28. Thinking

1.3K 189 6
                                    

Cathaya dan Maya sedang mengitari toko yang menjual peralatan kecantikan di pasar baru Jakarta. Maya sesekali tengok kanan-kiri untuk menemukan toko yang menjual catokan rambut dengan harga yang sesuai.

“Jadi lo masih belum ada apa-apa? Gue pikir selama ini lo pacaran sama kak Chandra” Ujar Maya. soal Chandra, Cathaya hanya membagi nya kepada Maya bukan karena ia tidak menganggap Valerie tapi ia malas jika harus di cibir oleh Valerie.

Pokoknya Valerie itu tahu sekali bagaimana caranya membuat Cathaya malu.

“Lho memang nya harus ada apa? Pacaran? Siapa yang bilang?” kini mereka berhenti di salah satu toko.

“Gosipnya begitu,” Maya geleng-geleng kepala “logikanya, cewe sama cowo temenan terus deket masa gak ada apa-apa?” Maya mengambil jeda “Mbak, catokan satu ya” ujar nya kepada pegawai toko.

“Gue sama Chandra cuma sahabatan kok. Demi apapun deh gue udah anggap dia kayak kakak sendiri”

Maya memperhatikan catokan yang di bawakan oleh pelayan toko “sahabatan? Cewe cowo sahabatan? Tai kali” Maya terkekeh lalu memperhatikan catokan satunya lagi. Cathaya sudah gak kaget kalau ada kata-kata kasar keluar dari mulut Maya.

“Ih kok ngomong nya gitu sih?” Cathaya menyipitkan matanya.

“Mbak yang ini satu ya” ujar Maya pada pelayan toko lalu ia menoleh untuk menatap Cathaya “Yaya perlu lo ketahui kalau persahabatan antar lawan jenis itu omong kosong”

Hampir semua teman sekelasnya kini memanggil Cathaya dengan sebutan ‘yaya’ alasan nya cuma satu karena nama dia itu ribet.

Setelah membayar catokan, Maya dan Cathaya meninggalkan toko tersebut untuk mencari makan siang di kedai pinggir jalan. Selama mereka berjalan kaki menyusuri bahu jalan yang kini merangkap sebagai tempat berdagang, Cathaya memikirkan perkataan Maya.

“Yaya perlu lo ketahui kalau persahabatan antar lawan jenis itu omong kosong”

Saat menginap di apartemen Chandra bersama Alsy, Alsy memang pernah bilang kalau baru kali ini Chandra mengenalkan nya pada seorang teman perempuan.

Saat di Bandung pun Cathaya juga masih ingat bagaimana raut senang yang terpancar dari wajah Tante Rina “ anak mama sudah berani bawa pulang cewe ya?”

Cathaya jadi bertanya-tanya, apa maksud dari semua ini? apa maksud dari kedekatan nya dengan Chandra? apa benar persahabatan antara lawan jenis itu omong kosong?

Ketika seseorang beranjak dewasa, pertemanan mereka akan di uji. Berteman di usia dewasa tidak semudah saat memasuki usia remaja. Ada beberapa hal yang terasa sulit tapi tetap harus di jalani.

“ya ampun! Gue ngomong dari tadi lo gak dengar?” suara Maya menginterupsi Cathaya dan pikiran nya di siang hari.

“hah-oh gue denger kok!”

Maya mencibir “coba ulangin gue ngomong apaan barusan? Itu Kuping apa hiasan?” kalau Valerie memiliki aura keibuan maka Maya memiliki aura kebapaan. Sahabat yang saling mengisi kekosongan Cathaya.

Cathaya nyengir. Maya mendecih sebal “gue ngajak lo makan bakso, mau gak?” Cathaya mengangguk senang lalu mengikuti langkah Maya yang membawanya ke salah satu ruko tempat mereka akan makan bakso.

Keduanya sudah duduk saling berhadapan di sudut ruangan. Kalau kebanyakan sudut ruangan itu kotor, disini justru nyaman dan cocok untuk membicarakan banyak hal.

“memang bener ya kalau persahabatan dengan lawan jenis itu omong kosong?” tanya Cathaya setelah pelayan yang menanyakan pesanan mereka pergi.

Maya tertawa pelan. Cathaya ini bodoh atau polos ya? atau naif?, pikirnya. “udah nonton film 500 days of summer?”

TrilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang