19. Coming Back

1.6K 202 24
                                    

I have learned

that people will stay, leave, save, and destroy you

but by far the most dangerous thing they can ever do

is come back

-Beau Taplin, The Arsenal


Waktu seakan-akan berjalan begitu cepat tau-tau Cathaya sudah masuk kuliah mau tidak mau, suka tidak suka ia harus kembali menghadapi rentetan mata kuliah, tugas, dan masih banyak lagi.

Cathaya menyedot jus alpukat yang baru saja mendarat satu menit diatas meja warpin, dia ingin mengucapkan terima kasih kepada Maya salah satu teman sekelasnya yang cukup akrab dengannya karena telah menunjukan warpin.

Warung yang menyediakan Makanan dan Minuman enak dengan harga terjangkau, ia sempat curiga jangan-jangan pemilik Warpin gak bayar pajak atau jenis kewajiban semacamnya? Ah peduli amat.

"Duh Sorry Cath, udah lama nunggunya?" suara seseorang yang tiba-tiba terdengar membuat Cathaya menoleh ke belakang, mendapati seorang gadis menggunakan kacamata dengan frame bulat siapa lagi kalau bukan Maya.

"Santai aja sih May, belum lama kok" ujar Cathaya, matanya mengikuti pergerakan Maya yang kini sudah duduk di sampingnya sambil meletakan kacamatanya diatas meja.

"Pusing gue ngerjain tugas Pak Ravi, kayak ada aja gitu yang salah padahal gue udah cek berkali-kali" ujar Maya sambil memijat pelipisnya, gadis berdarah Malaysia-Jambi ini emang terkenal pintar sudah sering Cathaya menjadi partner Maya mau gak mau mereka jadi dekat sekarang "Bu es teh satu pakai sedotan ya" kata Maya lagi.

Cathaya terkekeh mendengar keluhan Maya soal Pak Ravi, dosen dengan keperfeksionisan tingkat dewa "tapi akhirnya lo kan bisa handle tugas dari pak Ravi" timpal Cathaya berusaha memberi angin sejuk pada hati Maya yang sepertinya dilanda emosi.

Maya menggulung rambut panjang cokelatnya dengan jepitan, kalau kata anak jaman sekarang namanya jepitan badai "iya, tapi rasanya gue ingin mengeluarkan seluruh penghuni kebun binatang di ruangan tuh dosen terus lupa ingatan, biarin aja dia habis dimakan binatang buas" jelas Maya menggebu-gebu seperti ada bensin yang membakar amarahnya, terbukti dari wajahnya yang merah padam.

Tak lama kemudian segelas es teh lengkap dengan sedotan mendarat di depan Maya, "Makasih ya bu" ujarnya ramah kepada Ibu pemilik warpin lalu mengaduk es teh tersebut dengan tidak sabaran kemudian menyedotnya hingga setengah gelas.

Melihat tingkah laku Maya alhasil Cathaya terkekeh "May pelan-pelan," seru Cathaya sambil mengusap punggung Maya pelan.

"Eh Cath," Cathaya menoleh sambil terus menyedot jus alpukatnya menunggu Maya melanjutkan perkataannya "Lo pasti gak tau deh, ada mahasiswa baru jurusan Manajemen Bisnis di kelas Internasional" Cathaya mendengus.

"Penting banget may"

"ih bukan nya gitu, gue curiga ini mahasiswa cicit dari Aprodite gantengnya bikin anak gadis meleleh" jelas Maya antusias, jangan lupakan fakta kalau ia pendengar setia gosip murahan dikampus katanya sih buat hiburan aja.

"Terus?" tanya Cathaya karena penjelasan Maya tuh hiperbola buat orang penasaran dan geli disaat bersamaan.

"ya... lo liat aja sendiri gue gak yakin sih lo akan naksir secara gitu baru balik dari London pasti sudah cuci mata ya? Hahaha..."

Cathaya geleng-geleng, Maya emang cantik bak putri kerajaan tapi kepribadian nya? Boro-boro kayak putri kerajaan, kayak kerabat kerajaan pun enggak.

Omong-omong soal kembalinya Cathaya dari London sempat membuat Chandra kesal, gimana tidak? Yang tadinya seminggu malah jadi sebulan, Cathaya korupsi tiga minggu!

TrilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang