“Tuan Cho, ini dokumen yang Anda inginkan.” Sekretaris Heo memberikan sebuah dokumen di dalam map kertas cokelat kepada Kyuhyun. Kyuhyun menerima pemberian map cokelat itu kemudian meninggalkan berkas-berkas negara yang sedang diurus.
Kyuhyun secara pelan merobek penutup map, lalu mengeluarkan beberapa foto yang menimbulkan seringai di wajahnya.
“Ternyata kau juga sudah mengenalnya, Jeon Yoongi.” Sebelah sudut Kyuhyun terangkat. Dia mengangkat lembaran foto itu yang mana memotret dua lelaki yang sedang bersama. Lelaki yang satu berwajah imut, dan yang satunya lagi berwajah garang.
“Apakah ada lagi fotonya?” Tanya Kyuhyun.
“Tidak ada, perdana menteri Cho. Hanya foto-foto itu yang berhasil saya ambil.” Sektretaris Heo menunduk meminta maaf.
“Tidak apa-apa. Kau sudah bekerja dengan bagus,” Kyuhyun memuji. Sekretaris Heo kembali menunduk tetapi kali ini sebagai tanda terima kasih.
“Yoongi-ah, bagaimana bisa kau menyembunyikan ini semua? Apa kau lupa siapa aku?” Kyuhyun mengulas senyum smirk.
Tanpa sepengetahuan Yoongi, Kyuhyun mengirim mata-mata untuk mencari informasi Woo secara diam-diam.
Tapi karena status Woo sebagai orang miskin, mata-mata Kyuhyun hanya bisa memotret kehidupan sehari-harinya.
Woo merupakan sebuah batu yang kapan saja bisa membuatnya tersandung. Anak itu mirip seseorang yang sudah dia bunuh. Dan bahaya untuknya jika suatu waktu Woo muncul ke publik, dan menumbangkan posisinya sebagai seorang perdana menteri.
“Sekretaris Heo, tolong siapkan tiket pesawat ke Korea Selatan. Malam ini ada rapat dewan yang harus kuhadiri.” Titah Kyuhyun sembari merapikan meja kerjanya yang berantakan. Ia memakai blazer yang terlampir di kepala kursi, lalu melenggang dari ruang kerjanya.
Selama ini, Kyuhyun menjalankan rutinitasnya dengan melakukan perjalanan dari Inggris, lalu kembali Ke Korea Selatan. Begitupula sebaliknya.
Ia sudah melaksanakan rutinitasnya yang memakan biaya banyak itu sejak Taehyung sekolah di sana. Ia rela membuang banyak uang demi menjadikan putra semata wayangnya itu orang yang berkualitas.
**********
“SEDANG APA KAU DI SANA?”
deg
Mata Woo melotot tegang. Napasnya tercekat. Dia menelan air liurnya kasar, lalu tanpa sengaja kalung di genggamannya terlepas.
“Yoongi-ssi,”
suara Woo mulai bergetar. Ini gawat. Ia ketahuan sudah lancang masuk ke dalam ruangan yang terlarang di rumah Yoongi.
Yoongi yang diambang pintu memperlihatkan muka yang merah padam. Dia berjalan ke sosok Woo dengan gigi yang bergertak, lalu mendorong kasar dia.
Yoongi mengambil kalung Jungkook yang terjatuh, membersihkannya, lalu menaruhnya ke tempat semula. Alirannya menjadi semakin mendidih, setelah mendapati Woo telah lancang menyentuh kalung milik mendiang Jungkook.
“DASAR LANCANG! PANTAS SAJA SEHUN MENYIKSAMU. KAU ADALAH ORANG YANG TIDAK TAHU TERIMA KASIH. AKU SUDAH MELARANGMU MASUK KE SINI TAPI KAU MELANGGARNYA.” Yoongi mengamuk dan dia menarik Woo yang menggigil takut. Tatapan matanya itu tidak seperti tatapan mata yang Woo kenal. Di dalam tatapan itu tersimpan segudang amarah bukan kehangatan yang biasa diberikan oleh Yoongi untuk Woo.
“Keluar!” Yoongi melepaskan tangannya di kerah Woo, sampai membuat lelaki berwajah imut tersebut nyaris terjatuh.
“Yoongi-ssi, aku minta ma---“
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...