Taehyung nampak terkagum akan keberadaan London's eyes yang berdiri menjulang tinggi membelah langit kota London. Ia tercengang akan kincir air itu yang sudah didirikan sejak tahun 1999.
Namun, senyum cengangnya berhenti, takala dirinya tak sengaja tersenggol, dan terjatuh oleh seseorang.
"I'm sorry," ucap lelaki bermata bulat itu menyesal.
Kedua bola mata Taehyung refleks melebar sempurna, dan tubuhnya menegang.
"Jungkook?"
"Are you okay?"
Kau bertanggung jawab Cho Taehyung.
Gara-gara kau, kakakku menjadi menderita atas kematianku.
Aku...
tidak akan melepasmu.
Taehyung seakan kehilangan detak jantung. Darah yang mengalir di tubuhnya berhenti, serta napas yang keluar masuk di paru-parunya menghilang.
Apakah dia bermimpi buruk lagi? mengapa orang di depannya, begitu mirip dengan mendiang sepupunya?
Berbeda dengan Taehyung, Woo yang di sampingnya mengernyitkan dahi.
"Kenapa dia nampak ketakutan?" batin Woo.
Entah kenapa, tangan Taehyung refleks bergetar. Keningnya yang semula kering, kini berkeringat meski cuaca sedang dingin.
"Mianhae Jungkook. Naega jeongmal mi-mianhae." Taehyung terisak takut. Ia menjauh dari Woo, dan kepalanya ia geleng-gelengkan dengan gelisah.
Woo yang di sebelahnya terperanjat. Taehyung ternyata orang Korea. Tapi, yang jadi pertanyaannya sekarang adalah siapa Jungkook?
"Maaf, aku bukan Jung––"
"Jangan mendekat! Kau pasti mau membunuhku. Aku tidak melihat apapun. Aku sungguh tidak tahu." Taehyung berteriak histeris, serta suaranya yang terdengar bergemetar. Lelaki berkulit madu itu menatap takut Woo yang tidak tahu apa-apa.
Woo menjadi semakin bingung. Hingga akhirnya, suara panggilan sang kakak dari jauh mengalihkan perhatiannya.
"Hyun Woo, apa yang kau lakukan di sana?" Woo sontak menolehkan kepala ke suara Sehun. Ia segera menghampiri kakaknya, namun sesekali menatap Taehyung yang masih berjongkok takut.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Sehun bertanya. Ia yang sedang memegang dua mangkuk ice cream, mengikuti kemana arah mata Woo tertuju. Di sana, ia mendapati sosok lelaki berwajah Korea, sedang duduk berjongkok dengan raut muka yang ketakutan.
"Aku tak sengaja menabrak dia. Tapi, saat aku menanyakan keadaannya, dia tiba-tiba ketakutan," ujar Woo. Matanya masih setia memandangi sosok Taehyung, yang belum berpindah tempat.
"Sudahlah, jangan dipikirkan! Mungkin dia orang gila." Sehun berkata sambil menarik tangan sang adik. Namun Woo menolaknya. Ia masih iba dengan Taehyung, yang ketakutan sendirian di tengah keramaian.
"Jangan pergi dulu, Hyung. Aku kasihan dengannya," pinta Woo.
"Ya Tuhan, anak ini." Sehun membuang napas jengah. "Di sini banyak orang yang tidak waras. Untuk apa kau peduli padanya?" Sehun berucap sebal. Sang adik terlalu naif untuk menjadi seorang lelaki dewasa.
"Tapi Hyung,"
"Terserahmu. Percuma aku mengajakmu kesini, kalau akhirnya kau mengurusi orang gila seperti dia." Sehun menyerah menangani sikap keras kepala si Woo. Ia lantas memilih melangkah jauh, lantaran jengah akan sikap sang adik yang terlalu baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...