Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif
"Aneh. Tadi dia meneleponku tapi sekarang mengabaikan panggilanku," Jungkook berdecih. Ia meletakkan ponselnya dengan sebal yang membuat Sehun menatapnya heran.
"Ada apa?" Sehun bertanya sembari menyeruput secangkir Americano yang ia beli beberapa menit yang lalu.
"Ah... ini bukan apa-apa, kok. Aku hanya kesal dengan Yoongi Hyung yang mengabaikan teleponku," ungkap Jungkook. Dia turut meminum secangkir cappucino yang sebelumnya ia aduk terlebih dahulu.
"Aish, kau ini. Mungkin kakakmu sibuk sampai ia mematikan ponselnya," Sehun menasihati.
"Sesibuk-sibuknya Yoongi Hyung, dia tidak pernah mencampakkan panggilan teleponku. Ah, sudahlah. Mungkin dia sudah tidak sayang padaku lagi," Jungkook merengut. Dia kembali meneguk cappuccino yang terasa manis di pangkal lidah.
"Woo-ya, tidak ada kakak yang tidak sayang pada adiknya," Sehun mencoba memberi pengertian.
Hidup bersama Jungkook selama delapan tahun, tentu membuat ia hafal betul seluk-beluk sifat Jungkook. Dia memang mandiri, tapi jika manjanya kambuh, akan sulit menghadapinya.
"Tapi, jika dia sayang padaku, kenapa dia tidak menjawab teleponku?" Sehun menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Perlu kesabaran yang ekstra untuk melembutkan Jungkook yang tengah mencebik.
"Woo-ya, sudah aku katakan. Kakakmu bukan orang sepertiku yang tidak punya pekerjaan. Dia seorang pemimpin perusahaan. Bagaimana kalau usahanya hancur hanya karena kau yang merengut?"
Jungkook terdiam. Sehun benar. Kakaknya adalah salah satu pengusaha muda yang sukses di Korea Selatan. Seharusnya ia bersikap dewasa dan bukan menjadi kekanak-kanakan hanya karena Yoongi tidak mengangkat teleponnya.
Mungkin kakaknya tengah sangat sibuk mengatur perusahaannya agar buah hasil jerih payahnya bisa dinikmati oleh mereka berdua.
"Maaf. Aku cuman sebal karena tidak biasanya Yoongi Hyung mencampakkanku," Jungkook menunduk. Dia mengaduk-aduk cappuccino-nya tanpa berniat ingin meminumnya lagi.
"Itu bagus. Yoongi bukanlah orang seperti itu. Dia adalah kakak terbaik yang pernah aku kenal. Bahkan cinta serta kasih sayangnya padamu jauh lebih besar dari aku dan juga dirimu sendiri," Sehun mengulas senyum lalu mengusap kepala Jungkook.
"Oh iya, aku punya sesuatu untukmu," ungkap Sehun mengganti topik pembicaraan. Dia mengeluarkan sebuah kotak biru berpita merah muda, kemudian menyerahkannya pada Jungkook.
"Apa ini?" Jungkook mengerut. Dia lantas membuka lilitan pita merah muda di penutup kotak biru itu. "Wah, ini bagus sekali!" Jungkook bersorak riang. Kedua bola matanya yang bundar menatap penuh kebinaran sebuah syal rajutan yang terletak di dalam kotak itu.
"Ah... itu tidak seberapa dengan syal bermerk pemberian Yoongi. Aku tidak punya banyak uang jadi aku hanya bisa merajutnya," Sehun berkata sambil mengusap tengkuk yang nyatanya tidak gatal.
"Tidak apa-apa. Syal rajutanmu sangat bagus sampai aku tidak percaya kau jago merajut, Hyung," Jungkook tersenyum lebar sampai kedua gigi kelincinya tertampak. Sehun senang melihatnya. Bagi Sehun, tidak ada yang mententeramkan di dunia ini selain senyum adiknya.
"Apa kau menyukainya?" Sehun bertanya ragu.
"Tentu aku menyukainya. Sangat menyukainya. Terima kasih, Sehun Hyung. Kau adalah kakak terbaik kedua setelah Yoongi Hyung," Jungkook tersenyum lagi, dan untuk kesekian kalinya juga Sehun merasa hangat. Dia bahagia jika Jungkook bahagia. Dia akan melakukan apapun asalkan adiknya itu tetap tersenyum seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...