Aroma minyak panas bercampur bawang putih menguasai dapur. Mami berada di balik meja dengan spatula dan aneka bumbu lain untuk membuat tumis kangkung. Sedangkan Manda, ia hanya duduk di meja makan, masih dengan muka bantalnya.
"Kenapa cuma duduk di situ sih, Kak! Bantuin Mami dong!" Manda bangkit dari duduknya, tapi bukan untuk membantu mami, ia justru mengambil gelas dan meneguk air yang ada di dalamnya.
"Kan aku pengennya makan masakan Mami. Kalau aku bantuin, ntar rasanya beda!" Manda kembali duduk, memperhatikan maminya yang kini sedang membersihkan keringat di dahi.
"Masakan kamu lebih mantap, Kak! Lagian tumben minta dimasakin Mami?"
"Nggak tahu, lagi pengen aja. Mumpung aku masih di sini."
"Memang mau pergi kemana? Kamu aneh deh!" Wanita bertubuh tinggi itu meneteskan sedikit kuah pada telapak tangan, kemudian menjilatnya.
Enak!
"Ya nggak tahu, Mami! Aku akan nikah mungkin, terus ikut suami."
Mami hanya melongo mendengar penuturan Manda. Rasanya baru kemarin dia menilai putrinya yang belum memiliki pacar.
Kenapa sekarang malah membicarakan suami?
Apa ada sesuatu yang terlewat di sini?
Oke, mungkin mami muda ini harus menjadi paparazi sehari untuk tahu berita yang terpercaya. Bukan berita abal-abal yang menarik simpati sana sini, kemudian menghilang entah kemana.Ditelan kuda nil, mungkin!
Pandangan Manda beralih kepada seseorang yang kini berjalan menuruni tangga.
"Mau kemana, Ion? Tumben rapi!"
"Mau ngembaliin sepatu ke rumah Naya, nggak tahu, kayaknya kemarin ketinggalan di mobil." Ion mendekat, berjongkok, ia mengamati pergelangan kaki Manda, masih sedikit bengkak dan warna merah di sana.Manda yang mengerti kebiasaan Ion pun menjulurkan kaki, memutar pergelangannya sedikit untuk memperjelas letak memarnya.
"Aku ikut sampai depan komplek ya, mau ke supermarket beli rahasia perempuan!" Manda nyengir, ia beranjak ke wastafel dapur dan mencuci muka di sana.
Mami yang menyadari hal itu langsung melotot, bersiap mengeluarkan segala omelan.
"Marion yang ngajarin, Mi!" Manda menyahut cepat, ia terlalu hafal tabiat maminya. Sebelum fatal terkena ocehan, wanita itu berlari untuk ganti pakaian.
"Kayak gitu kok mau nikah!" Mami mengomel, lebih jelas menggerutu sambil memindahkan tumisan yang sudah siap santap ke mangkuk.
Ion menukikkan alis mendengar gerutuan maminya. Nikah?
"Siapa yang mau nikah, Mi?"
Mami menoleh sekilas, "Manda." Katanya seraya kembali ke posisi semula. Sedangkan Ion terdiam dengan pikiran yang,... entahlah..
* * *
Faizal berang atas berita yang dibawa ibunya. Beliau menyampaikan bahwa pertunangan dengan Luri sebulan lagi di laksanakan, kemudian di susul acara pernikahan pada bulan berikutnya.
Berita ini sampai ke telinga Faizal tanpa lelaki itu tahu kapan pembicaraan sebelumnya terjadi. Entah apa yang dilakukan wanita gila bernama Luri itu, yang jelas dia harus bertanggung jawab tentang semua ini.
"Luri kembali ke Singapore, Zal! Dia akan pulang dua hari sebelum hari pertunangan kalian!"
Suara Bu Mala memotong pemikiran Faizal. Ini tidak bisa dibiarkan, apa maunya si Luri itu, datang tiba-tiba, pergipun juga demikian.
"Kenapa harus begitu? Maaf, Izal nggak bisa!"
"Tapi Luri bilang, hubungan kalian sudah terlalu jauh, ibu tidak mau terjadi hal-hal yang tidak di inginkan nantinya!" Bu Mala berujar dengan penuh harapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Or Not?
Humor"Ups, maaf! He...he... nggak sengaja! Reflek, saking senangnya!" kata-kata itu keluar dari mulut Manda, saat Faizal menarik tangan yang hendak dicium oleh Manda. "Inget batas suci!" Seloroh Faizal sekenanya. "Idih segitunya. Ketahuan nggak pernah de...