17. That Night

1.7K 235 10
                                    

On that night, you make me smile and forget how much tears that fallen from my eyes. 


"Hai Aya, lo gak bosen sedih terus?"

Kalimat itu berhasil membuat Cathaya terkejut bukan main, bagaimana bisa seorang Chandra duduk di trotoar, disampingnya sambil menyedot susu kotak yang ia bawa.

Sungguh kekanakan, batin Cathaya. ekspresi tak senang sempat terlintas di wajah Cathaya namun senyum polos Chandra berhasil menyingkirkan ekspresi tersebut.

Cathaya bergegas untuk pergi namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, Chandra sudah menahan sikunya, ia menatap Chandra beberapa detik ada ekspresi marah di wajahnya membuat Chandra mendengus pelan.

"cukup Ya, cukup untuk menghindari apapun yang ada di hadapan lo saat ini" tegas Chandra, membuat emosi Cathaya memuncak.

"Ndra...lepasin gue" ujar Cathaya, ada penekanan dalam kalimatnya.

Chandra memandangi gadis dihadapannya ini dari atas sampai bawah menunjukan rambut yang sudah berantakan, wajah yang sembab, muka yang merah, dan akan pergi kemana lagi ia dengan penampilan begini?

"gue akan lepasin lo tapi gak di pinggir jalan dengan penampilan lo yang kayak gini" Chandra memberikan ultimatum, cengkramannya pada siku Cathaya semakin menguat membuat gadis dihadapannya ini tak habis pikir.

Cathaya tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menganggukan kepalanya dengan pasrah entah kenapa ada rasa lega di hati keduanya.

***

"lo duduk aja disitu nonton tv, biar gue masak buat lo" ujar Chandra setibanya mereka di apartemen Chandra. Ada satu dan lain hal yang membuat Chandra membawa Cathaya ke apartemennya, untuk pertama kalinya.

Dari raut wajahnya, Chandra tahu kalau Cathaya sedang dilanda masalah dan dia tinggal sendiri di apartemen untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan setelah melalui perdebatan panjang selama diperjalanan, akhirnya Cathaya menurut.

"kita ke apartemen gue sekarang" kata Chandra sambil tetap fokus mengemudi.

"hah?! Gak, pokoknya gue mau pulang!"

"Lo gila? Kondisi lo tuh lagi gak memungkinkan untuk tinggal sendirian Aya" jelas Chandra, intonasi nya menurun diakhir kalimat membuat Cathaya menatapnya tak percaya.

"tau apa lo tentang kondisi gue?!" jawab Cathaya sinis

Chandra mendengus kesal ia mencoba untuk menurunkan emosinya yang sudah memuncak, gak tau kenapa jadi emosi begini "Fine, gue memang gak atau apa yang membuat lo seperti ini tapi gue gak mau terjadi apa-apa sama lo jadi sebaiknya lo menurut saja"

"kenapa gue harus nurut?!"

Demi Tuhan Chandra ingin membanting stir saat ini juga calm down Chandra, calm down "karena gue gak mau terjadi apa-apa sama lo jadi sebaiknya lo menurut saja" Tegas Chandra mengulang pernyataan nya beberapa detik yang lalu membuat Cathaya yang sudah lemas akhirnya menurut.

"Ya, suka pasta atau mie instan?" suara berat Chandra menginterupsi Cathaya yang sedang memperhatikan apartemen Chandra.

"Pasta" jawab Cathaya tanpa berpikir kemudian ia duduk diatas sofa hitam yang tak jauh dari dapur Chandra.

Chandra mengangguk meskipun ia tahu kalau Cathaya tidak melihatnya. Apartemen Chandra didominasi oleh nuansa berwarna putih, ada sejenis tanaman palem di dekat pintu masuk, ada vas berisikan bunga segar dihadapan nya membuat Cathaya mengernyitkan alisnya.

TrilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang