24. Try

1.4K 211 14
                                    

You will never know
If you never try
-unknown

Cathaya duduk disalah satu kursi rumah sakit. Setelah satu minggu Mamanya datang ke apartemen secara diam-diam ia tahu kalau Mama masih sayang padanya dan hari ini ia mencoba untuk memperbaiki semuanya.

Matanya menatap kosong ubin rumah sakit, pikirannya ntah berada dimana kerap kali ia merasa gugup tapi ia harus meneguhkan hatinya.

Beberapa menit kemudian terdengar pintu ruangan terbuka, Cathaya bisa melihat seorang wanita mengenakan jas putih keluar dari ruangan tersebut.

"Ya ampun, yaya!" wanita itu terkejut sorot matanya berbinar, Cathaya berdiri lalu berlari memeluknya.

"Mama...maafin yaya ma..." ujar Cathaya disela-sela tangisnya.

Sebagai seorang Ibu, Thalia mengusap punggung putrinya pelan. ia merindukan malaikat kecilnya ini, sangat.

"Maafin Mama juga ya nak" Thalia tidak bisa membendung emosinya lebih lama lagi, ia juga menangis.

"sshuuut udah udah malu dilihatin orang" Thalia berusaha menenangkan Cathaya lalu melepaskan pelukannya. Tangannya berpindah memegang kedua bahu Cathaya, ia tersenyum lalu mengusap air mata yang membasahi pipi putrinya.

"Anak Mama cengeng banget sih" katanya sambil mencubit pipi Cathaya.

"yaya udah jahat banget ya sama Mama" ujar Cathaya penuh dengan penyesalan.

"sudah ya nak, kamu udah makan belum?" tanya Thalia, Cathaya menggeleng kemudian ia menggandeng tangan putrinya untuk pergi ke cafetaria yang ada di rumah sakit.

kini Ibu dan Anak itu duduk di salah satu kursi, Thalia sangat bahagia mendapati putrinya bercerita tentang banyak hal selama mereka berdua berpisah.

"jadi sekarang Mama tinggal dimana?" tanya Cathaya seraya memotong makanannya.

"Mama tinggal di rumah Om Hendra, kamu punya adik sekarang" ujar Thalia antusias, Cathaya diam sejenak perasaan baru nikah. Thalia terkekeh melihat ekspresi anaknya.

"anak nya om Hendra dari pernikahan sebelumnya" jelas Thalia, Cathaya ber-oh ria. Lalu keduanya diam kembali melanjutkan menyantap makan malam.

Setelah selesai makan malam, Cathaya diantar oleh Mama nya hingga ke lobi rumah sakit sementara itu sudah ada Chandra yang tengah duduk salah satu bangku.

"Jaga diri baik-baik ya, Mama kerja dulu kalau ada waktu kosong Mama pasti nengokin kamu" Thalia memegang bahu Maia, mengusapnya lembut.

"Oiya ma, aku mau kenalin mama sama temen yang sekaligus udah yaya anggap kakak sendiri" ujar Cathaya, ekor matanya melirik Chandra ketika Mama nya tampak bingung.

"Siapa?"

Cathaya langsung memberi isyarat pada Chandra agar menghampiri nya sementara itu mata Thalia mengikuti arah tangan Cathaya.

"Ma kenalin ini Chandra" ujar Cathaya setelah Chandra berdiri di sampingnya. Chandra yang tampak bingung langsung mengangguk sopan lalu mengulurkan tangan kanan nya.

"Chandra, Tante"

Thalia tersenyum sejenak lalu membalas uluran tangan Chandra "Mama nya Cathaya, terima kasih ya Chandra sudah jagain Cathaya"

"oh-hm gak apa-apa kok Tante saya juga gak keberatan kalau harus jagain Cathaya" Chandra mengulum senyum.

"ih apaansih lo gausah modusin gue di depan Mama deh!"

Melihat interaksi Cathaya dengan Chandra, Thalia jadi terkekeh "lain kali kita ngobrol lagi ya, titip Yaya-nya tante ya Chandra" pinta Thalia yang langsung di sambut anggukan semangat empat lima oleh Chandra.

TrilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang