"Ngehapusnya santai aja kali." ujar Mian yang sedari tadi tampaknya risih menatapku.
"A-anu, kamu juga gambarnya gak usah terlalu tebal. N-nanti kertasnya..." Hara hanya tersenyum kecut memperhatikanku.
"Ni anak satu lagi pemesh kah?" lirik Kwan kepada Mian dan Hara yang disusul gelengan tak mengerti keduanya.
Moodku sedang tidak bagus hari ini. Semuanya berawal dari rumah dengan biang masalahnya siapa lagi kalau bukan kakak-kakakku.
===
"Bangun, dek. Sekolah, bukan?" sebuah suara berat tepat mengisi hampir keseluruhan dari kamarku. Tunggu, siapa dia? Mengapa ia masuk ke dalam kamarku? Setelah kucerna beberapa saat, aku langsung bisa menebak siapa penganggu pagiku ini.
"Ayo bangun nanti kamu terlambat gimana coba?" lagi suara itu menusuk telingaku yang masih asik mendengarkan suara-suara alam mimpi yang memanggil. Tak ada respon.
Srakk..
"Ayo bangun, dek! Jangan sampai kakak seret paksa kamu dari sini."
Nah, ancaman yang sungguh sangat bijak, sama dengan otaknya yang terlalu bijak pula. Aku membuka mataku dan balik menatapnya malas.
"Ngapain sih, kak? Gak ada bahan lain gitu buat dibangunin selain aku?"
"Gak tega, sayangku. Tau sendiri kan kita ini capek habis balik dari dorm, habis rekaman ini itu, pemotretan buat album baru atau buat majalah, belum lagi wawancara. Bukan itu aja, malah masih banyak lagi yang pastinya kamu gak mau tau, kan? Sekarang juga kamu sekolah."
"Iya sekolah."
"Trus nunggu apa lagi? Ayo mandi."
"Iya kali mandi jam 5 pagi begini? Lagian juga gorden napa di buka, kak? Matahari belum ada! Kak Jin maaah!!"
Kak Jin hanya terkekeh geli melihatku seperti itu. Ya, dia yang paling awal bangun... Selalu yang paling awal dalam segala hal... Ok, tidak untuk beberapa hal juga ia awal. Namun, tetap saja dibangunkan sepagi ini menyebalkan. Kebetulan sekali ini adalah senin pagi. Hebat, bukan?
"Bodo amat, kak. Bangunin 5 menit lagi key?"
"Gak ada 5 menit." secara spontan kak Jin menarik tanganku, hampir saja membuatku jatuh yang untungnya saja bisa aku imbangi dengan setengah kesadaran yang ada. Aku mendecak sebal yang hanya dibalasnya dengan tawanya yang khas itu. "Atau..."
Apa lagi sih ni orang satu.
"Kamu kalo males mandi, mending bantuin kakak beres-beres rumah."
Yah, sepertinya bukan pilihan buruk juga untuk membantu kak Jin beres-beres rumah. Berhubung air pasti dingin menusuk kalau aku mandi subuh-subuh begini ditambah tak ingin lagi mendapatkan cap buruk dari bunda, aku pasrah saja membantu walaupun sebenarnya malas.
.
.
."Yeayy rampung!"
Aku lantas menghampiri kak Jin yang tengah asik berkutat dengan alat-alat dapur, menyiapkan sarapan untuk nanti. Tangannya tak pernah tinggal diam untuk memotong berbagai macam bahan, mencampurnya, lantas menggoreng atau merebusnya hingga berbau sedap.
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my perfect brother
FanfictionBrengsek! Menyebalkan! Tak tahu diri! Tidak punya perasaan! Berisik! Keras kepala! Egois! Usil! Tapi, kenapa aku masih menyayangi mereka saat ku tau semua realita tadi yang telah kusebutkan selalu terjadi pula padaku? Entahlah. Tetap saja walaupun m...