Taehyung

1.3K 118 4
                                    

Kalau ditanya bagaimana.

Biasa saja, tak ada bedanya dengan anak lelaki.

Jahil, cerewet, menyebalkan, ceroboh, terlalu mudah dibodohi.

Ya, aku suka semua itu

Dan bagaimana caranya berekspresi di setiap ulah yang dibuat, aku menyukainya. Rasanya ingin lagi dan lagi.

Wajar bukan menggoda adik sendiri?

===

Aku tersenyum entah karena apa, aku hanya ingin saja tersenyum.

"Kenapa sih kak senyum-senyum?"

"Ehe enggak."

Aku tetap memperhatikan sembari tersenyum yang membuatnya tampak risih mungkin. Kenapa saat orang lain senang melihatku tersenyum sementara dirinya tidak?

"Astaga kenapa sih kak senyum-senyum?" ujarnya heran lalu menengok belakang dan mendapati pantulan bayangannya saja. Melirik belakangku untuk memastikan ada keberesan.

"Cuma pingin senyum aja, kok." ujarku yang mendapat pukulan kecil darinya. Aku mendengus kesal dan dia tertawa senang.

Ah, bukankah salah satu sifatnya adalah jiplakan kami?

"Mau makan?" tawarku padanya yang dibalas gelengen.

"Aku udah makan, kak."

"Mau makan siang bareng?"

"Kakak kenapa sih? Kadar anehnya makin nambah aja, heran."

Aneh katanya? Baiklah, biar kucatat jika bersikap peduli merupakan suatu keanehan.

"Intinya aja, kakak mau apa?"

"Mau kamu mengisi kekosongan di hati, gimana?"

Aku tertawa puas melihat ekspresi adikku yang terlihat aneh. Hanya dia saja perempuan yang tak suka dirayu dan itu menarik.

Lagipula model seperti papan jembatan seperti adikku tidak akan menimbulkan kepuasan.

"Eh, mau kemana?" aku memperhatikan langkah adikku yang menjauh sembari menopang wajahku dengan kedua tangan.

"Apapun itu asalkan tidak bersama kak Tae, lama-lama aku bisa ketularan aneh."

"Orang jika sedang dimabuk cinta pasti akan melakukan hal aneh dan keanehan itu akan menjadi sebuah kebahagiaan dimata mereka dan yah-"

"Sudah tidak usah dilanjutkan kak Tae!"

Adikku langsung pergi begitu saja dengan wajah kesal sementara aku hanya bisa tersenyum melihat perubahan ekspresinya itu.

Menggemaskan.

===

"Aku rasa bukan yang ini." ujarku menunjuk ke salah satu rak bumbu-bumbu masakan, melihat segala macam bungkus, harga, mengingat lantas mengulangi itu semua hingga tak terasa jika mengulur waktu. "Kenapa semua bungkusnya sama saja?"

"Sama saja darimana? Jelas-jelas beda." Hoseok entah darimana datangnya langsung menjitak kepalaku. "Jangan bilang kau buta aksara, Tae."

me and my perfect brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang