"Kau bilang, kau ingin bertemu dengan adikmu, kan?" Kyuhyun melipat kedua tangan dengan angkuh, lalu tersenyum sinis. Ia kini membawa Yoongi ke pinggir sungai yang dipenuhi oleh tim kepolisian Seoul.
Yoongi tak bersuara. Hanya air matanya lah yang menjawab semua isi hati Yoongi terdalam.
"Jungkook..." Tubuh Yoongi membeku. Dunia runtuh seketika begitu ia melihat, tiga orang polisi tengah membawa tas kuning yang panjang di depannya.
"Tunggu dulu!" Yoongi menahan tiga orang polisi yang ingin memasukan tas mayat ke dalam ambulan.
"Boleh aku melihatnya sebentar?"
Ketiga polisi itu mengangguk sebagai jawaban. Mereka meletakkan tas mayat itu di depan Yoongi, lalu meninggalkan ia seorang.
Yoongi menarik napas yang dalam. Ia membuka resleting tas itu perlahan dengan gemetar, sambil menahan desakan air mata yang ingin keluar lagi.
"Astaga!" Yoongi dengan cepat berpaling. Keadaan wajah sang adik sungguh parah, bahkan nyaris tak berbentuk. Setelah Yoongi melihat kondisi mayat sang adik, ketiga polisi itu lantas menenteng tas kuning bersama, dan membawanya masuk ke dalam ambulan untuk diotopsi.
Yoongi tak kuasa menahan desakan air mata yang ingin terjun. Belum cukup sang ayah tercinta meninggalkannya, kini giliran Jungkook –satu satunya orang yang ia miliki – pergi dengan cara yang lebih miris dari mendiang Young Suk.
Adiknya hilang tanpa kabar selama dua bulan. Dan sekali ia mendapat kabar, bukan Jungkook yang tersenyum ceria lalu datang padanya, melainkan sosok adiknya yang terbujur kaku dengan muka yang rusak.
"Yoongi," panggil seseorang pada sosok Yoongi yang tengah berdiri termenung.
"Yoongi-ya," lirih orang itu. Dadanya turut sesak melihat kondisi temannya yang memprihatinkan seperti tak ada kehidupan di kedua matanya.
"Apa kau baik-baik sa–––"
"Kyungsoo, katakan padaku. Dia bukan adikku, kan?" belum sempat orang itu melanjutkan ucapannya, Yoongi terlebih dahulu memotongnya dengan pertanyaan yang sangat sulit dijelaskan.
"Yoongi, adikmu..."
"CEPAT, JELASKAN PADAKU! ADIKKU MASIH HIDUP, KAN?" teriak Yoongi dengan air mata yang berlinang. Ia bahkan mencengkram kerah kemeja Kyungsoo.
"Yoongi-ah, kau kenapa?" lirih Kyungsoo. Kedua matanya yang bulat nan besar, turut menitikkan butiran bening yang hangat. "Adikmu sudah pergi. Dia tidak bisa lagi menemanimu." tutur Kyungsoo sambil terisak.
"PEMBOHONG!" Yoongi semakin meninggikan suaranya. Ia memperdalam cengkramannya di kerah Kyungsoo, serta air matanya tak kunjung selesai berhenti mengalir. "BERANI SEKALI KAU MENYEBUT ADIKKU SUDAH MATI!"
tanpa perlu membuang kata-kata, Kyungsoo dalam sekali gerakan, merengkuh tubuh sang sahabat yang bergetar. Ia mengerti betul kondisi hati Yoongi saat ini. Hancur berantakan.
"Jangan takut menangis jika kau ingin menangis." Kyungsoo menepuk punggung Yoongi beberapa kali. "Meski dengan mencekikku bisa menghilangkan rasa sakitmu, lakukanlah. Aku tidak akan melapormu ke kantor polisi." lanjut Kyungsoo dengan tangan yang masih setia mengusap punggung sahabat karibnya.
Yoongi yang mendengarnya lantas melepas cengkramannya, kemudian ia semakin kencang menangis. Ia membalas pelukan sahabatnya yang sama hangatnya dengan Young Suk. Ia pun tak jarang memanggil nama mendiang adiknya dengan napas yang sesegukan.
"Kenapa takdir begitu jahat padaku, kyungsoo-ya? apa dosaku sehingga Tuhan memberikanku takdir yang menyakitkan ini?" isak Yoongi.
"Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja. Tuhan tahu kemampuan semua makhluknya termasuk manusia," jelas Kyungsoo yang menenangkan jiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...