Ketika semua murid di jadwalkan untuk mengikuti bimbingan, Ila segera keluar asrama menuju ke aula 2. Bimbingan hari ini adalah bahasa Inggris, ya Rabb, Ila pasrah akan bahasa asing itu, bukan susah, hanya tak mudah. Heran saja, yang dikate Ila pintar bahasa Inggris, belum tentu ia nyaman dengan kondisi bahasa itu.
Cukup dengan fisika dan kawan - kawan yang membuat pening. Kamu, jangan.
Okesip, balik lagi.
"Gue mules banget La, kampret" eluh Ruth ditengah perjalanan menuju aula 2.
"Hah?"
Tak
"Awsh..." cengir Ila.
"Kenapa sih lu Ruth? Main jitak!"
"Perut gue sakit oneng! Gue belet ngeden!" tangan Ruth sudah melilit cukup tenang di perutnya, meremas keras tanda sangat sakit.
Ila geleng - geleng. "Yaudah sono! Daripada out disini"
"Ah~~bye!" kacir Ruth tak karuan.
Dan Ila mendengus kesal, ingin memakan sesuatu untuk mengganjal pikirannya saat ini.
Oh iya, masalah resleting itu, Ila masih sangat malu!
"Letong..." teriak Kiki menggema, membuat Ila tersentak kaget.
~~ah dia lagi.
"Ape!"
"Yah jutek amat si tong" Kiki menyengir lebar.
Sambil terus berjalan, Ila tak menggubris Kiki.
"Tong... Diem mulu, nape sih lu"
"Ganggu mulu lo ah, ga guna banget"
Ila masuk ke pintu aula 2, meninggalkan Kiki diluar sendirian.
"Tungguin woe! Sayangkuuuu!!!"
Cowo gila ya gini
"Hehehe ketemu lagi nih" cengir Kiki dengan tampang mabok.
Sekarang juga, now, Ila ingin menggeret Kiki dan menjitak kepalanya seketika.
"Apaan sih Ki!"
Suaranya mengeras, membuat Kiki melotot lebar. Aula 2 belum cukup ramai, hanya beberapa orang saja yang bercengkrama, mengingat ruangan ini sangat besar. Tak mungkin kan? Suara Ila terdengar sangat jelas?
"Yah marah nih," kedip Kiki.
Ila geli sendiri. "Mata lo! Cacingan?"
"Enak aja! Mata sehat sempurna gini lo bilang cacingan!"
"Serah lo deh ah,"
Wut
Kiki menarik kuciran Ila lagi, membuat Ila menggeram kesal, jika Kiki suka dengan kuciran Ila. Setidaknya Kiki bilang, agar gadis itu membelikannya yang baru. Tetapi tidak untuk kuciran ini.
"KIKI! DASAR LO COWOK JAHANAM! MATI LO KEDASAR JURANG TERDALAM!"
"—BALIKIN KUCIRAN GUE GA!"
Sungguh, untuk kali ini otot Ila terlihat sangat jelas di wajahnya. Kiki yang menonton itupun terkekeh bahagia.
Siswa lain juga ikut menonton drama sebelum bimbingan dimulai.
"Enak aja tong! Wlek!-"
Ila berlari, menghindari beberapa kursi, lalu mencoba menangkap Kiki. Tetapi lagi - lagi, belantaranya datang untuk menonton adegan ini. Siapa? Ya, Agnen, Dio dan Dhani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Class [Completed]
Teen FictionYang ada di bayangan kalian tentang 'Ratu Kelas' mungkin bisa membuat terheran - heran. Gadis cantik, pintar, bahagia dan di kelilingi orang yang dia sayang. Bisa saja dapat membalikkan fakta dan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Kisah percint...