Dalam suatu hubungan pastilah ada yang namanya permasalahan. Permasalahan itu datang dengan unsur kesengajaan maupaun tidak. Namun, sebaik-baiknya sebuah hubungan ialah hubungan yang cepat dalam membereskan permasalahan di dalamnya. Kejadian seperti ini biasanya terjadi dalam hubungan yang lebih spesifik lagi seperti hubungan asmara atau bahkan persaudaraan.
===
"It's kill me slowly, yeahhh" ucap Mian yang menatap buku tebal di hadapannya yang bertuliskan kapital lapis emas dengan kata fisika, kimia, dan biologi tercetak pada bagian tengah sampul buku tersebut. Setiap lembar halamannya berwarna coklat usang, menandakan umur buku yang sudah tidak bisa dibilang baru lagi. Debu berterbangan di atmosfir ketika setiap halaman buku di buka cepat. Ah, bahkan kata pengantar buku pun sudah tidak layak dibaca. Deretan rumus aneh, gambar tak jelas, teori jahanam, tokoh-tokoh terkenal, dan berbagai hal lainnya yang sering ditemukan pada pelajaran sains. Mian menghela nafas kasar diiringi dengan kata 'kill me slowly' lagi untuk kedua kalinya.
"Arghhh! It's kill me slowwwwly, very very very very very slowllly." ucap Mian jenuh. "It's kill me--"
"Berisik tau, gak? Lagian salah siapa ikut olimpiade." tegas Hara yang sepertinya mulai terganggu dengan kata-kata Mian. Yang ditegur hanya mencibirkan mulut, bodo amat!
"Enak amat kamu ambil kesimpulan. Demi apa aku rela ikut olimpiade sains, huh? Denger kata archimedes aja udah gila, apalagi harus hafal, baca, ngerjain, dan menerapkan hukum gila lainnya. Gak denger tadi pengumuman aku dipanggil ke ruang laborat, huh? Begitu masuk langsung di data, di tunjuk ikut olimpiade sains begitu aja tanpa babibu, dan langsung di cekokin buku beginian yang harus rampung aku pelajari selama seminggu, SEMINGGU!!!! kalau jujur, baca buku ini tuh setara dengan nunggu bias ngelamar diri ini. Gak tau kapan pastinya."
Perang kata tak dapat dihindari lagi. Selama sekiranya tiga menit saja telingaku sudah terasa panas mendengar argumen keduanya. Aku menjadi korban. Sial bagiku mengapa harus duduk diantara mereka berdua, lupa bahwa mereka itu tidak selamanya akur. Tidak selalu kucing dan anjing bersahabat baik seperti yang ada di acara kartun siang hari.
Bagus, sekarang aku menjadi flashback, kan?
===
*Mian POV*
Aku tak mengerti jalan pikiran sahabatku ini. Mengapa dia labil begini hanya karena aku berisik? Orang normal mana pun pastilah akan merasa terganggu, tapi tidak usah dengan acara keras kepala begini.
Ah, sialnya aku dan Hara memang sama-sama keras kepala. Harus kusebut apa? Keberuntungan? Kesialan? Kebetulan? Takdir? Astagaaa.
Keadaan hening dengan kami yang masih saling bertatapan penuh intrik lalu segera kembali duduk. Aku menatap miris buku tua di hadapanku ini. Perlahan, tangaku ini membuka lembar pertama--
Braak!!!
"Cukup untuk kalian berdua! Aku tidak mau tau dan peduli, pokoknya kalian harus berbaikan sekarang juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my perfect brother
FanfictionBrengsek! Menyebalkan! Tak tahu diri! Tidak punya perasaan! Berisik! Keras kepala! Egois! Usil! Tapi, kenapa aku masih menyayangi mereka saat ku tau semua realita tadi yang telah kusebutkan selalu terjadi pula padaku? Entahlah. Tetap saja walaupun m...