“Hei bung, kenapa kau melamun?” Kyungsoo muncul secara tiba-tiba kemudian menyenggol sikut Yoongi. Dia heran setelah kembalinya Yoongi dan Woo dari gereja, lelaki itu bukannya senang melainkan termenung.
“Ya, Kau mengejutkanku saja!” Yoongi berdesis dan hendak melayangkan sebuah pukulan namun Kyungsoo cepat berhindar dan memberikan tawa kecil.
“Kau ini seorang CEO muda tapi pekerjaan sehari-harimu itu melamun. Aku bingung kenapa kau bisa membangun sebuah perusahaan?” Kyungsoo mendecakkan lidah heran.
“Aku tidak melamun!” Suara Yoongi meninggi. “Aku... aku hanya merasa aneh pada seseorang,” Yoongi yang sebelumnya berkata dengan nada tinggi, perlahan menyurutkan suaranya menjadi pelan.
“Apakah tentang Woo?” Kyungsoo menerka dan Yoongi menanggapinya dengan bola mata yang lebar.
“Dugaanku benar. Kau itu sejak dulu tidak berubah. Selalu mudah ditebak dalam situasi apapun.”
“Aku rasa ada yang janggal dengannya. Saat aku dan dia mengirimkan doa untuk adikku lalu meniup lilin, Woo berhasil meniupnya sedangkan aku tidak. Ini tidak masuk akal, Kyungsoo.” Dahi Yoongi mengernyit kala dia menjelaskan semua yang terjadi di gereja. “Selama aku berdoa untuk adikku, tidak pernah sekalipun aku mengalami hal yang aneh. Tapi ketika aku bertemu dengan Woo, hal-hal yang terjadi padaku itu di luar akal.” Yoongi masih setia pada ekspresi bingungnya.
“Bagaimana itu bisa terjadi?” Kyungsoo tak kalah heran dengan Yoongi. Dia menautkan kedua alisnya tak mengerti.
“Entahlah.” Yoongi menaikkan kedua pundaknya. “Kyungsoo-ah, bisakah kau membantuku? Aku ingin kau mengecek DNA-nya,”
“Apa? DNA? Yoongi jangan katakan kau belum bisa melupakan___ “
“Tidak. Bukan begitu maksudku. Aku hanya berharap kalau keajaiban datang padaku.” Tatapan Yoongi menurun. Dia memalingkan muka rupawannya dari Kyungsoo ke objek lain seperti taman.
“Baik. Aku akan melakukannya. Kau tenang saja.” Kyungsoo menepuk pundak Yoongi dan hal itu menciptakan seulas senyum tipis darinya.
“Terima kasih.” Yoongi masih setia memperlihatkan senyum manisnya pada sahabatnya itu. Ia tidak tahu harus melakukan apa selain sebuah senyuman sebagai ungkapan terima kasih.
*******
“Ayo pukul terus! Jangan sampai kalah! Hajar dia sampai mati.” Di sebuah ruangan keluarga, terdapat seorang lelaki tengah asyik memeragakan gaya tinju mengikuti pemain film di layar televisi. Dia nampak antusias dengan adegan pertarungan antara seorang tentara Amerika bersama robot dalam sebuah film.
“Dasar bodoh! Kenapa kau bisa kalah dari robot itu?” lelaki itu mengumpat. Dia kecewa dan kesal karena jagoannya dalam film itu kalah bertarung dengan robot.
“Bagus Thor! Kau datang menyelamatkan Captain America.” Lelaki itu berseru senang saat karakter Thor tiba membantu Captain America.
“Apa yang seru dari film itu? Semua yang terjadi di film itu bohong tapi kau justru menikmatinya. Dasar aneh.” Yoongi tiba-tiba muncul, lalu mendaratkan bokong di samping kanan Woo. Dia menatap jengah layar televisi sambil melipatkan kedua tangan bosan.
Woo yang mendengarnya merotasikan bola mata. “Justru kau yang aneh. Film itu adalah salah satu film box office. Tapi kenapa kau tidak menyukainya? seleramu cukup buruk, Yoongi-ssi.” Woo berdecak lalu dia menggeleng heran.
“Ya, jangan asal bicara! Seleramu lah yang buruk.” Yoongi membentak tapi tak membuat nyali Woo mengecil.
“Tidak. Seleraku tentu sangat bagus. Justru seleramu itu yang kampungan.” Woo membalas ucapan pedas Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...