28. Cemburu

2.7K 198 8
                                    

Farabi dan Grafisa baru keluar dari ruangan musik setelah sepuluh menit bel istirahat selesai berbunyi. Wajah Grafisa terpaksa harus ia tutupi dengan jaket yang tadi di kenakan oleh Farabi karena mata perempuan itu sangat sembab.

Sedangkan laki-laki yang di sebelah Grafisa hanya diam, menuntun pelan perempuan itu dengan hati-hati. Farabi tahu kalau semua nya sedang tidak baik-baik saja.

"Eris, kalo lo mau jujur emang gue masih sayang sama lo." Itu jelas suara Gilang.

Reflek, Grafisa membalikan tubuh nya. Mengubah arah, tidak jadi menuruni anak tangga utama yang ada di sisi kanan lantai tiga itu. Farabi dalam hati bertanya-tanya, tentang Grafisa yang merubah arah, juga apa urusan Gilang dengan kakak kelas bernama Erisca tadi?

Perlahan tapi pasti, air mata Grafisa keluar begitu saja. Hati nya sedang tidak menentu, apa ia salah menangis setelah melihat pacar nya bersama sang 'masa lalu'?

Farabi hanya bisa mengusap bahu Grafisa yang bergetar, tapi jarak nya kembali menjauh ketika melewati kelas-kelas yang sudah di isi oleh guru. Bagaimana pun juga, ini masih di sekolah dan Farabi tahu betul apa yang harus di lakukan.

----

Keheningan akhirnya terpecah setelah bunyi bel pulang berbunyi nyaring seantero sekolah, disusul dengan desahan bahagia yang keluar dari para murid.

Acong tidak lagi berbicara seperti sebelum-belum nya, setelah ia di campakan oleh ketiga teman nya, ia diam. Dara, Grafisa, dan Gilang, ketiga nya diam sejak pelajaran setelah jam istirahat di mulai. Acong sebenarnya penasaran dengan apa yang terjadi, tapi laki-laki itu memilih diam. Menyaksikan ketiga orang yang sedang berkutat pada pikiran masing-masing.

Guru yang mengajar pun menyudahi pelajaran nya kali ini. Dara yang terlebih dahulu pergi dari kelas, menyisakan teman sebangku nya yang sedang mengenakan jaket nya.
Baru satu langkah ia ambil, lengan atas nya di cekal dari belakang dan Grafisa tahu betul siapa pelaku nya.

"Lo kenapa nangis?" Gilang memutar balikan tubuh Grafisa dalam satu putaran, membuat mata sembab Grafisa ter-ekspos jelas di hadapan Gilang.

"Gapapa," jawab Grafisa singkat.

Gilang menarik tubuh Grafisa mendekat, hingga hanya satu jengkal tersisa. Beberapa pasang mata yang masih ada di kelas memekik saat kejadian ini berlangsung, entah karena apa.

"Lo kenapa nangis?" Suara Gilang memang tidak membentak, tapi aura dingin nya tidak dapat di hindari. Seakan memerintah Grafisa untuk segera menjawab pertanyaan tadi.

"Kalo gue bilang gapapa ya gapapa!" Teriak Grafisa, memang benar kalau ada orang yang mengatakan perempuan itu keras kepala karena fakta nya begitu. Cekalan Gilang terlepas begitu saja, bersamaan dengan Grafisa yang berjalan menjauh, masih dengan jaket berwarna putih yang Gilang ketahui siapa pemilik nya.

Kesal, Gilang menendang meja yang ada di dekat nya. Lagi, teman-teman nya yang ada di dalam kelas memekik ketakutan, sebelum Acong membawa laki-laki itu keluar kelas.

"Acong menepuk-nepuk bahu teman nya itu, segera menuju parkiran sebelum Gilang membuat sekolah ini hancur karena emosi nya, "santai bro, masih di sekolah."

----

"Tadi gue liat Erisca pake cardigan warna pink! Beuh, cakep nya ga ketolong." Suara khas bass milik laki-laki yang baru saja mengalami pubertas itu masuk ke pendengaran Gilang. Entah kenapa suara nya beribu-ribu kali lebih menyebalkan dari biasa nya.

"Buang mimpi lo jauh-jauh Yan, kata nya dia lagi deket sama Ghifari." Lagi, yang lain menyahut.

"Heh, dasar tukang gosip!" Elak Bian tidak terima. "Erisca tuh cuma boleh sama gue, titik."

"LAH SIAPA LO BEGO!"

"Beauty and the beast..." Acong ikut menimpali, bernyanyi lagu yang baru-baru ini sedang populer. Acong memang berbakat mengundang tawa orang lain.

Sedangkan Gilang, laki-laki itu masih duduk santai di depan kulkas, tidak ada yang tahu betapa keras nya Gilang menahan diri untuk tidak menonjok wajah Bian sekarang. Semua orang tahu kalau laki-laki bernama Fabian itu sangat menggilai Erisca, tapi tidak ada yang tahu kalau Erisca adalah mantan nya Gilang.

Ya, hati nya memang masih sedikit panas bila mendengar teman-teman nya yang menggilai Erisca. Ingin rasa nya Gilang memperlihatkan bahwa Erisca masih mencintai nya, Erisca adalah pacar nya dulu. Gilang yakin bila ia membongkar itu semua, Bian pasti pingsan di tempat.

"Abis kemana dulu Bi?"

"Nganterin Ica pulang," jawab Farabi, kemudian menyuruh Gilang menggeser tubuh nya karena laki-laki itu ingin membeli minuman.

"Lah? Bukan nya Ica pacaran nya sama Gilang?" Lantas, semua mata tertuju pada Gilang, termasuk Farabi.

Grafisa dan Gilang memang tidak terang-terangan memberi tahu kalau mereka berdua pacaran, bahkan sekedar pasang status nama masing-masing saja tidak. Tapi, bukan kah mencurigakan bila seorang Gilang sering berjalan bersama perempuan? Pulang, pergi bareng, bukan kah itu aneh? Teman-teman perempuan Grafisa saja sudah bisa menebak sendiri tanpa perlu diberi tahu.

"Ah, pantes pulang bareng mulu!" Seru Yanto. "Gue baru tau alesan cewek-cewek bilang kali cowok tuh ga peka."

"Untung gue punya cewek yang peka terus tukang gosip hehehe." Reza, laki-laki yang tadi membuat hubungan Gilang terbongkar nyegir. Pacar nya adalah Carla, ya walaupun tidak menjengkelkan seperti Rara, perempuan tetap perempuan yang hobi nya gosip.

Farabi masih diam, senyum saja tidak. Apakah alasan Grafisa menangis tadi adalah Gilang? Ah! Ia tahu mengapa tadi Grafisa menangis kembali setelah melihat Gilang bersama kakak kelas yang sudah ia lupa nama nya itu.

"

Kok ikhlas si cewek nya di anterin cowok lain?" Celetuk Acong, sangat menjengkelkan.

Tanpa membalas perkataan Acong, laki-laki itu membuang puntung rokok nya dan menginjak sampai bara nya habis. Berjalan tergesa-gesa menuju parkiran sekolah untuk mengambil motor yang masih berada disana. Harus nya tadi ia mengejar Grafisa! Harus nya tadi ia yang mengantar gadis itu pulang!

Gilang bodoh!

***

Media: All Time Low - Drugs & Candy

Lanjut ga?

NuncaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang