He Is Not Him

2.6K 355 43
                                    

"Kemarikan tanganmu!" Woo mengerutkan alis, kala Yoongi menarik tangan kanannya lalu menyisihkan lengan bajunya.

Lelaki bermata kecil itu mengambil sebuah kotak bergambar tanda plus berwarna merah, lalu mengoleskan obat luka di tangan Woo yang banyak memar. Tidak hanya memar, luka lebam pun turut hadir dan membuat Yoongi meringis meski hanya melihatnya.

"Akhh! ini sakit."

"Akhh! Yoongi Hyung, Ini sakit."

Darah Yoongi kembali berdesir. Cara Woo meringis sakit itu seperti mengelupas memorinya saat mengobati luka Jungkook ketika anak itu terjatuh dari sepeda.

flashback

"Hiks... hiks..." seorang anak lelaki bergigi bak kelinci, mengusap-ngusap air matanya yang mengalir, sembari berjalan terseok memasuki rumahnya. Ia terpaksa berhenti di ambang pintu, dikarenakan darah segar di lutut, menahannya untuk terus melangkahkan tungkainya.

"Ayah, lututku sakit," anak itu kembali menangis. Ia mengeratkan genggamannya pada telinga boneka beruang kesukaannya, dan semakin lama tangisan anak itu semakin kencang.

Sedangkan remaja lelaki bermata sipit yang tengah asik bermain game, tiba-tiba terusik dengan suara tangisan anak kecil. Ia lantas mem-pause pertarungan yang sengit di game, lalu berjalan mencari sumber suara tangisan.

"Ya ampun Jungkook, kau kenapa?" Yoongi bertanya panik. Pasalnya, sang adik kini tengah meraung dengan luka besut di lutut kecilnya.

"Yoongi Hyung, ini sakit." Jungkook. Itulah nama dari anak kecil yang sedang terluka itu. Ia menunjuk-nunjuk lututnya yang berdarah, dengan bibir yang melengkung kebawah dengan lucu.

Yoongi hanya menghela napas ringan menangani sikap sang adik yang manja. Ia lantas menggendong anak itu di punggungnya, lalu mendudukkannya di atas kursi.

"Berikan kakimu. Aku akan mengobati lukanya." ucap Yoongi sembari menarik pelan kaki adiknya yang berdarah. Sedangkan, sang adik masih menitikkan air mata lantaran ia takut melihat darah yang mengalir di lututnya.

"Akhh! Yoongi Hyung, Ini sakit." Jungkook meringis manja. Ia mengeratkan ujung kemeja cokelat miliknya, menahan rasa sakit akibat olesan obat merah di lutut kecilnya.

"Ini akibat jadi anak nakal. Kan sudah kukatakan, jangan bermain tanpa seizin ayah ataupun aku," nasihat Yoongi. Ia masih memberikan obat merah di lutut sang adik kesayangan, lalu beberapa detik kemudian duduk di sampingnya.

"Lain kali kalau mau bermain, minta izin dulu ke aku atau ayah, mengerti?" Yoongi berucap lalu mendapat anggukan kecil dari Jungkook.

"Baik, Yoongi Hyung. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Jungkook kecil dengan nada yang menyesal tapi terdengar imut.

"Bagus. Ini baru adikku." Yoongi tersenyum hangat, kemudian tangannya tergerak mengusak surai hitam adiknya yang berbentuk mangkok.

Flashback off

Yoongi berusaha sekuat mungkin menahan desakan air mata yang ribut untuk keluar. Tapi sayang, dia gagal. Dan Woo yang berada di sampingnya menatap khawatir Yoongi yang tiba-tiba menangis.

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Woo cemas. Yoongi cepat-cepat mengusap tetesan air mata yang mengalir di pipi, lalu menggeleng ringan.

"Aku baik-baik saja. Aku hanya rindu dengan adikku," ujar Yoongi. Ia membentuk garis senyuman, walau sebenarnya garis yang melengkung itu terpaksa ia buat.

Woo menatap iba lelaki di depannya. Entah mengapa, ia merasakan luka yang dirasakan oleh Yoongi, padahal ia sendiri hanya orang asing di kehidupan lelaki itu. Aneh memang. Tapi yang jelas, Woo seolah tahu bahwa luka di hati Yoongi begitu besar, sehingga terpendam dalam selama bertahun-tahun.

BogoshipdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang