Missing you and Saturday night
A hundred days have made me older
Since the last time that I saw your face
A thousand lies have made me colder
all the miles that separate
Disappear now when I'm dreaming of your face
Semua orang pasti pernah ngerasain apa itu kangen. Ngerasain gimana kesiksanya ingin ketemu sama seseorang tapi ada beberapa hal yang menghambat malah membatalkan pertemuan itu entah karena waktu, jarak, gengsi, atau ketidaktauan kita akan keberadaan orang itu.
Andai aja bertatap muka denganya semudah bertatap muka dengan dosen di kampus mungkin rasa kangen gak akan muncul di suasana yang gak semestinya.
Sabtu Malam dan keramaian sudah menjadi hal yang gak aneh lagi bagi penduduk Jakarta namun entah kenapa Cathaya merasa sendiri di tempat seramai ini.
Dia hanya duduk di tepi jalan sambil sesekali menoleh ke arah laki-laki jangkung yang sedang memesan dua porsi sate ayam dan sesekali pula laki-laki itu membalasnya dengan seulas senyuman.
Dulu, film dan pop corn selalu jadi teman Cathaya dikala Sabtu Malam tentunya dengan seseorang yang sedang ia kangenin saat ini yaitu, Nathan.
Cathaya masih ingat kalau Nathan pernah bilang "ngeliatin kamu selama berjam-jam jauuuh lebih baik daripada ngeliatin macetnya Jakarta".
Cathaya ngerti kalau Nathan semalas itu menyetir mobilnya di tengah macetnya Jakarta sampai-sampai dulu, Ujang supir pribadinya sering mengantar mereka berdua pergi. dia ngerti kalau satu-satunya tempat ramai yang Nathan suka hanya Club malam, dan dia juga ngerti kalau selama ini ia hanya 'mengerti' bukan 'dimengerti'.
Seharusnya Cathaya bisa ketawa atau merasa senang seperti kebanyakan perempuan di tempat ini tapi dia malah menatap jalanan dengan tatapan kosong.
"Heh, ngelamunin apa 'sih?"
suara berat Chandra membangunkan Cathaya dari lamunannya. Dia menyodorkan sepiring sate ayam bumbu kacang lengkap dengan lontong ke arah Cathaya.
Chandra pernah bilang 'kan kalau Cathaya tuh berutang banyak denganya dan kalau sekarang Cathaya lagi sama Chandra artinya dia lagi bayar utang.
Chandra gak minta dibayar pakai uang melainkan pakai waktu. Waktu yang Cathaya punya.
"tiba-tiba gue gak napsu makan" jelas Cathaya, dia menatap seporsi sate itu dengan tatapan gak selera.
"di bungkus aja ya, kalo ntar laper jangan lupa dimakan" kata Chandra sambil mengaduk lontong dan sambal kacang nya menjadi satu.
Chandra emang terkenal flamboyan dia udah biasa sok-sok nebar perhatian dan pesona ke banyak perempuan tapi entah kenapa malam ini dia ngerasa ada sesuatu yang aneh dengan Cathaya.
Dan perhatian yang dia berikan untuk Cathaya.
"apa lo gak suka sama tempat makan nya?" ujar Chandra setelah melihat suasana kedai ini yang cukup ramai. Di pinggir jalan, berisik, banyak asap kendaraan dan rokok. karena telalu ramai mereka terpaksa duduk di pinggir jalan.
"hah—engga kok, biasa aja"
"sate disini menurut gue paling enak lho, tapi sayang lo lagi gak napsu makan sih padahal paling enak makan di tempat" jelas Chandra sambil sesekali menggigit satenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilemma
General FictionTrilemma (noun) : Logic. a form of argument in which three choices are presented, each of which is indicated to have consequences that may be unfavorable. Judul sebelumnya: Moonlight.