Faizal menoleh oleh tepukan di pundaknya. Ia mendengus membuat Arman sang pelaku justru tersenyum evil karenanya.
Hari ini tepat digelar syukuran untuk putri kedua Arman. Syakilla, nama bayi itu. Selepas acara, Syakilla menangis, mungkin gerah. Dan Manda dengan sigap mengambil alih Syakilla dari pangkuan Mia yang nampak kerepotan.
Dan di sinilah bayi montok itu, duduk pada sebuah ayunan tunggal belakang rumah Arman. Ia sedang tidur dengan pulas di dekapan seorang Amanda.
What? Manda?
Kok bisa wanita ceroboh, pecicilan, manja, cengeng seperti Manda bisa menggendong bayi dan membuatnya tertidur?Jika itu yang kalian pikirkan, sama halnya dengan Faizal. Lelaki itu juga heran dengan apa yang dilihatnya.
"Naksir, loe Zal? Ngelihatin sampai segitunya?" Faizal melirik siempunya suara.
"Nggak usah ngaco!" sahut Faizal.
"Nggak usah ngeles, diambil orang baru nyahok Loe! Nyesel ntar!"
Perkataan Arman membuat Faizal diam. Lelaki itu mungkin sedang mencerna apa yang Arman ucapkan, atau malah tak peduli dan membiarkannya berlalu seperti di bawa angin.
Faizal sulit ditebak, mungkin Arman butuh sesuatu untuk tahu apa yang ada di pikiran Faizal sebenarnya. Hipnotis mungkin?
Setelah berlalunya Arman karena panggilan Mia, Faizal menghela nafas. Satu-satunya bahasa tubuh yang mampu dibaca Arman apabila Faizal sedang dalam kondisi tidak baik.
Pikirannya terbagi, antara pertunangannya dengan Luri, tentang kedua orang tuanya, juga tentang...
Mungkin susah bagi Faizal mengungkapkannya, tapi ia tidak bisa mengelak.
Tentang, Manda.
Ada yang aneh dengan Manda, menurut Faizal.
Mungkin Faizal tidak sadar dengan apa yana ada di pikirannya, bukankah selama ini dia memang selalu mengganggap Manda orang yang aneh?
Lalu, apa yang terjadi?Sekelebat pikiran Faizal tertuju pada kejadian beberapa jam yang lalu, sebelum Arman datang dan mengabarkan acara syukuran dirumahnya. Terlebih dia juga mengajak semua orang yang bekerja di bengkel auto fashion milik Faizal untuk turut hadir, termasuk Manda.
Jika setelah kedatangan Fathir, Faizal menyebut setan pecicilan yang ada dalam diri Manda telah kembali dari masa cuti. Berbeda dengan saat Fathir pamit untuk kembali bekerja.
Manda dengan cepat beranjak dari ruangan seolah menghindari bertatap muka dengan Faizal.
Apa pesona Faizal telah luntur, hingga membuat seorang wanita cukup takut hanya untuk berada di dekatnya? Kalau begitu, apa kabar dengan Luri? Wanita setengah gila itu bahkan berencana mempercepat pertunangan mereka.
Faizal mengacak rambutnya frustasi. Ia seperti ingin menenggelamkan diri di danau, kemudian bertemu buaya dan bergulat dengannya. Mungkin cukup menarik, sehingga dia punya alasan untuk merintih jika terluka. Dari pada seperti ini, dia tak memiliki cukup kuat alasan untuk resah. Tapi kenapa hatinya demikian?
"Apa yang loe lakuin di sini, Bos? Semua anak-anak pada makan di dalem!" Fathir mendekat kearah Faizal sambil membawa dua piring irisan buah di tangannya. "Nah tuh napa lagi, muka sampai ditekuk gitu?" sambungnya sambil memasukkan irisan melon ke mulut.
"Ck.. cerewet loe ah! Minggir sana!" Faizal semakin sewot.
Fathir mengerdikkan bahu, "Ya sudah! Gue masuk nih, serius! Jangan nangis loh!" Faizal hanya melotot sambil menggerutu tidak jelas.
"Eh, Thir! Tunggu!" Itu suara Faizal yang mengubah pendirian bahkan belum ada semenit dari apa yang baru saja ia katakan.
"Apa!" Fathir menjawabnya dengan sewot, bahkan irisan melon yang tadi masuk ke mulut belum menyentuh kerongkongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Or Not?
Humor"Ups, maaf! He...he... nggak sengaja! Reflek, saking senangnya!" kata-kata itu keluar dari mulut Manda, saat Faizal menarik tangan yang hendak dicium oleh Manda. "Inget batas suci!" Seloroh Faizal sekenanya. "Idih segitunya. Ketahuan nggak pernah de...