"Huaaaaaaaaaaaaa."
Ini hampir ketujuh kali aku mendengar rengekan kak Hoseok. Bisa saja sedari tadi aku pergi meninggalkannya tak peduli jika nanti ada yang melihat berpikiran yang mungkin-mungkin saja.
Namun, kak Hoseok menahanku.
"Awas ih kak!"
"Gak mau." masih dalam acara menangis komersial, kak Hoseok menahanku untuk bangun. Sengaja benar dia menyender padaku lalu dengan bebas berteriak sedih seperti orang gila.
Kalian tau bukan kalau seorang Hoseok teriak itu tidak jauh beda dengan kebun binatang?
"Awas ih beraaat! Nyender yang lain aja."
"Gak mau, udah ena disini." ucapnya santai lalu kembali menyenderkan kepalanya di pundakku. Aku mengalah, mengorbankan pundakku sebagai tempat bersandarnya.
"Lagian juga acara apaan sih nangis gak jelaas gitu kayak orang kesurupan, gejala nih?"
"Untung adek, belum aja di sleding itu mulut."
"Untung kakak, belum aja di santet itu kelakuan."
Kenapa kalau kumpul sama kakak itu bawaanya ngajak berantem?
"Ini loh." akhirnya bisa ngomong baik-baik juga ini kuda alas. "Kan Tinashe update Twitter."
"Terus?"
"Gak sempet liaat."
Lah
Cuma masalah update Twitter.
Kelakuan udah bikin satu rumah gempar.
"Tapi udah liat kan?"
Kak Hoseok mengangguk polos seperti tidak memiliki salah apapun. Ingin rasanya aku menjitak kepalanya saat ini juga.
"Tapi kenapa pas ada pemberitahuan update Twitter, kakak gak sempet liat? Padahal pas itu kakak pegang telepon, kenapaaa."
Bedanya dimana ya Jeynab:)?
Aku langsung minggir dari kak Hoseok. Mengaduh dia seperti anak kecil.
"Ih, kenapa gak ngertiin kakak sih kamu, dek?"
Lah kebalik kak.
"Awas jadi adek durhaka."
Turunannya bunda nih, dikit-dikit main durhaka, main ancam segala. Resiko anak terakhir ya gini nih, mau ancam balik tapi karma berlaku.
Kadang hidup tak semanis senyum kak Yoongi.
"Kak Yoon ini kemana?"
"Ngalong kali dia, siang tidur malam kerja lembur. Kenapa? Mau cari mati?" aku menggeleng cepat, kembali teringat saat dirinya mengamuk karena vas pecah.
"Cuma tanya. Sebagai adek yang baik harus mengerti kondisi kakak-kakaknya, siapa tau aja ada yang sakit butuh perhatian karena terus merana akan status yang hampa."
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my perfect brother
FanfictionBrengsek! Menyebalkan! Tak tahu diri! Tidak punya perasaan! Berisik! Keras kepala! Egois! Usil! Tapi, kenapa aku masih menyayangi mereka saat ku tau semua realita tadi yang telah kusebutkan selalu terjadi pula padaku? Entahlah. Tetap saja walaupun m...