30. Calming Down

1.2K 194 6
                                    

Tahu rasanya cemburu? Pasti tahu.

Hampir semua orang yang hidup di dunia ini pasti pernah merasakan cemburu. Rasa iri atau rasa ingin memiliki yang mampir ke hati kita memang terkadang bisa sangat menjengkelkan.

Chandra tidak bisa apa-apa selain menyimpan amarah nya dalam-dalam. Ia tidak mungkin berteriak di depan Cathaya mengatakan kepada gadis itu untuk tidak pergi dengan lelaki lain selain dirinya, itu hal terakhir yang ingin Chandra lakukan.

Rasa suka yang ia rawat lantas tumbuh menjadi rasa cinta sehingga di saat yang bersamaan tanpa ia sadari, ia menjadi egois hanya saja ia belum bisa mengungkapkan nya pada Cathaya.

Ia duduk di sofa, tatapan nya sama sekali tidak tertarik dengan acara yang sedang berlangsung di televisi. Cathaya yang baru saja meneguk segelas air dingin dari mini bar menatap nya heran. Ia tahu itu. Baru kali ini ia mendiamkan Cathaya.

“Udah Makan Ndra?” tanya Cathaya.

Chandra beranjak dari duduk nya padahal belum ada lima menit duduk di sofa “Gue balik ya. Lo tidur gih udah malem” Ia berlalu meninggalkan Cathaya yang tampak bingung dengan sikap nya kemudian detik berikutnya ia sudah hilang di balik pintu.

Sesampainya di dalam mobil Chandra memukul kemudi nya lalu memacu mobilnya untuk bergabung dengan hal yang tidak ia sukai dari ibu kota yakni kemacetan.

Sambil mengemudi pikiran Chandra berspekulasi, bagaimana jika Cathaya masih menyayangi Nathan? Bagaimana jika Cathaya kembali pada Nathan? Lalu bagaimana dengan dirinya?

“Ah sialan!” pekik Chandra kesal.
Cukup lama Chandra mengemudikan mobil nya hingga Harrier hitam itu tiba di salah satu kafe milik teman nya yakni Januar. Dulu sekali Chandra pernah mengajak Cathaya kesini untuk menonton acara gigs tapi malam ini Chandra kesini untuk menenangkan dirinya.

Setibanya di dalam ia langsung disambut oleh sang pemilik yang kebetulan sedang ada di kafe “Wah udah lama gak ketemu, apa kabar lo?” Januar berjabat tangan dengan Chandra lalu menepuk bahu nya.

“Baik Baik, gimana kabar lo?”

“Sehat lah, gak biasanya lo ke sini eh terakhir kesini waktu ada gigs ya?” tanya Januar seraya menggiring Chandra untuk duduk di salah satu kursi.

“Iya kira-kira dua tahun yang lalu lah. Makin lancar aja nih usaha lo”

Setelah itu Chandra dan Januar mulai membicarakan banyak hal dari pekerjaan dan bisnis Januar yang sepertinya berjalan dengan baik lalu membahas Chandra yang akan bekerja di perusahaan yang berbeda dengan Papa nya.

“Kenapa gak di pake aja itu koneksi bokap lo? Lumayan”

Chandra tertawa pelan “Gak deh, takut bikin malu bokap kalo kerja di perusahaan yang sama”

Chandra seolah lupa dengan amarah nya beberapa waktu lalu. Mengobrol dengan seorang teman membuat dirinya merasa lebih tenang dan siap untuk menghadapi Cathaya ke-esokan hari nya.

Karena sesungguhnya ia tidak berhak untuk cemburu atas Cathaya tapi disisi lain egonya tidak terima.

***

Rasanya belum pernah Cathaya mendapati Chandra sediam ini. alih-alih menjawab pertanyaan nya, Chandra pamitan lalu pulang tanpa melakukan kebiasaan nya yakni mengelus puncak kepala Cathaya.

Cathaya jelas bertanya-tanya apa yang terjadi pada Chandra sehingga laki-laki itu tidak seperti biasanya. Demi apapun, Cathaya merasa tidak melakukan hal-hal yang membuat Chandra kecewa tapi kenapa...

Kenapa ada rasa nyeri di dada nya ketika diperlakukan seperti itu oleh Chandra? apa ia sudah sebegitu tergantungnya pada Chandra?

Ia tidak mau memikirkan hal ini berlarut-larut mungkin saja diam nya Chandra itu sedang memikirkan masa depan nya, ya siapa yang tahu kan? Mari berpikir positif.

Ke-esokan hari nya seperti biasa Cathaya bangun dari tidur nya dan bersiap-siap untuk ke kampus. ia menghela napas kecewa ketika tidak mendapatkan apapun pada layar ponsel nya.

Ketika Cathaya keluar dari apartemen ia mendapati Chandra sedang bersandar pada badan mobil sambil menghisap sebatang candu nya.

Baju Chandra masih sama dengan yang semalam, rambut nya berantakan, dan wajah nya menunjukan kalau ia belum tidur sejak semalam.

“Chandra?” Cathaya menghampiri Chandra yang saat itu langsung melempar sebatang candu nya asal.

“Hai,” ujar nya dengan seulas senyum lelah.

“Lo udah gak ngampus kan? Te-rus?” Cathaya menaikan sebelah alis nya.

“Iya tapi lo yang ngampus. masuk nanti telat” kata Chandra tanpa mempedulikan Cathaya yang tampak bingung.

Cathaya menelan semua rasa penasaran nya lalu mengikuti Chandra. Hari ini masih terlalu pagi untuk memikirkan hal yang tidak penting, pikirnya.

Bukankah semenjak berteman Chandra juga sering menjemput nya terlepas dari betapa bedanya jadwal kuliah mereka berdua.

“lo tidur di luar ya semalam?” pertanyaan retorik, Cathaya tahu itu tapi rasa penasaran ini seperti minta di kasih makan.

“Iya” Jawab Chandra seadanya, tetap fokus pada kemudi.
Lagi-lagi, Cathaya merasakan dada nya nyeri, Ia menghela napas pelan. ya Chandra itu memiliki kebiasaan memilih teman kencan secara acak mungkin ia habis mengencani salah satu dari mereka.

Setibanya di parkiran, Cathaya langsung melepas sabuk pengaman nya lalu turun dari mobil Chandra tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Biar saja, Chandra yang memulainya maka ia hanya perlu mengikuti alurnya.

Author's note:
Happy weekend guys. Makasih sudah membaca cerita ku sampai part 30❤

TrilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang