meet my brother

6.3K 490 8
                                    

Kringg!!

Akhirnya berakhir sudah kelas kimia kali ini. Diantara meja percobaan lain, sepertinya hanya milikku saja yang paling berantakan. Cairan warna warni berserakan disana-sini yang entah mengapa malah mengingatkanku kepada rambut kakak-kakakku. Sebenarnya aku tak perlu bersusah payah membersihkan meja ini karena pada nantinya juga akan dipakai kelas lain. Terpaksa aku melakukan tugas ini daripada harus ke ruang guru menemui guru kimiaku yang terkenal killer hanya karena tidak membersihkan alat-alat praktik.

"Where is the lap buluk yang kupinjam?"

Bagus! Lap tersebut berada di meja guru dan aku terlalu malas untuk mengambilnya. Aku mendapat ide untuk melakukan ritual yang dilakukan setiap murid ketika mereka terlalu malas atau tidak punya lap untuk mengelap. Menjadikan kertas sebagai lap sampingan! Kulihat bukuku yang sudah tak tersisa sedikitpun kertas kosong untuk disobek. Aku menendang kursi bulat di depanku, bermaksud untuk memanggil temanku.

"Kwan, aku minta kertasmu, ya?"

"Untuk apa?" ucapnya ganas. Dirinya mendekap kuat buku bersampul merah muda tersebut layaknya sedang melindungi harta kekayaannya yang melimpah.

"Buat menyalin materi tadi soal tekanan gaya hidroponik-- ehh, maksudku hidrostatis."

"Baiklah, tapi jangan sampai kau meminta lebih dari 5 kertas!"

Secepat kilat aku langsung mengambil bukunya dan segera membuka halaman paling tengah dengan cepat, membiarkan dirinya yang menontoni kelakuanku ini dengan tatapan heran dengan mulut menganga. Cukup, aku mengembalikan bukunya sambil tersenyum senang dan tak lupa untuk berterima kasih.

"Oi, banyak sekali kau mengambilnya!"

"Tidak banyak, kok. Cuma 4 kertas. Lagian juga kau bilang supaya tidak melebihi angka 5, bukan?"

Kalau boleh dikata, sebenarnya mengambil 2 kertas saja sudah cukup. Setiap 1 kertas berisi 2 halaman, berarti jika aku menyobek 2 kertas sama saja aku sudah mendapatkan 4 halaman. So, 4 kertas sama saja dengan 8 halaman. Itulah ajaran sesat yang diberikan kak Jungkook beberapa hari lalu. Tanpa ba-bi-bu aku langsung mengelap meja secepat kilat. Tak berapa lama meja yang awalnya berantakan kini sudah tertata rapi.

"Tumben rajin." ucap seorang gadis berambut ikal yang  menepuk pundakku lumayan keras. Mian, itulah nama yang tersemat di pin miliknya.

"Nah, begini harusnya." sambung seorang gadis juga yang kebetulan teman bermainku selain Mian. Hara namanya.

"Lah, daripada harus ke ruang guru? Kena skors? Orang tua dipanggil ke sekolah?"

"Hah? Masa sih cuma gak mengelap meja aja orang tua sampai harus dipanggil?" tanya Mian heran.

"Tentu bisa, lah. Kau mengelap meja dan setelahnya kau membakar meja tersebut. Otomatis kau secara tidak langsung melanggar peraturan sekolah tentang 'larangan merusak properti sekolah', bukan?"

Aku tertawa puas meledek Mian yang sudah siap akan menimpuk wajahku dengan botol spiritus kosong. Untung saja Hara segera menenangkan Mian. Acara bersenang-senang kami sempat terhenti karena terdengar nada dering pesan masuk dari hpku.

"Kau membawa hp?" ucap Hara sedikit terkejut. "Kalau ketahuan guru bagaimana?"

"Siapa itu?" tanya Mian yang sepertinya lebih tertarik untuk mengetahui siapa pengirim pesan tersebut.

From: batu mistis
"Dek, pulang jam berapa?"

Me:
"Ada acara apa sampai nanya kapan pulang? Mau jemput gitu?"

me and my perfect brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang