THIS IS ONE OF ALL MY FAVORITE STORY THAN I EVER WRITE.
KALIAN MEMBACANYA, MENYUKAINYA, MAKA BERIKAN BALASANNYA!
TERIMA KASIH.
* * *
PROLOG
Dua mobil berkecepatan tinggi membelah jalanan suatu sore dibawah langit sebuah kota ternama. Satu mobil bertipe BMW berwarna biru gelap dan satunya lagi Ferrari merah.
Keduanya sama-sama beradu siapa yang bisa mendahului yang lain hingga tiba digaris finish yang telah disepakati. Dari dalamnya masing-masing duduk dua cewek yang sama-sama muda dan rupawan. Mereka sedang bertaruh.
Hanya pertarungan iseng semata namun bukan jenis iseng yang masuk akal.
Beberapa saat yang lalu kedua pemilik mobil itu memutuskan bertemu disebuah lapangan kosong di kawasan perbukitan yang sedikit jauh dari keramaian kota. Cewek yang pertama hadir memakai mobil ferari merah keluaran dua tahun terakhir. Rambut cewek itu panjang sepinggang dan dicat cokelat tua. Wajahnya cantik, dengan hidung mancung, dagu runcing, kulit putih mulus dan dandanannya benar-benar chic. Dengan mengenakan dress berwarna peachpuff dan wedges bertali putih, dia memutuskan duduk di kap depan mobil sambil menunggu seorang lagi. Dan tak lama muncul BMW biru membawa satu cewek lain.
"Gue kira nggak datang." Tukas cewek berambut panjang pada pemilik kendaraan yang baru hadir itu.
"Gue nggak pernah lari, Ver." Balas cewek yang satunya begitu kepalanya hadir dari balik pintu mobil. Cewek itu berambut pendek dengan potongan pixie dan penampilannya sekilas mirip anak cowok. Dandanannya tampak kontras dengan cewek yang pertama hadir. Dia mengenakan jaket kulit hitam, tank top abu-abu didalamnya, jins setengah sobek dan bots senada.
"Jadi apa taruhannya kali ini?" Bisik cewek yang disebut 'Ver', melipat kedua tangan didepan dada.
Cewek berambut pendek itu maju sedikit, ke depan mobilnya dan tersenyum kecut. "Gue butuh rumah lama bokap lu. Kayanya disitu lebih aman buat gue menghilang, gimana?"
Ver yang berambut panjang sepinggang itu menatap cewek yang telah bersandar disisi BMW-nya dengan sinis. "Gue bingung, kenapa sih rumah itu yang lu mau. Emangnya rumah lain ga bisa lu dapat. Kenapa ngga minta apartemen aja sekalian?"
Mendengar nada ejekan dibalik penuturan cewek berambut panjang membuat cewek berambut pendek hanya bisa terkekeh.
"Lu tahu sendiri kan gimana bokap nyokap gue. Mana mungkin gue bisa ngedapatin dengan mudah, udah deh bilang aja apa yang lu mau kalo menang nanti?"
Cewek berambut panjang menengadah ke arah langit sekilas sebelum kembali menatap cewek disampingnya. "Lu selalu tahu apa yang gue inginkan. . . apa perlu gue tambahin yah, ah sekalian aja semua saham atas nama lu di Diamonds Enterprise. Semuanya." Tandas cewek berambut panjang kemudian, tak tanggung-tanggung mengundang seulas senyum yang mendadak hadir diwajah cewek berambut pendek.
"Hanya itu?!" Katanya lalu menunduk menatap tanah berdebu, "Lu tau sendiri kan gue nggak pernah peduli ama saham atau apapun itu. Dan asal lu tahu juga, gue nggak pernah memaksa siapapun buat jadi teman gue. Tapi kalo itu mau lu, nggak masalah."
Cewek berambut panjang mengangguk sekilas. Merasa yakin dengan kemungkinannya atas pertaruhan itu. "Oke, trus rutenya?"
Cewek berambut pendek mendongak lantas mengalihkan tatapannya ke arah perkotaan tepat dibawah mereka. "Hm start dari sini, jalan protokol sampe finish-nya di bundaran kota, gimana?" Usul cewek berambut pendek.
Kali ini cewek berambut panjang terdiam. Jelas-jelas bukan rute yang mudah, pikirnya. Disore hari begitu, dengan kendaraan padat dijalanan mana mungkin bisa berhasil tiba dibundaran kota tanpa halangan berarti. Belum menghitung polisi patroli yang kapan saja bisa mengejar dan bahaya lain yang sungguh tidak main-main.
"Jadi, nggak?" Bisik cewek berambut pendek lagi memerhatikan perubahan ekspresi cewek disebelahnya.
"Deal. Gue nggak takut, ayo!"
Dua-duanya lantas masuk ke dalam mobil masing-masing. Menyalakan mesin dan segera berpacu dijalanan.
Tak terasa sudah tiga puluh menit kedua mobil itu melintasi jalanan. Mobil-mobil lain yang turut memakai jalanan ikut terkena ulah kedua gadis dalam mobil mewah mereka. Sesekali terdengar bunyi memekakan klakson, deru mesin yang berbelok tiba-tiba, makian pengemudi lain namun belum ada yang bisa menghentikan kedua mobil itu.
Tersisa perempatan jalan menuju bundaran kota. Satu-satunya perlintasan terakhir dua mobil itu. Sebelum mereka tiba disana mereka harus menunggu pergantian traffic light. Mobil-mobil lain sudah bersiap menurunkan kecepatan untuk menanti sejenak, tidak dengan kedua mobil reseh yang masih saling mengejar.
Keringat mengucur deras dipelipis cewek berambut panjang, deru jantungnya sudah diabaikannya sejak memacu kendaraan dengan kecepatan diatas 100km/jam sedari tadi. Kini tersisa perempatan itu, dia melirik sebentar melalui spion, penasaran apakah mobil biru disampingnya juga turut menurunkan kecepatan seperti kendaraan lain didepan mereka. Karena bila nekat melintas, tabrakan jelas takkan mampu dihindari. Namun bila menunggu, sama saja waktu akan terbuang percuma.
Dari dalam mobil BMW biru gelap, seringai cewek berambut pendek hadir melihat gelagat mobil disampingnya yang tampak ragu untuk menambah kecepatan dan hanya berusaha menjaga jarak disisinya agar tidak terdahului maupun tertinggal.
"Akhirnya. . . Lu pasti nggak akan ambil resiko, Vero. Lu emang. . ., payah." Gumamnya seraya menginjak pedal gas kuat-kuat dan memacu mobilnya semakin agresif dijalanan.
Satu detik kemudian.
BMW biru berhasil melewati bayangan ferari merah disampingnya dan melintas lurus ditengah jalanan yang mulai dipadati kendaraan dari arah berlawanan. Dan entah karena keberuntungan, mobil itu sama sekali terhindar dari kecelakaan maut yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Jauh dibelakangnya ferari merah masih menunggu pergantian lampu.
"Nichole, brengsek!"
-
26314, SheJeanA*
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Attack [END]
Teen FictionNichole Tienna - Dalam keluarga dikenal sebagai troublemaker, (sebagian mewarisi sifat ibunya dimasa lalu). Di atas jalanan, dikenal sebagai juara bertahan. Di mata teman-teman, tak lebih dari anak rumahan yang suka mencari perhatian. Cewek seperti...