27. Stronger

1.3K 203 12
                                    

kita perlu untuk saling menguatkan
Perlu untuk tidak pernah menyerah
untuk satu sama lain

“gue pikir lo mati keracunan disana” Cathaya duduk di sofa seraya menikmati kripik kentang yang selalu tersedia di meja.

Chandra menatap nya malas lalu menyandarkan kepala nya pada bahu sofa “mulut nya minta di cium apa di sambelin nih?” tangan kanan nya mengambil alih toples kripik kentang dari pegangan Cathaya.

Cathaya mengurungkan niat nya untuk protes, ia mendelik sebal “satu minggu lebih di lahan perminyakan itu modusan jadi makin licin ya keluar dari mulut lo”

Suara tawa Chandra mengudara di apartemen Cathaya untung saja ia tidak tersedak kripik kentang pokoknya kalo Chandra kenapa-kenapa, Cathaya angkat tangan.

“Ohok-ohok” nah kan benar saja, Chandra tersedak.

“ambilin minum buru!” suaranya tercekat di kerongkongan. Dengan berat hati Cathaya melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air.

“makanya kalo makan jangan sambil ketawa” Cathaya menyodorkan segelas air yang langsung disambut oleh Chandra.

Setelah itu Cathaya kembali duduk di sofa sedangkan Chandra masih berusaha mengatur nafas nya. Apapun yang ada dunia ini selalu beresiko, makan saja bisa tersedak.

Keduanya mulai membicarakan hal yang tidak penting seperti membicarakan stocking robek yang dikenakan oleh seorang spg saat mereka berdua sedang di Mal dua minggu yang lalu.

Atau membicarakan alis tebal nya pelayan mie ayam tempat mereka makan sebulan yang lalu, hal-hal yang jauh dari kata penting tapi melalui itu kedunya menjadi lebih dekat.

“ga kepengen bikin alis kayak itu mbak-mbak?” usul Chandra seperti mengusulkan Cathaya untuk ikut lomba mewarnai.

Cathaya menyipitkan matanya “ih ogah kenapa juga gue harus nebelin alis gue yang sudah tebal?”

“karena dibalik alis yang tebal terdapat jiwa yang kuat” Chandra menatap Cathaya lalu tersenyum.

“oh pantas ya gue kuat banget” kata Cathaya bangga dan Chandra langsung menarik rambut nya pelan.

Keduanya lalu tertawa. Bahagia itu sederhana, sesederhana Chandra dan Cathaya yang membicarakan hal-hal tidak berfaedah lalu kedua nya tertawa. Tanpa mereka sadari jam di dinding menunjukan pukul 23.45 WIB.

“jadi tuh ya Ndra”

“Ndra?” Cathaya menoleh dilihatnya Chandra sudah tertidur, wajah nya terlihat damai, dan napas nya teratur. Cathaya menghela napas pelan lalu merapikan rambut Chandra yang menutupi mata nya dipandangi nya wajah teduh itu cukup lama hingga membuat hati nya menghangat, buru-buru Cathaya menepis perasaan yang datang lalu beranjak dari duduk nya untuk mengambilkan Chandra selimut.

***

Chandra belum sepenuh nya tidur, ia bisa merasakan jemari Cathaya di sekitaran dahi nya, dan cara Cathaya menatap nya. Ia hendak bangun untuk mengejutkan Cathaya namun ia urungkan niat nya itu, biarkan saja Cathaya puas memandangi wajah nya karena Chandra suka hal itu.

Cukup lihat gue seorang ‘Ya.

Ia merasakan tubuh nya menghangat berkat selimut yang Cathaya berikan. Cathaya menyelimuti nya lalu mengelus puncak kepala Chandra sayang hal yang sering dilakukan Chandra pada nya.

TrilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang