Hoggish

2.2K 325 78
                                    

“Kau bisa lihat ini? kalung ini dibuat sepasang oleh ibuku. Satu untukku, dan satunya lagi untuk Jungkook.” Yoongi memperlihatkan sebuah kalung, berbandul huruf Y di dalam matahari pada Sehun. Sehun terdiam sekilas. 

“Kenapa kalung itu mirip dengan---” Sehun seketika merasakan detak jantungnya sedang berpacu cepat. Benda itu membuka sebuah memori yang sudah lama Sehun kubur.

“Banyak kenangan yang aku punya darinya. Dimulai dari cokelat panas, keripik kentang, lamb skewer, dan yang terakhir... kalung yang dibuat oleh ibuku.” Yoongi mengusap liontin kalungnya. Benda yang melingkar di lehernya itu memberikan efek positif, untuk membuang rasa sakitnya setelah kepergian Jungkook.

Sehun masih bergeming. Mengapa dunia ini sempit? tidak bisakah dunia ini luas, hingga ia tidak perlu takut jika suatu waktu Woo pergi darinya. Ia tidak mau orang yang paling spesial untuknya, kembali ke kehidupan aslinya. Egois memang. Tapi begitulah realitanya. 

Sampai kapanpun Woo tetap akan menjadi adiknya. Meski sang kakak kandung sangat dekat dari matanya, ia tetap tidak mau menyerahkan Woo kepada Yoongi. Biarkan saja Woo selamanya hilang ingatan. Ia tidak rela jika Woo tahu faktanya, dan dia pasti akan memilih Yoongi. 

“Ditinggal itu menyakitkan. Namun aku harus kuat, agar orang-orang yang meninggalkanku tidak sedih. Benarkan Sehun?” Yoongi bertanya. Tapi orang yang ditanya malah termenung. Membuat Yoongi mengkerutkan kening.

“Sehun, Sehun, Oh Sehun.” Yoongi menggucang bahu Sehun, dan saat itu pula Sehun tersentak dari lamunannya.

“Ada apa?” Sehun pura-pura menunjukkan ekspresi datar. 

“Kau melamun. Untung saja tidak ada hantu di sini. Jika iya, aku takut kau akan kerasukan.” Yoongi mengusap lengannya, seolah bulu kuduknya sedang bergidik ngeri.

“Ah... aku sedang memikirkan masalah lain.” Sehun menyengir kikuk. Beruntung Yoongi tidak tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya. 

“Hyung,” sebuah panggilan dari Woo di belakang, menyebabkan dua insan yang tengah duduk menoleh. Perhatian mereka sama-sama terpusat akan sosok lelaki imut, yang sedang berjalan santai dengan syal di tangan menuju mereka.

Namun, sesampainya ia di sana, ia justru menautkan alis. Dua lelaki di depan matanya, memberikan tatapan yang dalam, seakan ada sesuatu di wajahnya. Dan itu tentu saja membuat Woo jadi canggung.

“Aishh, diluar sedang dingin. Mengapa kau tidak mengenakan syalmu, hyung?” omelan dari Woo membelah kecanggungan diantara mereka. Ia mendekati Sehun dengan raut yang pura-pura sebal.

“Maaf, aku lupa.” Sehun mengambil uluran syal dari Woo, dan buru-buru melilitkannya.

Melihat Woo yang melangkah ke Sehun, tatapan Yoongi menjadi menurun. Diam-diam ia tersenyum kecut, akan harapannya yang tidak masuk akal.

Seharusnya dia sadar. Woo adalah adik dari Oh Sehun, bukan dia. Dia tidak berhak mendapat sebutan kakak dari Woo. Ia tahu kalau Woo bukanlah adiknya. Adiknya itu sebenarnya ada di surga. Jungkook yang memanggilnya kakak sudah lama jauh darinya.

“Malam makin larut. Jika aku tidak segera pulang, temanku akan mengomel.” ucap Yoongi berbasa-basi.

“Terima kasih atas semuanya, Yoongi-ssi. Hati-hati di jalan dan sampai bertemu kembali.” Woo melambaikan tangan dengan senyum yang lebar. Yoongi membalas lambaian dari Woo, dan tanpa sadar ia membentuk kurva panjang di wajah.

Selang beberapa detik, Yoongi akhirnya pergi meninggalkan Sehun dan Woo. Dia sadar kalau dia hanyalah orang ketiga diantara sepasang kakak adik tersebut.

“Hyung, aku membelikan sepatu baru untukmu.”

“Benarkah?”

“Ehemm.”

BogoshipdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang