"Apa kau baik dengan ini?"
"Ya, aku bisa bilang guru jika kau tidak ingin."
Aku menggeleng mantap membuktikan bahwa aku memang bisa melewati ini semua. Tak perlu dicemaskan.
"Ok, good luck!"
Kami bertiga terpisah, Mian dan Hara dengan kelompoknya sendiri begitu pun denganku. Pelajaran hari ini menyuruh kami untuk berkelompok dan setiap kelompok ditentukan oleh guru. Yah, kebetulah sekali harus berpisah dengan Mian juga Hara dan satu kelompok dengan orang-orang yang... Kurasa kalian bisa mengerti maksudku.
Ini akan terasa sulit, jelasnya.
"Saya ingin agar tugas selesai tepat pada jam istirahat." ucap sang guru yang mendapat jawaban 'ya' serentak dari kami semua.
"Oy, mana kelompokmu, huh?" sebuah ucapan yang menyadarkanku dari lamunan bahwa hanya aku saja yang masih berdiri mematung menatap papan tulis sementara anak-anak lainnya telah bergabung dengan kelompok bahkan memulai diskusi. "Apa kau tidak mendengar penjelasan guru?"
"Maaf."
Aku mulai bergabung dengan kelompok yang telah guru tentukan, sebuah kelompok dengan dominan para anggotanya adalah sosok yang 'kuat' dalam kelas.
"Kau yang kerjakan." sebuah tumpukan buku langsung saja dilempar begitu saja dihadapanku.
Aku tau benar kondisi seperti ini.
Apa yang bisa kulakukan selain mengalah?
===
"Ini sudah lama." ujar Hara sembari memainkan kotak susu miliknya yang telah habis. "Apakah sebanyak itu? Kupikir seharusnya sudah selesai walaupun melewatkan jam istirahat."
"Mungkin harus revisi." jawab Mian enteng sembari meminum minuman kaleng miliknya.
"Revisi? Apa gunanya guru jika bukan merevisi tugas murid-muridnya?"
"Oi, kau lupa ya? Sedikit revisi bisa membantu nilai walaupun skala kecil."
Hara terdiam tidak mengerti yang membuat Mian melambaikan tangan, menyuruhnya untuk berhenti memikirkan itu dan kembali bersantai di kantin sembari menunggu.
"Tak terasa sebentar lagi ujian... Kita akan lulus." ujar Hara yang mendapat anggukan mantap dari Mian
"Ya! Aku tidak sabar dengan upacara pelepasan, gaun-gaun indah dan oh! Pesta pelepasan tentunya." tampaknya Mian tak kalah semangat dari Hara. "Ah tapi sama saja kita akan-"
"Bukankah ini terlalu lama?" tanya Hara.
Keduanya langsung bergegas meninggalkan kantin dengan langkah setengah berlari.
.
.
.
Brakk!Suara pintu toilet yang didobrak begitu saja membuatku terkejut, tetapi aku sudah memperkirakan hal itu.
"Hey apa yang kau pikirkan, huh?" Mian menatapku kesal berusaha membuatku untuk bersuara. Aku hanya tersenyum.
"Astaga bajumu basah- bagaimana bisa?" kini Hara menghampiriku dengan raut khawatir yang lagi aku balas senyuman. "Apa yang kau lakukan di toilet hingga basah seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my perfect brother
FanfictionBrengsek! Menyebalkan! Tak tahu diri! Tidak punya perasaan! Berisik! Keras kepala! Egois! Usil! Tapi, kenapa aku masih menyayangi mereka saat ku tau semua realita tadi yang telah kusebutkan selalu terjadi pula padaku? Entahlah. Tetap saja walaupun m...