“Dia ada di sekitar kita, hyung. Dan dia adalah Cho Kyuhyun,”
Yoongi membelalak mata. Membuat matanya yang sipit menjadi belo.
“Kau tidak berbohong, kan?” Yoongi bertanya dengan intonasi yang rendah. Otaknya belum berfungsi dengan baik saking terkejutnya.
“Tidak, hyung. Malam itu, saat aku ingin membuang sampah, aku tidak sengaja bertemu mereka.” Jungkook mengutarakannya dengan tarikan napas. Sebuah luka lama yang terpendam selama 8 tahun kembali tergali, dan itu cukup memilukan dadanya.
“A-aku mendengar semuanya. Aku melihat paman Cho di depan bar. Dia menjabat tangan seseorang dan berterima kasih padanya karena berhasil menjebak ayah.” Mata Jungkook mulai bergerak gelisah. Suaranya berubah menjadi getaran serta keringat dingin perlahan meluncur di pelipis.
“Lalu, paman Cho tidak sengaja melihatku. Aku sangat terkejut melihat tatapan paman padaku. Aku lantas berusaha berlari namun ...dia terlebih dahulu menyekapku.” lanjut Jungkook dengan suara yang belum berubah menjadi normal.
“Dan saat aku disekap, paman Cho... paman Cho...” napas Jungkook mendadak sempit. Oksigen di sekitarnya seolah menghilang hingga dia seperti menghirup udara kosong.
Yoongi menjadi panik. Dia lantas meraih Jungkook yang tengah meremat dadanya. “Jangan dilanjutkan, hmm! Aku percaya padamu. Aku tidak mungkin curiga pada adikku sendiri.” Yoongi menyingkap poni Jungkook yang basah oleh peluh.
“Ti-tidak. Aku harus menceritakan semuanya.” Jungkook menggeleng lemas. Ia bersihkukuh menjelaskan segalanya pada Yoongi, walaupun kondisinya tidak bersahabat.
“Paman Cho membawaku ke suatu sungai. Aku tidak tahu apa nama sungai itu. Namun, satu hal yang kuingat adalah paman Cho... mencoba menghabisi nyawaku dengan memukulku bertubi-tubi,” tutur Jungkook parau dan penuturannya tersebut cukup menyayat hati Yoongi sebagai kakaknya.
“Dia memukul kepalaku, menghantam perutku berkali-kali. Dan semua itu terasa... terasa...” Jungkook refleks menyentuh perutnya dan kepalanya dengan napas yang tersegal. Bayangan peristiwa lampau saat dirinya disiksa, berputar di depan matanya seperti suatu adegan. Sangat menyekat seperti ingin mati.
“Hentikan, Jungkook-ah. Semuanya sudah berlalu. Kau jangan mengingatnya lagi. Aku akan sangat terluka saat kau mengingat semuanya,” Yoongi dalam sekali gerakan, menenggelamkan Jungkook yang menangis ke dalam rengkuhannya. Dia paling tidak berdaya melihat Jungkook menitikkan air hangat. Karena, setiap tetesan bulir air mata Jungkook ialah pedang untuknya.
****
“Dia ada di sekitar kita, hyung. Dan dia adalah Cho Kyuhyun,”
Yoongi mengamati sendok kecil yang ia putar di dalam cangkir kopi. Menyebabkan lukisan daun dari cream di atas sana memudar dan bersatu dengan warna kopi yang cokelat. Perkataan Jungkook saat di makam Young Suk, tetap terekam jelas di telinga layaknya alunan lagu favorit.
Kematian ayahnya 8 tahun yang lalu nyatanya sudah ada yang mengatur. Penangkapan ayahnya yang tanpa disertai bukti jelas, sudah diatur baik sedemikan rupa. Dan yang lebih parahnya lagi, percobaan pembunuhan yang dialami Jungkook dilakukan oleh orang terdekatnya.
Rupanya, dugaan Yoongi selama ini benar. Dia adalah pelaku utama kehancurkan keluarganya. Dia adalah dalang utama yang mencoba melenyapkan nyawa Jungkook. Tapi yang menjadi permasalahannya ialah, bagaimana dia bisa menangkap si dalang utama?
Lantas, Yoongi mengembuskan napas. Ia lempar pandangannya ke luar jendela, dimana kapas-kapas salju bertaburan di udara, kemudian menyelimuti aspal jalan yang semakin tebal olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...