Jadi, aku bukan permainan yang bisa kamu datangi saat kamu bosan. Aku manusia, yang punya perasaan, yang punya hati, jika sesuatu hal telah terjadi~QS
"Gue dapet kabar, katanya Alda mau balik ya Ki?" kata Eki sambil menaikkan sebelah kakinya ke meja.
Kurang sabar gimana coba Kiki, tiap hari ada aja ulah temennya. Terus, kurang sabar gimana coba si bu guru, mereka selalu buat ulah. Mereka bilang begini 'Kalau ngga ada murid nakal, guru BK kerjaannya cuman dateng ke sekolah, duduk, makan, minum, nge-game. Kurang baik gimana coba gua sama guru BK?'
Serah kalian aja mah, yang penting stok murid nakal di SMA Jaya Abdi udah mulai berkurang. Jangan sampe lagi, murid nakal berkembang biak, ngga tau apa gimana pusyingnya guru - guru saat orang tua murid bawa spanduk ke sekolah? Siapa lagi, kalau bukan kerjaannya EKi-and the geng. Sebenernya mereka ntuh baik, cuman aja kadang bikin khilaf ngomong kasar. Kalo ketemu sama mereka, bawaannya pengen ngomong 'Anjing' mulu.
"Seriusan lo nying" celetuk Devon.
"Percaya ae lu sama bacotnya mimi peri" kata Rizal ikut nimbrung.
Kiki menatap tajam papan tulis, alhamdulillah bu Guru Bahasa Inggris ngga masuk, soalnya lagi diare kebanyakan makan micin di kantin simbok. Ngga, canda, kebanyakan makan sambel lah, mana ada micin bikin diare yang ada mah bikin goblok kaya si Eki.
"Woy buset, kapan gue pernah boong anjing" Eki sudah tersulut emosinya gara - gara dua ulet kegatelan.
"B aja dong. Anjing mulu yang lo sebut." Rizal nyolot.
"Iya, gue denger gitu" ucap Kiki ketus.
Devon terkaget. "Fak, gimana si comberan bisa balik sih? Katanya ngga bakal balik kalau udah nyaman di London?"
"Tuh kan! MANA ADA CERITANYA Eki yang tampan boong!"
Rizal menyumpal bibir semok Eki dengan buku. "Bacod"
"Ya, gue mana perduli, selama dia ga usik gue di sini ya itu urusannya dia" Kiki menjawab enteng.
Yang lain hanya mengangguk tanda menurut, selama itu tak mengusik kehidupan temannya, mereka tetap free. Sepertinya, tangan Eki gatal untuk menjahili anak perempuan, dia sudah mengode Rizal untuk melakukan sesuatu.
Sifat Devon sama dengan Kiki, ia tak akan mengganggu jika tak di ganggu dulu, oleh sebab itu ia tak akan mulai mengganggu –terkecuali orang yang dia suka.
Kiki dan Devon hanya mendengus akan kelakuan temannya, mereka harap ada sesuatu yang menimpa mereka sebagai balasan perliaku jahil itu.
Srott....
Dasi Luna di tarik oleh Eki, Rizal dari belakang tertawa paling keras.
"Eki!!" teriak Luna kesal, ia sedang asik menyenderkan punggungnya di kursi sambil mendengarkan lagu. Eh malah si kutu busuk datang memberikan bonus. Bonus apaan, yang ada sial deket mereka mulu.
"Hehe sorry Lun, gue kira lo mati" cengir Eki sambil berusaha lari.
Luna mencak – mencak. "Berhenti ngga lo! Berhenti ngga! Gue sawat pake kotak makan gue nih!"
Rizal berhenti ngakak. "Udeh, lo berhenti aja. Lagian, sosoan bangunin garangan tidur. Goblok tingkat dewa sih. HAHAhaha"
"Hehe maap Lun, iya nih gue berhenti. Tapi, gue ngga pernah berhenti untuk mencintai lo ya" kedip Eki ke Luna.
"FAK"
"BACOT"
"EWHHH"
"ANYING BAPER GW"
"Gile tuh Luna, gue juga mau di onohin ama Eki"
"Busyet, taik bener"
"Sialan"
Dan begitulah reaksi orang yang jijiq sama Eki. Eki sejujurnya tampan, bahenol, tinggi, putih, idungnya cem perosotan, rahangnya beuh ngga ngalahin sehun, rambutnya asyik bener di jambul, bibirnya tipis merah muda, alisnya kek abis di cat item kandel bener, badannya kotak – kotak cem anak gym. Dan begitulah, ~selamat bermimpi hehe.
"Hey La" sapa Agnen saat jam istirahat.
Ila salah tingkah, ia kira itu hanya guyonan semata yang di tawarnya kemarin. "Hei Nen"
Ara hanya menunduk, lesu, kembali duduk, selera makan bersama Ila sudah hilang, macam kehabisan tenaga kurang makanan bergizi.
"Yuk ke kantin, ajakan gue beneran loh ini" senyum yang di dambakan Ara mengembang sempurna untuk Ila. Iya, untuk Ila.
Ila menoleh ke Ara, ia tahu akan perasaan temannya itu. "Eum, yuk Ra, di ajakin loh ini sama anak femes" tawa Ila.
Agnen tersenyum. "Iya Ra, ikut kita aja"
"Ngga, kalian aja, gue ada tugas fisika yang belom kelar" elak Ara.
Mungkin, itu tugas dua hari yang lalu. Pikir Ila.
"Oh yaudah, kita duluan ya Ra" kata Agnen sambil berjalan keluar dengan Ila.
Ila bukan tipe cewek begitu, tetapi ia sadar mungkin hatinya sudah lebih dulu berlabuh ke Agnen. Salah siapa? Dirinya atau memang perasaan tidak tau tempat untuk berlabuh?
"Mau makan apa La?"
"Samain aja Nen, males pilih"
"Okey." Katanya "Mbak, sandwich dua sama lemon tea dua ya"
"Woke mas ketos"
Mereka di seberang seperti mata – mata, tuh si Eki udah motoin pake iPhone X terbarunya, Devon mengetuk – ngetuk meja dengan kubu jarinya, Rizal sudah memicingkan matanya bak burung Elang. Kiki seorang diri memanas melihat Ila bersama Agnen lagi bercanda berdua.
"Kalau perlu, besok ajakin mojok berdua. Beliin roti yang isinya daging, sayur, kalau perlu cemilan" sindir Devon.
"Sial, bisa – bisa gue mati dini liat begituan tiap hari"
Eki tersadar dari foto – fotonya. "Yaudah, sikat abis elah. Cupu amat lo pake mandang dari jauh. Udah otw dua rebu lapan belas nih"
Rizal mantuk – mantuk. "Setuju gue"
Sementara. Ila dan Agnen sudah selesai makan, sedang bercanda bersama.
"Tau ngga La?"
"Apa?"
"Jus apa yang bikin nyesek?"
"Jus?" Ila bergeming "Apa ya?"
"Masa gitu aja gatau, haha"
"Apa emang?"
"Jus t read"
Di sebrang arah.
"HAHAHAHA kocak anying gue ngakak!" tawa Eki cem ayam ketawa.
"Garing bener taik, wakakakak!" Rizal menambahkan.
Devon ikut tertawa walau tak sekeras mereka. "Sial, gue udah malu tuh gagal nge-lawak"
"NGAKAK! NGAKAK!" tawa Eki dan Rizal kencang.
Angel, angel di sekitar mereka ikut bingung. Ada apa ya dengan geng semprul tersebut?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Class [Completed]
Novela JuvenilYang ada di bayangan kalian tentang 'Ratu Kelas' mungkin bisa membuat terheran - heran. Gadis cantik, pintar, bahagia dan di kelilingi orang yang dia sayang. Bisa saja dapat membalikkan fakta dan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Kisah percint...