"Hmm... sate dombanya sangat enak," Jungkook menikmati sedapnya setusuk sate domba yang melumer di lidah. Ia bahkan makan sangat cepat, lalu mengambil satu tusuk lagi, melahapnya lagi, dan seterusnya seperti itu.
Yoongi yang sibuk membakar sate domba, berdecak kesal melihat si Jungkook melahap semua sate domba buatannya.
"Ya! kenapa kau memakan semua sate domba buatanku?" Yoongi mendaratkan pukulan ke kepala Jungkook, dan menatap tajam iris cokelatnya. Ia sudah menghabiskan waktu setengah jam untuk membuat sate domba, tapi sang adik malah tak tahu terima kasih. Ia memakan semua sate domba tanpa membantunya.
"Terserah aku. Ini adalah pestaku bukan pestamu." Tanpa ragu, Jungkook kembali menghabisi sate domba yang baru saja matang. Ia tidak mempedulikan sang kakak, yang sudah siap melahap habis dirinya lewat tatapan mata.
"Jeon Jungkook!" Yoongi berteriak geram. Ia ingin menarik rambut adiknya itu namun Jungkook sudah keburu berlari menghindarinya. Dan hal itu memancing Yoongi untuk mengejar sang adik yang baginya menjengkelkan.
"Kejar aku kalau bisa!" Jungkook berlari sambil mengeluarkan lidah meledek.
"Awas kau bocah manja!" Yoongi tidak menyerah mengejar adiknya yang lari kencang seperti angin. Ia berhenti sejenak mengatur napasnya yang terengah lalu kembali berlari.
Melihat sang kakak nyaris meraih tubuhnya, Jungkook lantas bersembunyi di balik punggung Young Suk yang sedang merapikan meja makan di halaman.
"Ya, kemari kau!" Yoongi berusaha menangkap Jungkook namun terhalangi oleh badan Young Suk. Alhasil Young Suk menjadi korban mereka. Tubuhnya digerakkan ke kanan dan ke kiri oleh Jungkook sebagai tameng.
"Ya Tuhan... kalian kan sudah besar." ucap Young Suk menggeleng heran. Kedua anaknya bisa dibilang bukan anak kecil lagi, tapi tingkah laku mereka justru kekanak-kanakan.
"Dasar payah!" cibir Jungkook dan itu sukses membuat kedua bola mata Yoongi melotot. Kesabarannya sudah habis, dan tangannya terasa 'gatal' untuk segera menangkap dan membekap mulut Jungkook.
"Anak manja sepertimu harus diberi pelajaran," Yoongi menaikkan lengan baju menantang, dan kembali mengejar si Jungkook yang sudah kabur dari punggung Young Suk. Ia tidak putus asa, untuk membalas dendamnya pada sikap sang adik yang menjengkelkan.
Keduanya terus kejar-kejaran tak peduli teriakan ayah yang menyuruh mereka untuk berhenti. Mereka tetap melakukan aksi mereka hingga sebuah suara bel berbunyi menghentikan mereka.
ting tong
Young Suk menautkan kedua alis, kala bel pintu di depan rumahnya berdering. Tidak biasanya seseorang berkunjung ke rumahnya jika langit sudah gelap.
"Jungkook, ketimbang kau kejar-kejaran dengan Yoongi, lebih baik kau bukakan pintu." perintah ayah yang bertujuan untuk menghentikan aksi kejar-kejaran antara adik dan kakak. Ia pusing melihat kedua putranya menghabiskan waktu hanya saling mengejar seperti anak kecil.
"Baik, Ayah!" ucap Jungkook lantang sambil hormat, seperti seorang tentara yang ingin bertugas. Ia berjalan meninggalkan Yoongi yang berdesis kesal lantaran ia gagal menangkap dan menarik rambutnya.
"Siapa kira-kira yang datang ke rumahku? Ini aneh ketika ada tamu di malam yang semakin larut," Jungkook bergumam bingung sambil melangkah mendekat menuju pintu. Ia merasa ada yang janggal. Tidak mungkin ada yang bertamu ke rumahnya, di saat langit semakin kekurangan cahaya bulan.
"Mungkin ia tamu yang penting," kata Jungkook sebelum ia memutar kenop pintu.
"Permisi, apakah benar ini rumah menteri Jeon?" ketika Jungkook membukakan pintu, ia disambut dengan kehadiran beberapa pria berseragam yang menanyakan keberadaan ayahnya. Mereka menunjukkan selembar kertas di depan Jungkook, sambil sesekali melirik ke dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...