“Tidak,” Sehun yang baru saja berhasil menemukan titik letak Jungkook sekarang, menggeleng panik. Tepat di atas kepalanya, ia mendapatkan Jungkook tengah diambang udara oleh seseorang. Jungkook –adik angkatnya- sedang berdiri di atas udara dengan jeratan di lehernya.Tanpa berpikir lama, Sehun lantas berlari secepat mungkin menerobos apartemen itu. Dia sempat kesal karena lift-nya rusak tiba-tiba. Namun, ketimbang membuang waktu, ia beralih menaiki tangga darurat, dengan langkah yang amat cepat menuju lantai 40.
*****
“Jungkook! Jangan! paman Cho, aku mohon jangan bunuh dia. Aku akan menandatanganya, tapi kumohon lepaskan dia,”
Lirihan Yoongi beserta isak tangisnya yang terdengar memilu, membuat Kyuhyun menurunkan Jungkook. Dia menyeringai lantas memberi lirikan mata sebagai sinyal untuk melepas tautan rantai di tangan serta kaki Yoongi.
“Hyung, jangan. Aku mohon jangan lakukan itu,”
“DIAM!” Kyuhyun memaki Jungkook yang tengah ia tahan. “Jika bukan karena dirimu, semua ini tidak akan terjadi,” Kyuhyun bertukas dingin.
Yoongi mengeratkan pulpen yang ada di tangannya. Kedua mata kecilnya tidak luput dari wajah Jungkook yang sudah basah oleh air mata. “Maafkan aku,” Yoongi meneteskan butir hangat untuk kesekian kalinya. Berusaha menulikan telinga dari pekikan Jungkook yang memintanya untuk tidak menorehkan tanda tangan di kertas itu.
“Hyung, jangan,” Jungkook duduk bersimpuh. Dia menggeleng kuat kala Yoongi telah menggores kertas tersebut dengan tanda tangannya.
Kyuhyun yang melihatnya tertawa puas. Dengan tangan yang masih mencekal Jungkook, dia melepas gelak tawa sampai menitikkan air di ujung mata.
“Kau memang keponakan terbaikku, Jeon Yoongi!” ungkap Kyuhyun bersamaan dengan seringai yang terlukis di wajah. “Tapi,”
Ketika gendang telinganya mendengar ada ucapan yang tertahan dari Kyuhyun, sepasang bola matanya membulat. Dia berusaha berlari mengejar Jungkook namun naas tangannya kembali ditahan bukan dengan rantai melainkan orang-orang suruhannya.
“Jungkook, Jungkook,” Yoongi mengamuk meminta dilepas. Dia mencoba berkali-kali dan sialnya para pria suruhan Kyuhyun tidak mau melepaskannya.
“Aku akan tetap mengirim adikmu ke tempat ayahmu berada,” Jungkook menahan napas. Sebutir air mata mencelos dari pelupuk, sebelum akhirnya Kyuhyun menerjunkannya dari lantai 40.
“JUNGKOOK!” Yoongi memekik histeris dan berakhir ambruk. Tidak. Ini pasti hanya mimpi buruknya belaka. Dunianya belum hancur. Dia bukan Jungkook. Seorang lelaki yang baru saja dijatuhkan dari lantai 40 bukan adiknya.
“Jung-jungkook,” Yoongi menyeret lututnya menuju pinggir atap dimana adiknya baru saja dilempar. Air matanya berlomba untuk keluar dan membentuk aliran sungai kecil nan deras di pipi. Begitupula dengan jantungnya. Debaran yang ada di dada saling berlomba untuk meledak-ledak.
“Jungkook!” Yoongi berteriak pilu. Dia lantas berhenti menyeret kedua lututnya lalu berganti meraung-raung memanggil nama sang adik. Memukul dadanya bak orang kesetanan, dan menangis seperti seseorang yang putus harapan, impian, juga kehidupan.
Yoongi tetap berteriak sembari menangis, sehingga Kyuhyun senang mendengarnya. Ya. Ini adalah tujuan utamanya. Menghancurkan satu persatu anggota keluarga mendiang kakak tertuanya. Dengan Jungkook yang mati, ia tidak perlu susah payah melenyapkan Yoongi juga. Toh, nyawa Jungkook sama dengan nyawanya. Jika Jungkook tewas, itu berarti dia juga telah membunuhnya.
“Jungkook!” Yoongi masih meraung. Matanya sampai bengkak tapi ia tetap menangis keras lalu menyebut nama sang adik.
“Paman Cho,” alis Kyuhyun terangkat. Dia melipat kedua tangan seraya menanti perkataan Yoongi selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogoshipda
FanfictionKesengsaraan, penderitaan, dan kehilangan. Ketiga kata itu datang secara tidak terprediksi. Tak terkecuali untuk Yoongi. Bagi dia, ketiga kata itu melebur dalam sebuah ikatan bernama 'takdir.' Dia terluka atas takdir yang tertoreh di buku langit. D...