Itu semua butuh perjuangan juga pengorbanan, tidak ada jalan pintas dan tidak ada kata 'praktis'. Itu semua nyata dan menjadi sebuah memori abadi.
Lihatlah kini, sang matahari bersinar terang menghangatkan semua juga memberi ketenangan dan kesenangan. Bukankah itu yang orang pikirkan? Sayangnya mereka tidak tau jika sinar itu juga bisa redup.
Sang matahari pernah terbenam dalam dingin dan gelapnya angkasa.
===
Sudah hampir separuh jam aku menunggu kak Hoseok di bawah rindang pohon sakura yang tengah mekar, kalau sudah terlanjur bosan kuputuskan menghitung bunga maupun daun yang gugur. Satu dua mengenai wajah memberikan rasa geli sedikit gatal. Sinar matahari yang nampak panas siang ini malah terasa sejuk. Oh, bukankah aku sedang berada di bawah pohon? Mereka berfotosintesis dan menghasilkan oksigen.
Kurasa kalian tahu itu.
Dan seharusnya kak Hoseok tahu bahwa haru menjemputku.
Daripada dikira orang hilang oleh para pejalan kaki yang lewat, aku membuka telepon lalu segera mengirimkan pesan singkat untuk segera menjemputku kepada kak Hoseok dan beberapa kali juga menelepon nomor miliknya, sayang hanya nada panggilan tak terima yang kudapatkan.
To: Namjunet
Masih lama kah latihannya? Kak Hoseok suruh jemput sihh, capek nunggu tau! ( ̄へ ̄)Klik!
Tring!
"Lah tumben balesnya cepet."
From: Namjunet
Lah udah sedari tadi dia pergi."Lah kalau gitu ke mana penampakannya?"
Celingukan kesana kemari coba mencari bayangan kak Hoseok, nihil.
"Adek manis sendirian aja, om temenin, ya?"
Aduh ini apaan ada om-om segala? Jangan-jangan mau nyulik?
Reflek badan memutar siap untuk memukul suara dari arah belakang yang katanya adalah seorang om-om. Belum sempat tanganku mendarat di wajah om tersebut dirinya telah menangkis duluan.
"Maenanya kasar amat pake pukul segala. Halus dikit lah, kan kamu perempuan hm?"
Dan berakhir dengan sebuah suara tawa yang berisik.
"Iya tawain aja terus, gak ngerti apa capek nunggu, mana sekarang ditungguin makhluk halus lagi."
"Sini deh sini om sayang~"
"Ewh minggir kak Hoseok!"
"Dosa loh nolak ajakan om."
"Minggir kaaaaaaaak!"
===
"Mukanya ketekuk gitu, cemberut ya?"
"Gak, bahagia ini."
"Bahagia darimana? Itu nada suaranya aja kaya lagi marah."
"Bahagia banget ini tuh akuuu, lebih bahagia lagi kalau kak Hoseok diem."
Sontak kak Hoseok tertawa entah tujuan apa yang semakin membuatku sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my perfect brother
FanfictionBrengsek! Menyebalkan! Tak tahu diri! Tidak punya perasaan! Berisik! Keras kepala! Egois! Usil! Tapi, kenapa aku masih menyayangi mereka saat ku tau semua realita tadi yang telah kusebutkan selalu terjadi pula padaku? Entahlah. Tetap saja walaupun m...