara lagi, ia mulai menyandarkan bahu pada lengan kursi.

"Benar begitu, Luriana?" Pak Suwandi menatap lekat Luri, sedangakan Faizal dan Fathir juga menatapnya dari sudut lain. Luri merasa dirinya diintimidasi oleh tatapan itu, ia mengangguk, tak punya pilihan lain.

Dari tempatnya duduk, Bu Mala kembali gusar. Wanita paruh baya itu, sudah setengah badan beranjak ingin protes, namun lagi-lagi tangan Pak Abdullah mencengkram lengannya.

Pak Suwandi diam. Cukup lama hingga akhirnya berbicara, "Kalau begitu, perjodohan serta pertunangan ini resmi dibatalkan! Sekalipun kita manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan segala sesuatu. Mungkin Faizal dan Luriana memang tidak berjodoh!" tuturnya sambil menatap Pak Abdullah meminta persetujuan, lelaki paruh baya itu mengangguk tanda setuju.

· * * *

Luri membuang wajahnya, anggrek tanpa bunga yang ada di pohon mangga jauh lebih menarik dari pada memandang Fathir. Raut wajahnya makin sengit tatkala Fathir justru cuek mengupas permen karet dan melempar bungkus kosong pada kaki mulusnya.

Marry Or Not? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang