Yoongi hendak membuka mobil. Namun, getaran di saku mantel menghentikan tangannya.
"Yeoboseyo,"
"Yoongi-ya,"
Yoongi menegang. Suara lirih Kyungsoo di seberang sana menyengat detak jantungnya hingga berlaju sangat gesit.
"Ada apa?" Yoongi mulai gusar. Dia bahkan menggigit jemarinya.
"Jungkook... dia..."
"Jungkook kenapa?" Yoongi berteriak cemas. Napasnya pun berubah menderu cepat.
"Aku mendapatinya tidak sadarkan diri di kamarku. Sekarang aku berada di rumah sakit. Cepatlah datang ke sini,"
Tanpa memberi ucapan penutup, Yoongi mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dia langsung menancap pedal gas dan mengemudikan mobilnya di atas kecepatan rata-rata.
****
"Auw!" Sehun berjengit dan menghentikan kegiatan memotong kol. Dia buru-buru mengisap darah yang keluar dari jari telunjuknya.
Pendarahannya perlahan terhenti setelah memakan waktu beberapa sekon. Dia kemudian menempelkan plester di jari telunjuknya yang tergores. Akan tetapi, saat dia sedang menutup lukanya, tiba-tiba wajah seseorang yang sedang menangis terlintas di benaknya.
"Woo," Sehun mengernyitkan alis. Di dalam bayangannya, Woo terlihat rapuh. Wajahnya juga nampak pucat. Dia turut berkali-kali melirihkan kata 'Semuanya terasa menyakitkan'
"Apa Woo baik-baik saja?" Sehun menjadi khawatir. Pasalnya, belum pernah Woo hadir di dalam benaknya dengan keadaan amat lemah.
"Aku harap ini hanya perasaanku," Sehun mengembuskan napas setelah merapatkan doa. Dia berharap Woo yang berada jauh dari jangkauannya dalam keadaan baik.
"Hei, kau kenapa?" Sehun terkesiap begitu sebuah tangan menepuk bahunya.
"Aku tidak apa-apa. Tapi, entah mengapa perasaanku mendadak tidak enak," ujar Sehun sembari menampilkan raut cemas.
"Apa yang kau khawatirkan?" Suho bertanya heran.
"Woo. Tiba-tiba, dia muncul di pikiranku dengan keadaan yang menyedihkan,"
"Ya ampun!" Suho menepuk keningnya jengah. "Apa di otakmu hanya ada Woo? sudah aku katakan berkali-kali, lupakan anak itu." Suho berujar menahan geram.
"Aku tidak bisa," Sehun menarik napas panjang sebelum melanjutkan kata "Aku pernah bilang padamu, Woo itu permataku. Meskipun aku tidak punya hubungan darah dengannya, di mataku Woo adalah adikku,"
"Tapi dia sudah bersama Yoongi dan tak akan pernah kembali. Kehadiran Woo di sisimu hanya akan menjadi angan-angan,"
"Aku tahu," Sehun berucap lemah. "Tapi hatiku tidak bisa berbohong. Dimanapun Woo berada, rasa sayangku tidak pernah terputus. Hati ini memberitahu bahwa Woo sedang tidak baik-baik saja," jelas Sehun seraya mengarahkan jari ke dadanya.
"Terserah," Suho memutuskan perdebatan dengan melenggang jauh menuju pintu luar. Dia membanting pintu secara keras hingga membuat Sehun berkaca-kaca menatap kepergiannya.
*****
Yoongi berlari layaknya orang keserupan. Dia membelah kerumunan di lorong rumah sakit, dan tak jarang dia mendapat sumpahan dari mereka yang tak sengaja tersenggol olehnya.
Pikiran Yoongi kalut. Bahkan, hal itu menyebabkan kedua tangannya bergetar. Jungkook ditemukan pingsan dan hal itu sukses mencopotkan jantungnya dari rongga dada.
Kamar bernomor 543. Yoongi akhirnya tiba di depan kamar, dimana adiknya terbujur lemah. Dia menelan ludah pahit ke tenggorokan, sebelum memutar kenop pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...