“Hyung, aku mohon buka matamu,”
Peluh dingin hampir menutupi sebagian kening Jungkook. Ia juga mengerutkan dahinya saat tertidur karena adegan di dalam mimpinya amat mengerikan.
“Hyung, bertahanlah!”
Jungkook meremat ujung selimut. Dia menggerakan kepala secara risau dan tanpa sepengetahuannya, sebuah butir bening lolos dari lekukan matanya yang bulat.
“Hyung, jangan tinggalkan aku!”
Terdengar secara samar-samar isakan tangis Jungkook yang pilu. Dia semakin mengeratkan ujung selimut yang menutupi kedua kakinya.
“Hyung, bertahanlah lebih lama lagi. Aku mohon, hyung. Jangan tinggalkan aku!”
Isakan Jungkook berubah menjadi sebuah tangisan yang mengiris lerung hati. Hidung mancungnya mengembang dan mengempis, serta bibirnya yang mungil bergetar. Napasnya pun turut tercekat seolah malaikat maut sedang menancapkan tongkatnya tepat di jantungnya.
“Hyung, jangan pergi. Hyung... Hyung...”
Jungkook kembali menolehkan kepalanya ke kanan serta ke kiri dengan kegelisahan yang memuncak. Air mata di pelupuknya berlomba-lomba mengalir deras, jantungnya pun berdetak sangat keras seperti ingin meledak.
“HYUNG!”
Jungkook menjerit di tengah malam yang sedang menikam langit. Dadanya bergemuruh hebat hingga membuat dia mengambil napas secara tersegal.
Dia lantas mengedarkan antensinya. Dan satu kata untuk menggambarkan situasinya saat ini ialah gelap dan sunyi. Tidak ada seorang pun di sekitarnya selain dirinya. Itu artinya, apa yang baru saja ia lihat hanyalah mimpi.
“Jungkook,” Jungkook langsung mengarahkan atensinya pada sosok Yoongi yang baru tiba di ambang pintu. Kakaknya itu lantas menyalakan saklar lampu di sisi kanan pintu kamarnya, kemudian menghampirinya dengan raut wajah yang menyimpan segudang rasa cemas.
“Ada apa, heum? aku tadi mendengarmu berteriak,” Yoongi bertanya cemas. Ia menghapus butir-butir peluh yang melumuri kening adiknya.
Alih-alih menjawab, Jungkook merundukkan kepala, dan dalam sekali gerakan, ia menarik kakaknya lalu memeluknya erat. Yoongi dibuat keheranan oleh kelakuan Jungkook. Tetapi ketimbang ia memikirkan tingkah adiknya yang sedikit aneh, dia memilih menenangkan bahu adiknya yang bergetar.
“Apa kau bermimpi buruk?” tanya Yoongi dan dibalas oleh anggukan kepala Jungkook yang lemah.
“Apa ada monster yang ingin menggigitmu di mimpimu?” Yoongi mencoba melawak. Dulu, adik kecilnya sangat takut dengan monster. Bahkan ia sampai mengompol karena tidak berani pergi ke kamar mandi, setelah bermimpi tentang monster yang ingin memakannya.
“Tidak, Hyung,” Jungkook kedua kalinya menggelengkan kepala. “Ini jauh lebih seram dari monster,” lirih Jungkook.
Di mimpiku, aku kehilanganmu, Hyung.
Mengingat betapa mengerikannya mimpinya barusan, Jungkook memperdalam pelukannya, hingga dia bisa mendengar kalau jantung kakaknya masih berdetak. Dia dapat merasakan napas kakaknya yang menerpa leher, serta kehangatan yang sangat ia sukai dari kakaknya belum berubah menjadi es.
“Kau mau tidur bersamaku?” Yoongi menawarkan.
“Tentu aku mau,” sahut Jungkook tanpa melepas pelukannya dengan Yoongi.
“Tapi, bisakah kau melepas pelukanmu? aku sulit berjalan jika kau terus memelukku,” ucap Yoongi. Dia mencoba melepas pelan pelukan Jungkook namun dia enggan melepasnya. Jungkook tetap merengkuhnya seperti anak koala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...