Extra part

172K 5.2K 142
                                    


My talking tom? And My talking angela?

"Eon! Jangan pukul kucingnya, nanti mati!" Alda berteriak frustrasi. Adik Leon itu sedang asik memukul kucing peliharannya. Seperti game yang sedang di mainkan kakaknya.

"Tidak mati, mom. Di ponsel enggak mati-mati, walau Eon terus pukul." Alda menghembuskan napas jengahnya.

"Itu hanya permainan, dan Tom tidak akan mati. Lain dengan Tam, dia itu kucing beneran, kalau di pukul-pukul terus bisa mati!" Ceon melepas kucingnya, lalu menundukan kepalanya. Mommy sedang marah.

"Iya, Mom. Tapi mati itu apa? Makanan atau permainan baru?" Alda mengusap kepala Ceon pelan, lalu duduk bersila di hadapan Ceon.

"Eon sini---" Ceon duduk di pangkuan Alda.

"Mati itu, tidak bisa bergerak, tidak bisa makan, dan kalau manusia dan hewan harus di kubur di dalam tanah. Eon mau Tam di kubur di dalam tanah?" Kepala kecil itu menggeleng keras.

Alda tersenyum, "Jadi jangan suka pukul Tam, ya? Kalau game di ponsel boleh. Mengerti?"

"Iya, Mom. Eon sayang Tam. Eon janji tidak akan pukul Tam lagi." Eon berdiri, menatap sang mommy. Lalu memeluk Alda.

Alda membalas pelukan Ceon, anaknya sudah besar. Rasanya baru kemarin dia melahirkan si kembar dan sekarang mereka sudah berusia delapan tahun.

"Kak Le, boleh pinjam?" Leon memberikan ponselnya, lalu melangkah pergi menuju ruang baca.

Leon selalu mengalah, anak itu tidak pernah menolak permintaan adiknya.

...

"Astaga Eon! Apa yang kamu lakukan?!" Alda berteriak frustrasi.

Ceon berulah lagi, kali ini adik dari Leon itu memandikan kucingnya.

"Mandiin Tim Mom, dia bau," ucapnya dengan gaya menutup hitungnya. Alda memukul keningnya. Tidak seharusnya kucing di mandikan di kolam ikan.

"Kamu masuk ke kamar, ganti baju!" Dengan wajah di tekuk Ceon masuk ke dalam rumah, meninggalkan ibunya.

"Kasihan kamu Tim," seru Alda saat menyelimuti kucing milik Ceon.

"Honey, kamu dari mana? Aku pulang dan rumah sepi." Alda tersenyum kecil.

"Dari belakang, anakmu itu berulah lagi," Elvin menekuk wajahnya.

"Dia juga anakmu, honey," sahut Elvin.

"Saat dia tidak nakal," seru Alda. Elvin menggelengkan kepalanya, lalu mengampiri istrinya yang sedang memasang wajah cemberut.

"Jangan manyun Al, apa kamu mau aku menciummu? Aku dengan suka rela melakukannya," bisik Elvin, kedua tangannya melingkar di bahu sang istri.

"Boleh, tapi mandiin Tim dulu. Aku mau melihat Gemma dulu." Alda mencium pipi Elvin. "Itu untuk DPnya!" Elvin hanya tersenyum kecil menatap Alda yang sedang berajalan menuju kamar Gemma.

Gemma Andera Pranada, adalah putri kecilnya. Anak yang mempersatukannya dengan Alda.

Gemma sudah berumur dua tahun lebih, sudah banyak mereka lewati.

Awalnya Elvin mengira Alda akan memberikan anak laki-laki lagi. Tapi saat itu, saat di mana Gemma lahir, berselang lima belas menit setelah Alda masuk kedalam ruang sidang kelulusannya.

...

Pagi itu

"Honey, kamu nggak perlu datang. Aku bisa mengaturnya." Alda menggelengkan kepalanya. Wanita itu menolak usul suaminya.

M (Aku, Kamu, Maple.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang