LIMA

1.8K 74 0
                                    

"Ila, coba kamu maju ke depan ya. Yang lain pada nyerah" ujar bu Aning saat mengajar pelajaran Matematika.

Vanni bergumam. "Lah mentang mentang Queen Class, segalanya bisa"

Ila mendengar gumaman Vanni pada temannya –Yeyen, dan ia hanya tersenyum. Sudah biasa untuk yang kesekian kali.

"Sudah bu," jawab Ila setelah selesai mengerjakan soal yang diberikan bu Aning di papan tulis.

"Saya nggak usah liat papan tulis juga udah pasti bener La" senyum bu Aning, dan dibalas senyuman juga oleh Ila. Walau begitu, hatinya agak sedikit lapang.

"Wuih!!! Pujaan hati gue pasti bisa lah!"

"Apaan. Ila doyan-nya sama gue dodol!"

"Stop! Lo pada pantat ayam songong amat. Ila mah demen-nya sama gue"

"Kaga! Dih dasar lo ventilasi laba-laba"

"Apaan lo? Ngajak ribut?!"

Brak.....

"Apa-apaan kalian! Tidak sopan! Diam!" gertak bu Aning, dan seketika semuanya diam.

Ila hanya terseyum kecut, begini menjadi pujaan kelas? Selalu dibanggakan, dan ketika salah satu aib terbongkar, lalu perlahan pergi meninggalkan?.

Ara menambahkan. "Yang sabar ya La, gue selalu disamping lo" Ila mengangguk kecil.

Ketika jam istirahat, Ara keluar kelas bersama Ila, seperti biasanya –selalu saja ada yang menggoda dirinya, dan itu agak membuat Ila risih walau sudah terbiasa. Sejujurnya dilubuk hati terdalam Ara, ia selalu saja minder, membandingkan dirinya dengan Ila juga, mengapa Ila selalu menajdi kebanggan di dalam kelas? Bahkan sekolah. Seakan akan, Ila hanya merasa kasihan pada Ara –dan Ara merasakan itu, setiap detik bahkan menit, rasanya kebaikan Ila hanyalah rasa kasihan saja –yang dirasakan oleh Ara. Nyatanya dirinya tak pernah semenarik Ila, dan mengapa harus tentang Ila? Bahkan –Agnen saja mungkin bisa tertarik pada Ila, ya Agnen, pria yang dikagumi Ara. Apa salah? Jika Ara mencurahkan isi hatinya pada Ila? Apa pendapat kalian, kalau mungkin saja Ila akan menikung Ara?.

Lamunan Ara terbuyar ketika Felli datang ke mereka berdua. "Em, Ra. Gue boleh pinjem Ila sebentar doang ga?"

Ara lantas mengangguk pelan, sedangkan Ila menautkan kedua alisnya bingung sambil melihat Felli yang sedang kesusahan membawa setumpuk kertas.

"La, lo mau nganterin ini ke Ruang Osis ga? Ini masalah lomba Matematika" ujar Felli dengan menyodorkan kertasnya.

Ila tak langsung menerima. "Kenapa harus gue? Gue ga ada ikutan lomba itu"

"Iya gue tau, please cuma anterin doang, gue di panggil sama Guru BK, asli deh"

Ila masih terdiam tak percaya. Ara menambahkan "Astaga, ntar deh lo tanyain Pak Bahrun, tadi gue ga ngerjain tugas sejarah. Kali ini doang, tolong ya. Gue cepet - cepet"

Kemudian Ila menyodorkan tangannya dengan setumpuk kertas itu. "Makasih banget Queen Class! Gue akan inget kebaikan lo! Bye!" lanjut Felli sambi lari terburu-buru.

Ara menghela napas panjang. "Yaudah ga apa-apa La, gue sama Husna aja. Lo kesana gih, ntar malah lo dimarahin sama Agnen" –ya Agnen Ketua Osis yang bertanggung jawab, seketika pipi Ara memerah.

"Cie Agnen, tar deh gue salamin ya. gue tinggal dulu, bye!" senyum jail Ila sambil pergi meninggalkan Ara seorang diri.

Ara menggeram kesal dan menghentakkan kakinya. "ILA! Jangan macem-macem! Awas lo!"

Ila yang mendengar hanya tersenyum tipis, dan memperlihatkan lesung pipitnya yang dalam.

Pintu yang bertuliskan "RUANG OSIS" terbuka sedikit, hanya dorongan kecil saja sudah terbuka lebar. Ila masuk, menemui Agnen dan belantara lainnya –ya, pengurus Osis.

Queen Class [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang