13. Rahasia

3K 224 2
                                    

Dua jam terlewati setelah kejadian tadi. Baru saja Grafisa menempelkan bokong nya ke kursi setelah mendapat tugas menaruh proyektor di ruang tata usaha oleh guru yang tadi mengajar, suara Dara yang berteriak di ambang pintu kelas membuat nya mengela napas berat.

"Gilang sama ka Naufal berantem di kantin!"

Sebenarnya Grafisa sangat kelelahan hari ini, tapi apa boleh buat kalau mungkin pertengkaran Gilang dengan Naufal saat ini adalah karena nya. Grafisa memperlambat jalan nya, berbeda dengan hampir sebagian murid yang berlari menuju kantin, termasuk Dara.

"WOY BIASA AJA DONG!" Teriak Grafisa kepada segerombol perempuan yang menabrak tubuh nya lalu tetap berlari seolah mereka tidak menabrak apa-apa tadi.

"Astagfirullahaladzim, orang lagi ribut bukan nya di pisahin, malah di tontonin." Grafisa berujar pelan saat melihat pintu masuk kantin sudah di penuhi manusia. Kalau di perhatikan kata-kata Grafisa tadi itu seperti Pak Asep, guru Agama nya.

"AER PANAS, AER PANAS, AER PANAS!" Gerombolan manusia tersebut reflek memberikan jalan kepada Grafisa yang berteriak seperti itu, setelah mengetahui hanya berbohong, gerombolan tersebut kembali menyempit. "WOY DI BILANG GUE BAWA AER PANAS!" Lanjut nya, tapi tidak ada yang peduli. Untung nya tubuh Grafisa mungil, jadi gadis itu bisa menabrak-nabrak dan nyempil sehingga langsung masuk ke barisan pertama.

Nyali Grafisa ciut ketika melihat pertengkaran itu, apalagi melihat Naufal yang seperti kemasukan setan. Beberapa kali tubuh Gilang di hantam ke kursi kantin, dan Grafisa bersumpah kalau itu sangat sakit. Naufal tidak berhenti sampai situ, tonjokan nya menghantam tubuh Gilang tanpa ampun.

Walaupun sekarang yang terpuruk adalah Gilang, tapi lebam di wajah Naufal dan bercak darah yang ada di seragam laki-laki itu membuktikan kalau Gilang juga menyerang. Pertengkaran ini seimbang.

Bagaimana ia bisa menghentikan pertengkaran ini? Dengan cara masuk ke area pertengkaran lalu terkena tonjokan Naufal? Tidak, Grafisa tidak mau hal itu terjadi. Gilang saja yang terkenal rajin bertengkar kini hanya terlentang lemas di lantai, apalagi diri nya.

Tubuh Grafisa bergetar hebat ketika ia berjalan mendekat ke belakang tubuh Naufal yang tertunduk karena sedang menghajar Gilang yang terkulai lemas di lantai. Dengan sekuat tenaga, perempuan itu mengeluarkan jurus tendangan yang baru dua tahun ia pelajari dalam ekskul taekwondo.

Hal itu cukup membuat perhatian Naufal teralih, laki-laki yang merasa sakit di punggung nya akibat tendangan Grafisa pun bersuara. "Oh, berani?"

Grafisa mengangguk mantap, ia harus nya tidak perlu takut kepada laki-laki brengsek seperti Naufal. Toh ia juga sudah ahli dalam berbagai jurus taekwondo. Tubuh Naufal mendekat, memojokan Grafisa di pilar yang letak nya di tengah kantin. Grafisa lantas menunduk takut ketika wajah Naufal mendekat, bahkan ia bisa merasakan napas Naufal yang memburu.

"Lo cantik, tapi suka nya ngelawan," bisik Naufal tepat di telinga Grafisa. "Lo tau? Gue suka cewek yang menantang." Bulu kuduk Grafisa berdiri detik itu juga, apalagi mendengar suara Naufal yang terdengar seperti orang menggoda? Entah lah, inti nya ia takut apa yang Gilang bicarakan tadi menjadi kenyataan.

Grafisa baru mendongak ketika tubuh Naufal jatuh ke lantai, disana Gilang sedang menghajar habis-habisan Naufal, hingga laki-laki itu meringis minta ampun.

Setelah dirasa cukup, Gilang kemudian berhenti dan membawa Grafisa keluar dari kerumunan. Naufal menendang kursi kantin saat melihat tubuh kedua mangsa nya menjauh. Naufal tidak pernah membiarkan diri nya kalah, oleh siapapun.

----

"Lo ngapain si berantem segala?!" Bentak Grafisa sambil memeras handuk kecil yang di rendam dengan air panas yang ada di baskom dari Ibu kantin.

Angin yang berhembus membuat Gilang beberapa kali meringis, rasa nya sangat perih ketika hembusan angin itu mengenai luka basah nya. "Di tanya ya jawab, bego!" Grafisa jadi gemas sendiri.

"Yaudah kalo lo gamau jawab, gue pergi ni!" Ancam Grafisa, ia kembali menaruh handuk tersebut ke dalam air dan mengambil ancang-ancang untuk pergi. "Lang!"

"Gilang!"

"Gue pergi!" Ujar nya kemudian membalikan badan dan segera naik ke jendela lab kimia, tapi karena ia tidak merasa Gilang menahan nya atau mengikuti nya, perempuan itu kembali duduk di samping Gilang.

"Orang mah tahan gue kek, jawab kek, apa kek!" Sebuah senyuman muncul di wajah Gilang, laki-laki itu rasanya ingin tertawa kencang melihat tingkah gadis di samping nya yang begitu aneh.

Senyuman itu hilang ketika tangan Grafisa membersihkan luka-luka yang ada di wajah Gilang. Mata Gilang langsung tertuju kepada wajah Grafisa yang terlihat sangat serius. "Rasa nya nonjok orang gimana si, Lang?"

"Gue pengen deh sekali-kali nonjok orang," ujar Grafisa.

Menurut Gilang rasa nya itu seperti meluapkan emosi, dan itu melegakan hati. Tapi Gilang tidak mengutarakan pendapat nya, ia hanya menjawab dalam hati.

"Kalo di tanya tuh jawab, Sutarji!"

"Gue jawab, dalam hati." Jawaban Gilang itu langsung membuat Grafisa terbahak. Tapi dua detik kemudian perempuan itu mengatupkan rahang nya dan menekan bibir Gilang yang berdarah dengan handuk, tanda ia sangat gemas. "Lo pikir gue Lee Min Ho yang bisa baca pikiran orang, itu juga di drama The Legend of The Blue Sea doang."

"Lee Min Ho siapa?" Tanya Gilang bingung, ia sering dengar perempuan membicarakan nama laki-laki tersebut.

Grafisa mendecak sejadi-jadi nya. "Lo punya hape kan? Punya internet kan? Makanya gunain hape lo dengan baik dan benar."

"Oh."

Hembusan angin menjadi pelengkap selain pemandangan sekolah dari lantai tiga ini. Mereka sekarang sedang berada di bangunan yang paling tidak pernah di jabah manusia sekolah. Tempat ini bisa di bilang bangunan yang tidak jadi di bangun, terletak di sebelah lab kimia dan hanya bisa di capai dengan cara memasuki lab kimia dan loncat dari jendela-jendela tersebut. Disini juga tidak ada pembatas apa-apa, di bagian depan bila terjatuh akan terkena motor-motor yang terparkir karena langsung mengarah ke parkiran.

"Lang, lo kenapa berantem sama si Naufal Naufal itu?"

"Nama nya Naufal, bukan Naufal-Naufal."

"Yaudah iya itu maksudnya." Jawab Grafisa acuh. Peduli setan siapa nama laki-laki itu.

Gilang tetap tidak menjawab. Biarkan ini menjadi rahasia nya.

***

Gimana part ini? Aku tau ini part emang gaje banget wkwkw, comment nya di tunggu, biar aku semangat wkwkw

#wkwkwkland

NuncaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang