'Maaf yak aku gak bisa dateng. Habis aku ada acara keluarga, lagian juga malu tau sama kakak-kakakmu.' ucap Mian dari ujung telepon sana.
Bertepatan sekarang malam jum'at, aku mengajak kedua temanku itu untuk mampir ke rumah menonton film. Sebenarnya bukan aku yang mengajak mereka untuk menonton film, lebih tepatnya kak Jimin yang mengajak menonton film bersama.
'Ajaklah juga kedua temanmu itu, pasti seru. Nanti kamu ada temen, jadinya.'
Sepertinya hal itu tak akan terwujud. Mian ada acara keluarga, sedangkan Hara sedang sakit karena demam. Jadi, aku akan menonton film dengan ketujuh kakakku lagi? Ide buruk. Aku sendirian di rumah. Kedua orangtuaku pergi menginap di rumah nenek. Kakakku? Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sendirian di rumah sebenarnya merupakan sebuah kesempatan emas yang jarang kudapatkan mengingat aku ini anak perempuan sendiri. Biasanya kakak-kakakku akan bergantian menjagaku di rumah. Setiap penjagaan yang mereka lakukan padaku berbeda-beda rasanya.
Kak Jin yang jaga itu dunia terasa bagai penjara berjalan. Bagaimana tidak? Setiap 5 menit sekali dia pasti akan berteriak dengan lantang dan jelas sambil menunjuk-nunjuk ke seluruh sudut rumah. 'Dek, ini.., dek itu..., dek jangan..., dek..dek..dan dek!' rasanya kepalaku seperti akan meledak jika mr. Perfect ini menjagaku.
Kak Joon yang jaga rumah mah isinya suara teriakan kak yang merusak barang. 'AAARRRRGGHHHHH!!!!'
Kak Yoongi yang jaga merupakan penjagaan paling kusuka dari yang lain karena disini aku bisa berkeliaran sepuasku tanpa ada hambatan darinya. Jika dia sedang tidak mood, rumah yang awalnya bersih tertata rapi, akan hancur berantakan ketika kedua kelopak mata lentiknya itu terbuka. Walaupun begitu, tetap saja dia yang mendapatkan keuntungan. 'Bersihkan kembali.' ucapnya dengan tatapan sadis miliknya. Mengelak sekalipun jika memang bukan diriku yang membuat rumah kacau, dirinya tetap bersikukuh menyuruhku merapikannya. Untung sayang!
Kak Hoseok yang jaga yah... aku hanya bisa mengelus dada sambil berkomat-kami entah apa. Selamat tinggal dunia.
Kak Jimin yang jaga isinya bikin darah tinggi. Seperti beberapa waktu lalu saat aku sedang fokus belajar dan tidak menyahut kak Jimin yang sedari tadi memanggilku. 'DEKKK, KEBAKARANNN!!! TOLONG!' sontak saja aku yang tengah pusing mengerjakan matematika langsung keluar kamar hingga ngusruk ke lantai. Tak peduli dengan sakit yang melanda, aku tetap berlari ke dapur untuk melihat keadaan kak Jimin. Ternyata keadaan aman saja, tak ada satu benda pun yang hangus terbakar. 'Dimana kak? Dimana yang kebakaran?!!!' kak Jimin hanya tersenyum. Aku melihat kondisinya yang basah kuyup karena bermain dengan kran air dan astaga! Kaus putih yang ia kenakan otomatis basah, memperlihatkan abs-miliknya yang menggoda itu. 'Jangan cuma diliatin aja, disentuh sekalian.' godanya kepadaku. 'Kak, dah pernah keselek talenan, belum?'
Kak Taehyung yang jaga rumah... Entahlah, yang jelas aku malah yang mengawasi kak Taehyung. Suatu hari pernah aku memergoki kak Taehyung yang tengah bermain-main dengan kumpulan boneka milikku. "Kau jangan nakal seperti itu, bunny!" –kak Tae
Kak Jungkook yang jaga, hmm yang ada kita lebih tepatnya bekerja sama membentuk ikatan kriminal. Namun, dia seperti kakakku yang lain. Selalu mengarahkan salahnya kepadaku.
Aku beranjak keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar ketujuh kakakku untuk mengambil earphone milikku yang dipinjam oleh kak Hoseok. Kebiasaannya tidak mengembalikan barang orang lain. Kalau hilang baru heboh sendiri. Akhirnya sampai juga di kamar ketujuh kakakku yang berada di lantai 2, tidak jauh juga dari ruang latihan. Ku buka kamar dan mendapati keadaan kamar yang begitu menyeramkan.
"Ugh, kan aku juga yang harus ngebersihin?!!"
Bukannya baru beberapa hari lalu aku sudah membersihkannya sampai ke akar-akar noda secuil pun, kenapa sekarang malah sudah seperti pemakaman tua saja? Bekas bungkus snack tergeletak begitu saja. Padahal ada tempat sampah di sebelahnya. Belum lagi dengan sisa-sisa makanan yang berceceran tak jelas di lantai. Aku bahkan bisa melihat sebuah buah kurma yang berjalan dengan bebasnya seperti ditarik seutas benang transparan. Oh, lihatlah! Buah kurma itu juga bisa terbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my perfect brother
FanfictionBrengsek! Menyebalkan! Tak tahu diri! Tidak punya perasaan! Berisik! Keras kepala! Egois! Usil! Tapi, kenapa aku masih menyayangi mereka saat ku tau semua realita tadi yang telah kusebutkan selalu terjadi pula padaku? Entahlah. Tetap saja walaupun m...