Ila bingung dengan sikap Kiki, tumben itu anak tak mengganggunya walau sekedar tanya?. Ya, mereka sudah sampai di sekolah tempat mereka lomba dan untuk membawa pulang piala dan piagam. Disini, Ila tidak untuk bersenang – senang, tetapi berpikir keras dan usaha untuk mengharumkan nama sekolah.
"Gila La, ini sekolah apa hotel? Kamarnya bagus euy" ujar Ruth dengan mata berbinar melihat fasilitas SMA Internasional ini.
"Tau nih, bayangin aja murid yang rela ngeluarin duit ratusan juta buat bisa sekolah disini" ucap Ila yang tak kalah takjub.
Ya, memang Ila dan Ruth satu asrama, berisi dua orang saja sedangkan kamar ini mencakup kamar mandi, ruang santai dan satu kasur besar cukup memuat lima orang untuk tidur. Sekolah ini sebenarnya berbentuk asrama, tetapi jika menolak untuk menginap dan pulang kerumah masing – masing tak apa, sekolah juga tak memaksa untuk menginap di asrama.
"Ayo keluar La, bentar lagi mau ada diskusi jadwal buat kegiatan disini" kata Ruth dan mendahului Ila pergi.
Ila masih mencari notenya, dan akhirnya ketemu untuk langsung menyusul Ruth pergi.
"Woy tungguin gue Ruth, main cabut aja" ujar Ila dan menyamai langkah Ruth.
"Peka dong lo, cowok disini ganteng banget coy, makanya gue gercep keluar kamar"
Dan Ila hanya menggeleng pelan.
Asrama dengan sekolah memang tidak menyatu, asrama ada dibagian kanan jika kita pertama masuk gerbang, dan sekolah untuk belajar ada pada bagian kiri jika kita pertama masuk gerbang juga. Sangat luas untuk ukuran sekolah menengah atas, ya mau bagaimana lagi karena disini berisi orang – orang elite tak mengenal kekurangan duit.
Yang lain sudah berkumpul di aula, terlihat beberapa campuran dari sekolah lain, termasuk Ila juga. Benar yang dikatakan Ruth, cowok dari SMA Internasional sungguh menggoda iman sekalih bray.
Ila melirik Kiki, ia tak menoleh sedikitpun ke arahnya, apa salahnya? Apa mungkin gara – gara ajakan Kiki kemarin yang sempat ia tolak?. Ah tak penting juga.
Senior yang menjadi Ketos di sini mulai menjelaskan kegiatan lomba apa saja yang perlu di ikuti, Name Tag itu bertuliskan –Devara.
"Jadi yang kalian harus lakukan selama seminggu ini adalah..."
"Satu, hari Senin pukul 7 sudah siap di aula 2 untuk melaksanakan lomba, dan lomba dilaksanakan sampai hari Jum'at ditambah pengumuman Juara Sekolah" lanjut Devara lagi.
"Aula 2 berada di belakang sekolah, tempat besar tertutup itu adalah aula 2, dan ini aula terbuka disebut aula 1"
"Dua, jam 11 setelah lomba, kalian dipersilahkan makan siang dan kegiatan pribadi sampai jam 3 siang. Cukup lama, dan gunakan waktu itu untuk belajar dan mengharumkan nama sekolah kalian" dalam sikapnya, Devara adalah lelaki tanggung jawab yang bisa memimpin sekolah ini. Tak ada habisnya Ruth memuji Devara.
"Tiga, jam 4 sore kalian sudah harus berada di aula 2 lagi untuk bimbingan semaksimal mungkin. Kami menyediakan tambah ilmu untuk kalian, ada beberapa pelajaran yang kami bonuskan, yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan IPA. Tenang, tak hanya Matematika yang sudah membuat kalian pusing" senyum Devara pada seluruh murid yang berkumpul.
"Empat, jam 6 petang kalian sudah diharuskan masuk kamar, lalu keluar pada jam setengah 7 untuk makan malam. Kalian tau kan? Jika batas keluar sekolah tidak melebihi jam 8 malam? Jika melanggar peraturan yang sudah kami sampaikan ke sekolah kalian, maka sanksi akan menyusul. Terimakasih, sampai bertemu besok Senin" ujar Devara sambil melihat seluruh orang yang ada di depannya.
"Kak?" seketika Ruth mengacung untuk bertanya.
"Ya? Ada yang ditanyakan? Silahkan" sambung Devara lagi sambil tertuju pada Ruth.
"Untuk hari Sabtu kan tidak ada kegiatan, kita melakukan apa?"
Devara menepuk jidatnya. "Oh ya saya lupa, untuk hari Sabtu kita lakukan Outbond untuk refreshing. Ada lagi yang ditanyakan?"
Sekarang, Ila berganti mengacungkan tangannya. "Kak, setelah ini kita melakukan kegiatan apa?"
Semua mata tertuju pada Ila, awalnya Ila ragu untuk bertanya tetapi ia memaksa untuk bertanya karena dia ingin tidur pulas di kasurnya yang empuk.
Devara tersenyum pada Ila, "Pertanyaan bagus, siapa namamu?"
Ila terkunci pada mata Devara, karena jarak mereka juga tidak terlalu jauh. "Zella Lavena, panggil Ila"
"Oke good, setelah ini kalian istirahat saja di asrama sebagai ucapan selamat datang dari sekolah kami. Dan berkumpul jam setengah 7 malam di aula 2 untuk makan malam" ujar Devara lagi.
"Baiklah, ada yang ditanyakan lagi?" dan semua menggeleng pelan.
"Oke terimakasih, Selamat beristirahat" lalu semua bubar ke asrama masing – masing.
"Ayo La" ajak Ruth sambil terus memandangi Devara yang masih sibuk mengurus kegiatan lomba.
"Lo duluan aja yut, gue mau ke kantin"
"Aish, jangan panggil gue gitu!" gertak Ruth dan Ila pergi begitu saja sambil tertawa.
"Hahahaha...."
Bruk....
"ADUH! Liat – liat dong lo! Punya mata....." Ila mendongak dan menabrak Kiki, seketika mereka berdua diam.
"Sorry Ki..." Ila menunduk takut.
"Ya..." ujar Kiki cuek dan pergi begitu saja. Ila hanya mendengus pelan dan melanjutkan pergi ke kantin.
Ila meneguk minumnya sampai tandas habis, mendengarkan ketos itu berbicara cukup membuat ia kehausan. "Sekolah macem gini, bikin murid males sekolah" pandangnya ke sekeliling area SMAI atau SMA Internasional.
"Ngga juga, itu cuma pemikiran lo aja" ucap seseorang dan Ila lantas terkejut sambil menoleh kedepan, oh ternyata pria ini.
***
Nah, panas tuh Kiki, rasain noh wkwk salah siapa gamau gercep. Jadinya kan Ila direbutkan beberapa cowo.
Pilih mana nih?
#TeamKiki
#TeamAgnen
Atau juga.... ketos SMAI?
#TeamDevara
Kuy pilih, siapa tau kamu juga gercep sama ketiganya wkwkw.
Kasi bintang donggg...
![](https://img.wattpad.com/cover/113737144-288-k921236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Class [Completed]
Teen FictionYang ada di bayangan kalian tentang 'Ratu Kelas' mungkin bisa membuat terheran - heran. Gadis cantik, pintar, bahagia dan di kelilingi orang yang dia sayang. Bisa saja dapat membalikkan fakta dan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Kisah percint...