Wajah nya putih bersih, bulu mata nya lentik, alis tebal, dan hidung mancung, tubuh nya tidak terlalu tinggi--mampu membuat kesan imut pada diri nya. Tidak lupa rambut hitam legam sebahu yang sangat cocok dengan bentuk wajah nya. Tipe remaja perempuan yang selalu di idamkan anak laki-laki seusia nya.
Bila kalian tebak kalau perempuan itu adalah tipe anak baik, pendiam, dan di sayang guru. Kalian salah besar.
"DARA! UDAH LAH GAUSAH NGERJAIN PR NYA!" Perempuan yang cardigan hitam nya masih melekat menutupi seragam itu berteriak nyaring di depan pintu kelas.
"Dasar Grafisa gila." Setelah di kata seperti itu, perempuan bernama Grafisa lantas mendecih, lalu balik badan bersama Zeta untuk pergi ke kantin.
Grafisa dan Zeta duduk di tempat yang paling dekat dengan penjual nasi goreng. Keadaan kantin sepi, karena sebentar lagi pelajaran pertama akan di mulai. Grafisa si bodo amat, ia hanya ingin menuntasi kebutuhan lambung nya sekarang karena tadi tidak sempat sarapan. Dan soal PR, Grafisa punya dua tangan tambahan bila acara nyontek berlangsung.
"Lo pelajaran apa abis ini?" Zeta memulai bicara, sambil memasukan suapan pertama.
"Bu Leli."
"Demi apa jing?" Zeta melotot, hampir saja mata nya akan keluar. Bu Leli, wanita paruh baya asal Batak itu mengajar di bidang pelajaran sosiologi. Sangat disiplin soal apapun. Tugas menumpuk. Pelit nilai. Ngeselin deh kalo kata sebagian murid.
"Sans aja Ta, masih ada sepuluh menit lagi."
----
Keberuntungan seperti nya memihak anak-anak yang tidak mengerjakan PR hari ini. Saat akan di beri hukuman, Bu Leli di telfon seseorang yang mengatakan kalau suami nya baru saja kecelakaan. Alhasil, guru yang rambut nya se-bob itu terburu-buru keluar sekolah. Tidak mengajar.
Grafisa menghela nafas lega, kemudian berjalan keluar kelas karena nama nya sudah di tunjuk untuk mengambil buku tulis yang ada di meja nya. Bu Leli sudah mengetahui siapa saja yang tidak mengerjakan PR, dan hanya di suruh melakukan hal tadi.
"Lang? Lo kenapa ga ngerjain PR?"
"Lang?"
"Idih masih untung gue tanya!"
"Dasar Gilang titisan si buta dari goa hantu!"
"Eh salah, dia kan buta, kalo lo bisu."
Gilang Rival Alfaridzi.
Tubuh nya tinggi menjulang, memiliki aura bad boy, tampang ganteng. Tapi, ngomong seperlu nya saja. Bahkan tidak pernah berbicara kepada orang yang tidak sangat-sangat dekat dengan nya. Seperti sekarang ini.
"Lang ewlah bosen gue."
"Berisik Ca." Grafisa lantas mendorong tubuh laki-laki itu hingga menabrak tembok ruang guru. Tapi, bukan nya meringis, Gilang malah tetap jalan dengan stay calm.
"Gilang! Gesper kamu mana?!" Teriakan dari belakang membuat Grafisa menoleh dan terlonjak beberapa saat. Sedangkan Gilang, anak laki-laki itu hanya menoleh beberapa saat sambil menjawab singkat. "Di tas."
Gilang memang diam, tapi bukan tipe anak-anak pendiam nan pintar. Laki-laki itu hampir seminggu sekali masuk ruang BK karena sering kedapatan merokok di lingkungan sekolah, tidak memakai gesper, celana nya yang pensil, dan tidak pernah mengerjakan tugas. Pokok nya ada saja masalah anak itu.
***
Oke ini dikit, nanti banyak deh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nunca
Teen Fiction[SEBAGIAN PART DI PRIVATE] Apakah takdir selalu seperti ini? Menyakitkan? Grafisa tidak mengerti, mengapa semua nya harus sementara, ketika kita mau hal itu untuk selamanya? Tidak, Grafisa sama sekali tidak mengerti. Takdir selalu selucu itu, membua...