Aku tau ini melelahkan dan aku pun merasakan hal yang sama. Aku lelah juga dengan ini semua.
Cukup dengarkan dan semua akan baik-baik saja.
Sayang sekali, itu hanya omong kosong.
===
"Loh, kok pulang? Emang longgar jadwal?"
Kak Namjoon menggeleng lalu melangkah masuk rumah dibarengi dengan kak Jungkook disampingnya lantas segera merebahkan diri di sofa ruang tamu. Aku pun ikut duduk di salah satu sofa yang berhadapan dengan sofa kak Namjoon dan Jungkook.
"Orang rumah tidak akan pulang hari ini." ujar kak Namjoon sembari memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri, meringankan rasa pegal di leher nampaknya sebelum kembali fokus kepadaku.
Itu berarti akan ada salah satu yang menemaniku menjaga rumah.
"Aku dan Jungkook akan menetap disini, tetapi tak akan lama. Mungkin kau akan bersama Jungkook nantinya. Aku masih banyak tugas di studio yang belum sempat dikerjakan."
Semalaman dengan kak Jungkook berdua di rumah?
Tidak terimakasih.
"Aku lebih suka sendirian di rumah kalau seperti itu ceritanya."
Kak Namjoon menatapku bingung. Oh ayolah, tidak mungkin bukan mereka tidak mengerti jika aku dan kak Jungkook disatukan pastilah tidak akan benar. Ini seperti menyatukan dua kutub yang sama, mereka saling tolak menolak.
"Hanya satu malam." apa-apaan itu kak Namjoon menunjukkan lesung pipit khas miliknya, tengah membujukku? Keputusanku tetaplah tidak!
Kak Namjoon menghela nafas, paham betul jika situasi seperti ini akan terjadi. Walaupun umur kami sudah terbilang bukan umur kanak-kanak lagi, tetapi sikap kami tidak berubah jika saling bertemu satu sama lain. Kita akur dan kita saling membenci. Anehnya jika salah satu dari kami tidak ada yang menggoda satu sama lain... Tetap saja cepat atau lambat akan terjadi perdebatan.
Sebut saja naluri dan aku sungguh sangat lelah akan hal itu. Kapan kita akan benar-benar bertindak sebagai saudara bukan sebagai musuh?
"Kau perempuan. Dan penting jika seorang perempuan mendapat perlindungan, kau tidak akan pernah tau bahaya di luar sana." kak Namjoon menjelaskan secara perlahan berusaha membuka pikiranku agar mau menerima kak Jungkook malam ini saja. "Lagipula jika kau ada perlu sesuatu pun kau bisa minta tolong Jungkook."
"Secara tidak langsung kakak menganggapku perempuan lemah, begitu? Hanya karena aku anak terakhir dari delapan saudara yang kebetulan berjenis kelamin perempuan... Menjadikan kalian bisa menilaiku dengan begitu rendah?"
"Malah perempuan terkuat sekalipun tetap akan membutuhkan bantuan seorang lelaki, yah walaupun tidak seberapa. Pernahkah kau perhatikan bunga, bukankah mereka memiliki tunas di setiap tangkai yang tumbuh? Dibalik tunas tersebut terdapat kelopak yang menutupi tunas tersebut dari terpaan pengaruh luar; kotoran atau goresan yang menjadikan tunas itu tetap terjaga. Maka selang beberapa hari kelopak itu akan terlepas secara perlahan dan memunculkan sebuah bunga baru yang memikat."
"Ini bukan tentang bagaimana bunga itu tumbuh menjadi begitu cantik dan memikat sehingga banyak yang menyukainya, tetapi bagaimana perjalanan itu sendiri dimana bunga itu berkembang bersamaan dengan kelopak yang melindunginya. Hidup itu bermakna dan lucunya kau bisa mendapatkan sebuah pelajaran dari sebuah kelopak tidak berarti dan bunga yang dilindunginya itu sendiri." kini kak Namjoon tersenyum hangat kepadaku setelah selesai menjelaskan ulasan filosofi panjang lebarnya yang tidak aku mengerti. "Baiklah, nampaknya kau tidak mengerti, kan? Intinya adalah kau hanya perlu mengerti sedikit saja cerita dari kelopak itu sendiri, maka cara pandangmu tentang kelopak akan berubah."
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my perfect brother
FanfictionBrengsek! Menyebalkan! Tak tahu diri! Tidak punya perasaan! Berisik! Keras kepala! Egois! Usil! Tapi, kenapa aku masih menyayangi mereka saat ku tau semua realita tadi yang telah kusebutkan selalu terjadi pula padaku? Entahlah. Tetap saja walaupun m...