"Huaa, bosannya siang-siang begini."
Satu jam berlalu menyisakan diriku yang terus menatap langit-langit berwarna putih dan kuning emas dengan lampu kaca di tengahnya. Begitu gemerlap dan menyilaukan. Selama satu jam juga aku mencari posisi nyaman hingga akhirnya aku berakhir dengan keadaan tidur lurus menyesuaikan sofa panjang ini. Kubiarkan rambutku terurai, terkena terpaan kipas angin yang sengaja kutaruh dibawah kepala, pas mengenai tengkuk leherku. Untung sempat aku mengikat rambut hitam panjang ini, jadinya tidak terlalu menganggu.
Jika kalian tanya dimana aku sekarang, aku berada di dorm, lebih tepatnya di bagian ruang tengah. Sepulang sekolah tadi aku mendapat pesan dari bunda untuk langsung pergi ke dorm saja dan jangan pulang karena kunci rumah dipegang oleh kak Jin. Aku menurut saja. Sempat tadi kak Namjoon mengajakku pergi makan es krim di luar, namun aku menolak karena pada saat itu aku sangat kelelahan dan kepanasan."Huaaa, aku menyesal tak ikut ajakkan kak Joonie."
"Ribut melulu dari tadi. Kenapa sih?" ucap kak Taehyung yang tiba-tiba sudah bergabung saja di ruang tengah. Aku melirik ke arahnya dengan perasaan malas. Terlihat dirinya tengah memakan es krim.
"Aku mauuuu"
"Eoh, ini punyaku! Kau beli saja sendiri. Ini uang–"
"Gak makasih. Aku dah gak mood."
Aku kembali dalam kegiatanku, menatap langit-langit ruang tengah dengan tujuan menunggu kak Jin yang tengah sibuk dengan pemotretan dirinya. Dalam lamunanku, aku bisa merasakan sebuah tangan dengan usilnya sedang menarik rambutku ke dalam kipas angin yang masih berputar.
"Hah?"
Sontak aku terbangun dan cepat-cepat meraih rambutku, mengecek apakah ada satu-dua helai yang sudah menghilang atau menjadi pendek. Ternyata masih utuh semua. Aku melirik ganas kak Taehyung yang terkekeh.
"Ish usilnya sama adek sendiri. Baru satu orang, ga tau nanti kalau udah gabung jadi trio korslet."
"Ngambeknya, astaga. Padahal cuma mainan rambut."
"Ya kali mainan rambut sampai disodorin ke kipas angin. Kalau kipas anginnya nyangkut di rambut gimana? Mau tanggung jawab? Gak, kan?"
"Lah, itu tau sendiri jawabannya."
Aku hanya menghela nafas, membiarkan dirinya kali ini menang debat. Toh, jika aku membalas perkataannya tadi, perdebatan tidak akan selesai sampai besok pagi. Bukan Taehyung namanya kalau tidak punya sifat usil yang melekat pada dirinya.
"Duduk."
"Ngapain sih, kak?"
"Nurut aja dulu, apa susahnya sih tinggal duduk manis?"
Aku menurut untuk duduk manis walaupun badanku terasa berat untuk melakukan hal tersebut. Setelah duduk, kak Tae mulai melancarkan ide gilanya dengan rambutku sebagai kelinci percobaanya.
"Wah, rambut kamu panjang, ya." ucap kak Taehyung yang melepas ikat rambutku.
Itu juga bisa diliat sendiri panjang atau gak.
"Rambut kamu juga wangi, dek."
"Ya iyalah. Kalau gak rajin ngerawat rambut, gak mungkin bakal bisa panjang dan bagus seperti ini."
"Gak ada niat buat diwarna gitu? Diwarna sebelah merah, sebelah kuning, sebelah hijau, sekalian aja setiap per bagian helainya di warna kaya pelangi. Nanti bagus jadinya." aku menyikut kak Tae dan yang disikut malah tertawa.
"Aku masih sekolah, kak! Lagian juga buat apa di warna? Ngikut perkembangan zaman? Atau pingin tampil ala model-model gitu? Makasih. Aku masih nyaman dengan rambut hitam ini. Lagian juga kakak pada warnain rambut buat apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my perfect brother
FanficBrengsek! Menyebalkan! Tak tahu diri! Tidak punya perasaan! Berisik! Keras kepala! Egois! Usil! Tapi, kenapa aku masih menyayangi mereka saat ku tau semua realita tadi yang telah kusebutkan selalu terjadi pula padaku? Entahlah. Tetap saja walaupun m...