35. Epilog

4.2K 258 45
                                    

Chandra

Udah tiga bulan gue menyandang status sebagai suami. Akhirnya gue nikah Man!

Kata kak Alsy ini adalah keajaiban nomor sembilan. Iya, nomor delapan nya gue bisa wisuda. Emang Kakak gue yang satu itu kadang mulutnya minta di sambelin.

Tiga bulan tinggal satu atap dengan Aya membuat gue mengetahui banyak hal tentang dia. hidup gue seperti berubah seratus delapan puluh derajat. Sekarang status gue seorang kepala keluarga dan Mama tiada hentinya kasih gue wejangan seputar kehidupan pernikahan.

Begitu juga dengan mertua gue, Mama Thalia dan Papa Bastian-Papanya Aya-menasehati gue dan Aya jangan sampai kejadian yang menimpa mereka juga menimpa rumah tangga gue dan Aya.

Gue dan Aya udah berjuang sejauh ini dan kita gak mungkin main-main dengan pernikahan kita. Meskipun dulu gue bangsat –tapi sekarang udah tobat- gue hanya mau nikah satu kali seumur hidup dan beruntungnya gue nikah sama seseorang yang buat gue merasakan ‘click’ pada pandangan pertama. Aya emang seajaib itu.

Dua tahun hidup tanpa dia, rasanya berat banget. Kayaknya atlet angkat beban aja belum tentu bisa ngangkat beban rindu gue ke Aya. dua tahun yang Aya jalanin beda dengan dua tahun nya gue.

Beberapa kali gue pulang ke Indonesia selama gue di Rotterdam. Meskipun gue kangen banget sama Aya, gue gak punya keberanian buat muncul di hadapan dia.

Gue Cuma bisa ngikutin dia dari belakang secara diam-diam. persis penguntit tapi gak apa-apa, cinta memang butuh pengorbanan. Gue tahu dia pindah rumah, gue tahu hubungan nya dengan Papa dan saudara tirinya membaik, gue tahu dia jadi lebih sering bersosialisasi sehingga dia punya banyak teman dan dikenal orang, sampai dia nangis di sudut starbucks sendirian. Gue juga tahu. tapi gue masih gak punya keberanian untuk muncul.

Apalagi gue lihat dia pulang sama mantan nya, makin akrab sama mantan nya yang kata mahluk berjenis kelamin perempuan gantengnya naudzubillah waktu itu.

Insecure?

Yaiyalah! Gue juga takut kalau Aya balikan sama itu cecunguk. Tapi untungnya yaa, untung banget, hati Aya hanya terpatri untuk gue seorang.

Big thanks to you, calon ibu dari anak-anak ku. Hehe.

Setelah merapikan berkas kedalam Map gue mengecek ponsel yang dari tadi udah bergetar di dalam saku celana.

Gue lihat ada pemberitahuan, si Aya upload foto ke Instagram nya.

Semenjak nikah, gue mengaktifkan mode pemberitahuan di setiap sosial media Aya. Pokoknya gue gak boleh ketinggalan info dari istri gue.

Haha asek. Istri. Jadi enak nyebutnya.

Gue kira Aya upload foto pemandangan atau dirinya tapi dia upload foto gue. Bisa dimasukin ke keajaiban nomor sekian gak sih? Ini si Aya upload foto gue! Setelah tiga bulan nikah akhirnya...Aya upload foto gue ke Instagramnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TrilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang