"Akh!" Begitu Sehun telah membuka kelopak mata, ia bergegas menopang tubuhnya di atas ranjang dan juga menyentuh kepalanya yang berdenyut. Sensasi alkohol yang ia tegak semalam sukses memutar-mutarkan otaknya.
"Tunggu sebentar," Sehun teringat sesuatu. Meski dia pada malam itu ia sedang mabuk kepayang, ia masih tahu kalau tempat yang ia duduki ialah sofa bukan ranjang. Dia mustahil bisa berjalan sendiri ke ranjang karena selama ia dipengaruhi alkohol tidak pernah sekalipun ia bisa melakukannya.
"Apa jangan-jangan---" Sehun spontan mendelik. Samar-samar, ia membayangkan wajah Jungkook yang tengah membopongnya menuju ranjang. "Itu tidak mungkin," Sehun terkekeh lalu menggelengkan kepala.
Sungguh tidak masuk akal bagi Sehun jika Jungkook datang menemuinya. Jangankan untuk menemuinya, saat Sehun mendekati dia siang kemarin, dia ditolak mentah-mentah dan berakhir dengan luka di lengannya.
Sehun melirik perban yang melilit lengannya. Dia kemudian mengerut karena merasa bahwa perban itu masih terlihat baru. "Siapa yang menggantikannya?" Sehun bertanya-tanya. "Mungkin ini hanya perasaanku saja," kata Sehun sebelum dia beranjak dari ranjang lalu melangkah menuju lemari pendingin.
"Ah, segarnya," Sehun tersenyum setelah sebotol air dingin dari kulkas mengisi kekeringan di kerongkongannya. Dia meminum lagi dan kedua bola matanya tidak sengaja menangkap semangkuk kari di atas nakas serta selembar note di pinggirnya.
Sehun meletakkan kembali botol air itu ke dalam lemari pendingin berlanjut mengambil kari serta selembar note itu.
Aku membuatkan kari untuk menghilangkan mabukmu
Jeon Jungkook
Sehun spontan melebarkan bola mata bahkan mulutnya sampai menganga lebar. "I-ini..." Sehun berulang kali mengusap matanya, memastikan kalau apa yang baru saja ia baca bukan delusinya semata.
"Hei, sadarlah Oh Sehun! Ini pasti orang lain," Sehun menampar pipinya sendiri. Dia belum percaya kalau Jungkook sendiri yang membuatkan semangkuk kari untuk menetralkan pengaruh alkohol di dalam tubuhnya.
"Tapi," Sehun lagi-lagi menautkan kedua alis. Dia berusaha menerawang jauh ingatannya saat dia mabuk semalam.
"Mustahil," Sehun langsung membekap mulut. Dia ingat. Jungkook lah yang menemaninya semalaman di hotel ini dan dia juga yang membopongnya menuju ranjang.
"Ya Tuhan," Sehun perlahan mengulas senyum lebar. Kehadiran Jungkook membawa kebahagiaan untuknya. Dia seperti hidup kembali karena Jungkook sudah membuka hatinya lagi untuknya.
Tanpa berpikir terlalu lama, Sehun langsung merampas kari itu, melahapnya cepat sampai dia tersedak. Kebahagiaan terbesarnya telah kembali. Adik kecil yang ia rindukan sudah tidak lagi menjaga jarak padanya.
******
"Kenapa kau terus tersenyum?" Yoongi meletakkan bokong di sebelah adiknya yang tersenyum sendiri.
"Eoh?" Jungkook tersentak. "Ah, aku tidak---" Jungkook menjadi tergagap. Ia menggaruk tengkuknya dan bingung untuk berkata apa.
"Apa karena kau baru saja memaafkan Sehun?"
"Apa?" Jungkook membelalak. "Hyung, ba-bagaimana kau--"
"Apa yang aku tidak tahu darimu?" Yoongi berdecih. Dia mengusak surai Jungkook dengan rasa gemas yang membuncah tinggi. "Semalam, kau pergi tanpa izin dariku. Kau pikir, aku tidak tahu kalau kau pergi tanpa izin, itu artinya ada rahasia yang kau sembunyikan," lanjut Yoongi.
"Hyung, aku tidak bermaksud---"
"Tidak apa-apa. Lagipula, aku semalam menguntit kemana kau pergi karena aku takut terjadi sesuatu padamu. Tapi ternyata, semalam kau bertemu dengan Sehun,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...